Kiat-kiat Memilih Benih
Benih
merupakan salah satu faktor produksi yang sangat memegang peranan
penting dalam menunjang keberhasilan budidaya udang windu (Penaeus monodon)
di tambak. Lahan budidaya yang begitu ideal yang disertai pengelolaan
yang sangat intensif akan sia-sia jika tanpa diimbangi dengan pemilihan
benih yang baik. Dengan demikian teknik/prosedur memilih benih udang
windu yang balk harus banyak diketahui secara benar oleh pembudidaya
atau petani tambak.Petani tambak kebanyakan mengandalkan feeling dalam
memilih benih udang yang akan ditebar, sehingga tidak ada ukuran-ukuran
yang secara kualitatif dan kuantitatif bisa dipakai sebagai acuan dalam
membuat keputusan yang standar antara petani satu dengan yang lainnya.
Pada tulisan ini akan mencoba merumuskan secara sederhana beberapa tahap
dalam memilih benih udang windu yang secara teknis memungkinkan
dilakukan oleh kebanyakan petani. Tahap pertama: Mengamati penampilan benih secara langsung di bak produksi benih. Tahap kedua: Mengamati penampilan sampel benih di waskom putih dan beaker glass. Tahap ketiga: Melakukan uji daya tahan dengan test formalin shock salinitas. Tahap keempat: Melakukan pengiriman sampel benih terpilih ke laboratorium uji.
PRODUKSI DAN KUALITAS BENIH
Banyaknya
jumlah pembenih udang windu, menyebabkan tingginya variasi benih yang
diproduksi. Faktoryang paling berpengaruh adalah rendahnya harga benur,
sehingga pembenih berusaha sehemat mungkin dalam perhitungan biaya
opersionalnya. Pakan buatan maupun artemia sebagi pakan alami secara
keseluruhan lebih dari 60 % biaya operasional, sehingga disinilah
pembenih berusaha banyak menghemat dengan menurunkan standar kualitas
pakan atau dosis penggunaannya.
Dengan
kondisi seperti itu, maka kualitas benih akan menjadi sangat variatif.
Petani tambak harus jeli dalam memilih benih yang baik. Lebih baik
diarahkan pada benih yang baik walaupun harga relatif lebih mahal,
daripada mendapatkan benih lebih murah, tetapi kualitasnya kurang baik.
EMPAT TAHAP MEMILIH BENIH UDANG WINDU
Tahapan
pemilihan benih udang windu berupa benur dapat disusun berdasar tingkat
kesederhanaan dalam melakukan pengamatan di masing-masing tahapan. Pada
dasarnya dapat diba menjadi 4 tahap berikut:
1. Mengamati penampilan benih secara langsung di bak produksi benih
Dengan
melihat langsung kondisi benih di bak pemeliharaan, maka akan menambah
keyakinan terhadap kualitas benih yang akan dipilih. Benih yang baik
pasti berada pada media pemeliharaan yang kondisinya baik pula. Dengan
melihat langsung ke bak pemeliharaan akan tahu bagaimana kondisi
kualitas airnya dan bagaimana kondisi benihnya di dalam bak. Pada tahap
ini yang perlu diamati adalah ukuran, jumlah, gerakan dan kondisi air
media.
Ukuran: seragam,
relatif panjang (>1,0 cm), stadia >PL12, uropoda telah mengembang
(mengalami pigmentasi), banyak menempel di dinding. Benih udang windu
pada stadia >PL12, organ telah berkembang lengkap dan telah mempunyai
daya adaptasi yang relatif kuat terhadap lingkungan baru tambak
(Anonim,1999-a).
Jumlah :
mencukupi kebutuhan, populasi di bak pemeliharaan termasuk padat
(menunjukkan SR tinggi). Kriteria mencukupi kebutuhan diusahakan bisa
dipenuhi dari satu sumber, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
variasi pertumbuhan udang di tambaknya. SR yang tinggi menunjukkan bahwa
pada masa proses produksi benih tidak mengalami kendala yang besar baik
dari sisi lingkungan maupun penyakit.
Gerakan : aktif,
resposifterhadap arah cahaya (bersifat fototaksis positif), jika diberi
pakan menunjukkan respon yang sangat bagus (mendatangi di daerah yang
banyak pakan). Benih yang sehat akan banyak bergerombol dengan gerakan
yang atraktif sekali di daerah dekat permukaan air pada posisi arah
datangnya cahaya. Untuk melihat respon terhadap pakan, aerasi dimatikan
sebentar lalu ditabur pakan buatan di permukaan air, benih akan banyak
berkumpul mendekati pakan (Anonim,1999-b).
Kondisi Air Media Pemeliharaan :
plankton hidup, masir, bersih dan tidak berbau busuk, tidak banyak
kotoran yang menempel baik di dinding maupun di dasar bak. Banyaknya
kotoran di dinding atau dasar bak menunjukkan pengelolaan yang kurang
baik. Ada kemungkinan manajemen pakan yang tidak tepat sesuai kebutuhan
atau manajemen air yang kurang baik. Jika hal ini terjadi sebaiknya
dihindari (benih tidak dipilih).
Secara
umum melihat kualitas benih dengan melihat langsung di bak pemeliharaan
relatif lebih mudah dibanding dengan hanya melihat sampel benih saja
yang dibawakan oleh seseorang. Pengamatan skala sampel yang akan
dijelaskan pada tahap kedua hingga keempat akan dilakukan hanya bila
kondisi benih memang kelihatan bagus pada pengamatan tahap pertama ini.
2. Mengamati penampilan benih di waskom putih dan beaker glass
Setelah
lolos pada pengamatan tahap pertama, maka mulai mengambil sampel benih
untuk diamati lebih lanjut. Pengamatan sampel benih secara sederhana
untuk dilaksanakan di lapangan oleh petani adalah mengamati benih dengan
waskom putih dan beaker glass. Pada tahap ini yang perlu diamati adalah
: warna tubuh, keseragaman ukuran, gerakan, warna mata dan makro
parasit (parasit yang berukuran besar).
Dengan
waskom putih maka kecenderungan penampilan keseragaman benih. Kekuatan
benih akan lebih jelas terlihat dari pada melihat di bak tanpa alat
bantu. Saat diputar air dalam waskom, maka benih yang sehat akan cepat
berpencar dan berenang menentang arus air. Benih yang lemah akan tetap
terdiam di tengah waskom, semakin sedikit benih yang terdiam di tengah
waskom berarti semakin banyak proporsi benih yang sehat. Warna tubuh
benih tergantung dari warna plankton dominan yang tumbuh dan warna
dinding bak, pada umumnya benih berwarna coklat-kehitaman transparan
(bening). Ukuran relatif panjang dan seragam.
Dengan
beaker glass penampilan benih akan lebih jelas lagi untuk melihat
secara lebih detail tentang kelengkapan organ, warna tubuh dan
kemungkinan kotoran yang menempel di permukaan tubuh (parasit). Benih
yang sehat akan terlihat aktif kaki renangnya, organ lengkap dan
berkembang normal serta kelihatan bersih tidak berparasit. Dengan beaker
glass parasit yang berukuran besar akan kelihatan, misalnya sering
disebut dengan udang bersepatu. Mikroparasit memang tidak akan mampu
terdeteksi dengan cara ini, melainkan harus dengan bantuan mikroskop.
Mata tidak berwarna putih perak, benih dengan mata berwarna putih perak
merupakan salah satu indikator benih dalam kondisi lemah, sensitif
terhadap perubahan lingkungan.
3. Melakukan uji daya tahan dengan test formalin dan shock salinitas
Setelah
lolos pada pengamatan tahap pertama dan kedua, perlu dilakukan
pengamatan tahap ketiga yaitu uji daya tahan benih. Uji daya
tahan/stress test ini yang mudah dilakukan di lapangan adalah dengan
perendaman formalin dan shock salinitas (Sumarwan, 2003).
Uji
daya tahan terhadap formalin ini penting dilakukan karena nanti saat
panen benur harus dilakukan skrinning secara total sebelum dipacking.
Jika pada uji daya tahan terhadap formalin dengan skala sampel
menunjukkan SR yang rendah (misalnya kurang dari 90%), maka akan sangat
beresiko pada skrinning masalnya. Karena dosis dan lama waktu perendaman
pada skrinning masal sama dengan pada saat uji daya tahannya. Pada test
formalin dilakukan perendaman benih dalam larutan formalin selama 30
menit, kemudian dihitung kelangsungan hidupnya (SR). Benih dianggap baik
jika SR pada test formalin mencapai > 95%. Benih yang terinfeksi
virus atau dalam kondisi lemah tidak akan kuat melalui tahap skrinning
ini, sehingga diharapkan tidak akan menularkan penyakit saat
dibudidayakan di tambak.
Pada
uji daya tahan dengan shock salinitas, sampel benih dari air asin
dimasukkan ke dalam air tawar selama 15 menit, kemudian dipindahkan ke
air asin lagi selama 30 menit baru dihitung SR. Benih dianggap baik jika
SR mencapai > 90%. Shock salinitas ini cenderung untuk menguji
kekuatan benih, walaupun benih kelihatan bagus tapi jika daya tahannya
lemah pasti akan banyak yang mati ketika direndam air tawar secara
tiba-tiba.
4. Melakukan pengiriman sampel benih terpilih ke laboratorium uji
Pada
pengamatan benih secara laboratorium kebanyakan petani tambak tidak
mampu melakukan sendiri, sehingga bisa memanfaatkan jasa laboratorium
uji terdekat. Pada pengamatan laboratorium pada umumnya dilakukan
pengamatan secara mikroskopis terutama terhadap kelengkapan organ,
nekrosis, saluran pencernaan, parasit, pigmentasi dan lain-lain. Selain
itu untuk mendeteksi inveksi virus dilakukan pengamatan dengan metode
PCR (Polymerase Chain Reaction). PCR terutama diarahkan untuk mendeteksi jenis virus yang berbahaya misalnya SEMBV.
Pengamatan
secara laboratorium bertujuan untuk memberikan data secara kualitatif
maupun kuantitatif yang secara standar nasional dan atau internasional
telah diakui keakuratannya. Namun demikian hasil uji laboratoriumjustru
hanya bersifat melengkapi untuk menunjang pengambilan keputusan
pemilihan benih sebar setelah melewati tahap pertama hingga ketiga
diatas.
Setelah
mendapatkan semua data pengamatan benih dan memutuskan mengambil salah
satu sumber benih yang terpercaya, maka tahap berikutnya memanen benih.
Pada saat memanen benih ini, maka harus dilakukan pemilahan. Benih yang
dipacking dipastikan yang telah lolos pada perendaman formalin 200 ppm
selama 30 menit. Jika terjadi perbedaan salinitas antara air tambak
dengan air di bak pemeliharaan benih, maka perlu diupayakan untuk
disesuaikan salinitasnya secara perlahan-lahan.
Sumber :
Media Budidaya Air Payau Nomor 4 Tahun 2004
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara