KERAGAAN DAN
PROSPEK
PENGOLAHAN IKAN DAN
LIMBAHNYA
Dalam upaya meningkatkan pangsa pasar dalam negeri, perbaikan teknologi produk
perikanan pada unit pengolahan skala kecil dan menengah menjadi sangat penting.
Jenis olahan yang dihasilkan kelompok pengolah ini pada sebagian besar
umumnya memiliki keterbatasan dalam
akses pasar dan kurang menyentuh target konsumen menengah keatas. Keterbatasan ini berkaitan dengan ciri produk
yang rendah mutunya, bentuk tampilan
(bentuk olahan) kurang menarik dan penerapan sanitasi pengolahan yang baik yang
belum sesuai standar yang diinginkan. Namun demikian peluang pengembangan
terhadap produk yang dihasilkan kelompok pengolahan skala kecil menengah
sangatlah besar.
Pada beberapa daerah usaha pengolahan ini umumnya
berbasis pada bahan baku yang sama dengan jenis olahan yang bahkan sama dalam
satu kawasan. Dengan kondisi tersebut oleh pemerintah telah dan akan terus
memfasiltiasi pembangunan sentra pengolahan dengan menyediakan sarana dan
prasaran pengolahan. Penyediaan sarana dan prasarana pengolahan ini diharapkan
dapat mendorong produksi dan meningkatkan mutu hasil olahan yang pada akhirnya meningkatkan
daya saing.
*)
Kasubdit
Pengembangan Produk
Direktorat Pengolahan Hasil – Ditjen
P2HP
Departemen Kelautan dan Perikanan
Disamping mengusahakan basis produk olahan yang telah
ada, pengolah perlu diberikan alternatif
untuk mengusahakan bentuk produk olahan lain yang dianggap prospektif untuk
dipasarkan seperti dari rumput laut, cummunited
products ataupun snack products. Sehingga dengan terjadi
diversifikasi usaha dari beberapa produk olahan.
Terkait dengan permasalahan dan peluang yang ada, maka
upaya pengembangan produk nilai tambah pada unit pengolahan di daerah masih
perlu mendapat fasilitasi pemerintah dalam bentuk pembinaan dan pelatihan
dengan dukungan kemudahan untuk mengakses informasi dan teknologi, penguatan
sarana pengolahan, akses pasar maupun akses permodalan. Dengan fasilitasi seperti ini diharapkan ke
depan, unit pengolahan terutama yang berskala kecil dan menengah secara
berkelompok dapat berinovasi dalam membangun usahanya.
Menjawab kebutuhan
daerah serta sejalan dengan kebijakan pemerintah bahwa tanggung jawab
pemerintah pusat adalah melahirkan pelatih-pelatih yang ahli dan terampil dalam
bidang pengolahan hasil (pengembangan produk), maka diselenggarakan TOT
Pengembangan Produk Bernilai Tambah Ikan dan Limbahnya.
Melalui penyelenggaraan Training of Trainer (TOT)
diharapkan akan mampu mencetak pelatih-pelatih yang handal dan diharapkan akan
dapat membekali pengetahuan dan ketrampilan para calon pelatih daerah tentang teknologi pengolahan dan
pengemasan PNT berbasis ikan dan
limbahnya serta rumput laut. Disamping
itu pengetahuan para pengolah di daerah juga akan semakin meningkat terutama
mengenai usaha pengolahan produk nilai
tambahnya agar lebih menguntungkan.
Manfaat Produk Bernilai Tambah antara lain :
- Mengantisipasi produksi berlimpah
- Memperpajang daya awet produk,
mempertahankan mutu
- Meningkatkan citarasa dan nilai jual produk
- Memberikan alternatif tampilan,
rasa agar lebih disukai
- Lebih mudah dan simpel dalam
penyimpanan (dalam bentuk mince/surimi)
Sedangkan Pengembangan Produk Bernilai Tambah memiliki
peran strategis yang diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomi produk olahan,
menumbuhkan inovasi teknologi modern, meningkatkan apresiasi terhadap produk
tradisional, membentuk SDM berkualitas dan kompeten melalui peningkatan
pengetahuan yang diberikan baik dari pelatihan/training, hasil riset, serta
informasi dari berbagai media yang ada.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan tuntutan
konsumen mengenai produk yang aman konsumsi, maka dalam setiap pembinaan yang
dilakukan selalu memberikan informasi akan pentingnya memberikan jaminan kepada
konsumen terhadap produk yang aman dan jaminan mutu (quality assurance dan food
safety). Disamping itu dalam rangka menyiasati maraknya peredaran produk
perikanan yang kurang berkualitas, serta penggunaan bahan kimia berbahaya maka
diperlukan kesadaran yang tinggi dari para pengolah serta tingginya kewaspadaan
dari konsumen itu sendiri. Sehingga para pengolah diharapkan dapat menerapkan :
cara-cara pengolahan yang baik dan benar (GHP/Good
Handling Practicess)
dengan cara-cara pengolahan yang higienis sesuai GMP
(Good Manufacturing Practices)
serta menerapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Point)
1.1.
Keragaan Pengembangan Produk Bernilai Tambah
Dari peta di atas
dapat dilihat bahwa sudah cukup banyak ragam jenis produk olahan di
masing-masing Provinsi yang mampu mengisi hati konsumennnya, meskipun untuk
produk olahan tradisional masalah kualitas dan keamanan produk belum sepenuhnya
diperhatikan. Masing-masing daerah
memiliki berbagai variasi olahan berbeda-beda. Melalui pembinaan yang dilakukan
oleh Direktorat Pengolahan hasil, diharapkan akan dapat diserap ilmu baru
menjadi realisasi ragam jenis olahan baru dalam rangka memperkaya variasi yang
ada.
1.2.
Prospek Pengembangan Produk Ikan
Pasar Lokal dan dunia masih terbuka, diakibatkan oleh :
•
Perubahan Gaya
Hidup
Masyarakat saat ini lebih menyukai yang
praktis dan tidak memerlukan banyak waktu dalam banyak hal terutama dalam
menyediakan makanan bagi keluarga. Hal ini terkait erat dengan semakin
banyaknya para wanita atau kaum ibu yang bekerja membantu perekonomian keluarga
atau hanya sebagai bentuk aktualisasi diri saja (seperti pada poin berikut).
•
Banyaknya
Wanita/Ibu Rumah Tangga Bekerja
•
Perubahan Pola
Konsumsi
Perubahan pola konsumsi masyarakat
sekarang adalah cenderung kepada makanan yang menyehatkan tubuh meski factor
asupan gizi dan kelezatan tetap utama. Hal ini dipicu oleh kandungan lemak tak
jenuh yang dimiliki ikan, sehingga tidak berbahaya bagi tubuh manusia.
•
Lebih Praktis
Dengan maraknya produk cepat saji
(berbahan baku ikan) di pasaran, maka mempermudah kita dalam mempersiapkan
hidangan keluarga. Tentu saja hal ini menjadi tuntutan terhadap kemajuan
pengembangan produk.
•
Daya Simpan Lebih
Lama
Melalui proses pengolahan(merubah bentuk
fisik ikan dengan menambahkan bahan-bahan yang aman dikonsumsi), maka daya
simpan ikan menjadi lebih lama.
•
Memiliki Nilai Jual
Lebih
Karena bentuknya, rasanya, tampilannya,
kemasannya, volumenya berubah, maka nilai jual menjadi lebih tinggi.
•
Mempertahankan Mutu
Karena adanya penambahan beberapa bahan
tambahan, bumbu-bumbu, maka mutu ikan dapat dipertahankan.
•
Memenuhi Selera
Konsumen
Dalam proses pengolahannya, hingga
kepada pemasarannya, produsen selalu melihat tren pasar/konsumen, sehingga
produk mampu menempati rongga hati pembeli. Dengan demikian keinginan untuk
membeli/berbelanja menjadi semakin besar.
1.3.
Prospek Pengembangan Limbah Ikan
Seluruh bagian ikan memiliki manfaat dan nilai jual. Dari
mulai dagingnya hingga bagian tubuh lain seperti duri, tulang, sisik, sirip,
bahkan isi perut ternyata memiliki nilai jika sudah mengalami proses pengolahan
lebih lanjut, prinsip inilah yang biasa disebut dengan ZERO WASTE PRODUCT artinya tidak ada satu bagianpun dari tubuh ikan
yang tidak dapat dimanfaatkan atau dengan kata lain tidak ada yang terbuang
Sepatu dari kulit ikan Dompet
dari kulit pari
Limbah sisik ikan Menjadi bunga penghias meja
Tulang, sisik, kulit, isi perut dan limbah lainnya bisa kita olah/ubah menjadi rupiah melalui proses pengolahan.
Sebagai contoh, di bawah ini telah dicoba untuk menghitung nilai tambah ikan
(Patin), terdapat peningkatan nilai tambah sebesar 85,44% bila disbanding
dengan menjual ikan patin dalam bentuk segar dan tanpa perlakuan apapun. Pada ikan
patin tidak terdapat sisik ikan yang dapat diubah menjadi bunga maupun bros,
kemudian kulitnya hanya dimanfaatkan dalam bentuk kerupuk kulit saja. Bila
kulit ikan diolah menjadi kulit samak,
kemudian menjadi kerajinan, maka bisa jadi nilai tambahnya menjadi semakin
besar (> 85,44%).
Ikan
Patin, difillet, kemudian di olah
Kaki Naga Patin
Otak-otak Patin
PERHITUNGAN
NILAI TAMBAH IKAN PATIN
No
|
Nama Ikan
|
Harga
(Rp)
|
(Prosentase )
Komposisi Tubuh Ikan
|
Harga sesuai prosentase
(Rp)
|
Harga per bagian di pasaran (Rp)
|
Pengembangan Produk /PPNT
|
Harga Setelah PP (Rp) *)
|
1.
|
Patin (100 kg)
|
1.600.000
(16.000/ kg)
|
Daging 50%
|
800.000
|
30.000 x 50 = 1.500.000
|
Fillet
|
50.000 x 50 = 2.500.000
|
|
|
|
Kulit 4,4%
|
6.000 x 4,4 = 26.400
|
9.000 x 4,4 = 39.600 ***)
|
Kerupuk
|
13 x 12.000 = 156.000
****)
|
|
|
|
Tulang + Sirip 9%
|
-
|
-
|
Tepung Ikan
|
|
|
|
|
sirip ekor
0,6%
|
-
|
-
|
Tepung Ikan
|
7,5 x 5.000 =
37.500
|
|
|
|
Isi perut 13,38%
|
-
|
-
|
Tepung ikan
|
|
|
|
|
Gelembung renang 1,62%
|
-
|
3.000 x 1.62 = 4.860
|
Icing Glass **)
|
0.324 x 150.000
=
48.600
|
|
|
|
Kepala
20%
|
8.000 x 20 =
160.000
|
8.000 x 20 =
160.000
|
Pindang Patin
|
15 x 15.000 = 225.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL
|
1.600.000
|
|
986.400
|
1.704.460
|
|
2.967.500
|
|
%
|
100%
|
|
61,65%
|
106,50%
|
|
185,44%
|
Catatan :
*) PP
= Pengembangan Produk
**) Clarifying Agent (bahan campuran proses
pembuatan minuman bersoda)
Rp 110.000-200.000/kg kering
***) Kerupuk Mentah
****) Sudah Digoreng