Minggu, 16 April 2017

Kepiting lunak

Apa sebenarnya kepiting lunak itu ?
Kepiting lunak menjadi tren untuk paa penikmat masakan sea food. Sebelum kita mengenal apa itu kepiting lunak maka kita harus mengenal dahulu sepertinapa itu kepiting. Kepiting termasuk ke dalam golongan binatang yang disebut arthropoda dimana penopang tubuhnya terbentuk dari cangkang yang menyelimuti bagian luar  tubuhnya. Pertumbuhan baginya merupakan hal yang krusial karena untuk tumbuh menjadi lebih besar kepiting harus melepaskan kulit yang lama kemudian kulit baru yang ukurannya lebih besar akan menggantikan tempatnya.
Kepiting lunak atau Peristiwa lain dikenal sebagai molting yang terjadi berkali-kali selama daur hidup kepiting yang frekuensinya menurun dengan  semakin bertambah umur dan ukurannya.

Kepiting lunak atau Molting merupakan salah satu fenomena alami yang sangat menarik untuk diketahui. Data menunjukan bahwa, aktifitas molting kepiting bakau dapat mempunyai dua puncak dalam sebulan yakni pada puncak pasang perbani dan purnama. 

Walaupun tidak semua indifidu mengikut pola tersebut. sesaat sebelum kepiting molting, kepiting telah menyediakan dasar kulit baru di bawah kulit yang lama. Pada saat tersebut kalsium diserap dari kulit yang lama  sehingga menjadi lebih rapuh atau fleksibel. Kulit yang lama terpisah  pada bagian belakang kepiting dan kerapas bagian belakang tersangkut. 

Walaupun demikian, tangkai mata tetap tidak terganti sehingga biasa  digunakan sebagai meletakan tanda/tag pada kegiatan penandaan kepiting.  kepiting bakau mengalami pergantiankulit sekitar 17 kali sampai dengan  umur setahun. Pada tahap awal dari kepiting lunak tersebut merupakan  kondisi yang benar-benar lemah dan rawan terhadap pemanghsa predator,  sehingga untuk beberapa hari berikutnya kepiting dangan cangkang yang lunak akan tetap berbenam diri ke dalam sedimen/lumpur sementara kulit  yang baru mengembang dan semakin mengeras. Karena itu sudah menjadi  pengtahuan umum bahwa kepiting lunak sangat jarang tertangkap dengan  alat tangkap yang dilengkapi dengan umpan. Dalam beberapa hari kemudian,  kepiting lunak akan aktif,dapat menghindar dari predator dan bahkan sudah dapat aktif mencari makan. dalam dua hingga tiga minggu  cangkangnya akan mengeras dan daginganya tumbuh mengisi cangkang baru  yang lebih besar.selama fase itu, kepiting lunak menjadi sangat  berpeluang untuk tertangkap dengan perangkap dan rawan terhadap  kerusakan cangkangnya.

Mengapa kepiting lunak bila tertangkap sebaiknya dilepas kembali ke alam ?
Kepiting lunak hanya menghasilkan daging kurang dari 20% dari bobot tubuhnya  sedangkan kepiting keras akan menghasilkan 25% . menangkap kepiting pada  kondisi cangkan keras akan memaksimumkan produksi untuk jumlah kepiting tertentu.

Disamping itu, kualitas daging dari kepiting  cangkang lunak sangat rendah dibandingkan dengan kepiting cangkang keras. masyarakan mengenal daging kepiting demikian dengan daging berair, lembek, tidak bertekstur, bahkan menyatu seperti jelli sehingga  tidak jarang hanya dibuang. dengan melepas kan kembali kepiting cangkang lunak yang tertangkap ke alam dengan hati-hati, berarti akan memberi  kesempatan kepada kepiting untuk mengeras dan dapat di tangkap di kemudian hari setelah qualitas dagingnya maksimal. 

Bagaimana membedakan antara kepiting cangkang lunak denga kepiting cangkang keras ?
Budidaya kepiting
Kepiting  lunak dapat diidentifikasi dengan jalan memijit/menekan secara perlahan  bagian tubuh kepiting. kepiting lunak yang dipasarkan khusus untuk  komsumsi adalah kepiting  yang baru saja molting atau paling tidak baru berumur 4jam sejak molting .pada kondisi demikian, bagiancangkang kepiting pun lunak apalagi bagian tubuh yang lainnya.

Pada kondisi ini ,kepiting belum mampu melakukan perlawanan apabila diganggu sehingga dialam sangat rawan terhadap pemangsa. berbeda dengan kepiting lunak yang memang diproduksi untuk dikomsumsi, kepiting lunak yang  biasanya tercampur dengan kepiting komsumsi yang di jual di pasaran  biasanya kondisinya sudah lebih baik. Cangkang dan bagian tubuh yang  lainnya sudah mengeras sehingga sudah bisa menghidar dan melawan predator yang mengganggu. Identifikasi kepiting lunak seperti ini sudah  jauh lebih sulit karena hampir seluruh bagian tubunya sudah mengeras  tetapi sebenarnya isinya masih sangat sedikit dan tubuhnya sebagian  besar masih terisi dengan air.

Untuk mengidentifikasikannya, maka  beberapa pijitan dapat dilakukan di beberapa tempat seperti pada ruas  pertama pada kaki-kaki jalan dan kaki renang atau pada bagian dada  kepiting. Apabila bagian-bagian tersebut lentur, maka kepiting tersebut  masih termasuk kepiting lunak. Disamping tanda tersebut, orang yang  berpengalaman dalam penanganan kepiting dapat mengetahui bahwa kepiting  yang kelihatan lebih ringan dibandingkan dengan bobot sebenarnya pada  umumnya adalah kepiting lunak biasanya putih dan bersih, sedangkan  kepiting keras biasanya lebih gelap, kekuning-kuningan, kecoklatan dan bahkan sering ditempili dengan teritip dan alga.

Bagaimana memproduksi kepiting lunak secara massal untuk komsumsi ?
Salah satu sifat yang dimiliki krustase dalam pertumbuhannya adalah ganti kulit atau dalam bahasa ilmiah dikenal dengan molting. Pada kondisi ganti kilut, kulit krutase yang tadinya keras digantikan oleh kulit yang lunak sehingga dikenal dengan "soft shelling crab" yang di indonesia kemudian disingkat menjadi "soka". Karena kulitnya yang lunak, maka dia tidak dapat mencapit dan mudah penanganannya. Kondisi lunak tersebut  hanya bertahan dalam waktu yang singkat kemudian berangsur-angsur  mengeras kembali sebagaimana layaknya kepiting normal sehingga perlu  pengontrolan yang ketat. Produk ini sebenarnya telah lama dikenal terutamauntuk kepiting biru Calinectes sapidus yang ditangkap dari alam  namun karena penangkapan soka dari alam ketersediaannya tidak menentu, maka kemudian dipikirkan untuk dibudidayakan.

Berbagaicara telah  dilakukan untuk mempercepat terjadinya ganti kulit pada kepiting bakau seperti rengsangan melalui manipulasi makanan, manipulasi lingkungan dan  teknik pemotong kaki. Hingga saat ini teknik pemotongan kaki yakni dengan mematahkan capit dan kaki jalan kepiting masih merupakan cara yang paling praktis yang dapat dilakukan untuk mempercepat terjadinya  pergantian kulit dan dapat diterapkan secara massal. Dengan mematahkan  anggota badan kepiting, maka hormon pertumbuhannya akan memacu  pembentukan kembali dari anggota badan yang hilang.

Dengan cara ini, kepiting muda dapat berganti kulit dalam waktu 2-3 minggu tergantung  pada kejelian di dalam memilih kepiting yang sudah mendekati fase ganti  kulit. Karena penggemar soka cukup luas maka produk ini menjadi andalan oleh beberapa negara penghasil kepiting ke depan. Harganya pun cukup menggiurkan yakni sekitar 3-5 USD tergantung pada ukurannya. semakin besar ukurannya semakin tinggi pula harganya.

Namunkarena pergantian kulit kepiting pada ukurannya yang lebih kecil biasanya lebih cepa, maka perkembangan soka biasanya diarahkan untuk kepiting muda dengan bobot 60-150 g/ekor.

Berdasrkan sifat ganti kulit kepiting diatas, maka sejak tahun 90an, produksi kepiting soka telah mulai dikembangkan di indonesia. Walau pun secara ekonomis budidaya soka kelihatan menguntungkan, namun sebagaian besar pengusaha soka tidak bisa bertahan lama. Berbagai kendala dihadapi terutama masalah pasar dan ketersediaan benih yang bersaing dengan kebutuhan komsumsi menyebabkan harga benih di beberapa sentra pengembangan manjadi mahal. Namun semakin membaiknya teknik pembenihan, maka di massa yang akan datang diharapkan hal ini  tidak lagi menjadi masalah. Sedangkan masalah pemasaran, diharapkan  dapat di formulasikan solusinya melalui keterlibatan pembudidaya dan pemerintah.

Produksi dilakukan melalui beberapa tahap seperti :
persiapan tambak,
pemasangan keranjang sebagai wadah yang diapungkan di  dalam tambak,
penebaran benih yang kaki-kakinya telah dipatahkan, 
pemberian pakan,
dan pengontrolan/panen.

Persiapan tambak dapat dilakukan sebagaimana persiapan tambak untuk budidaya bandeng  untuk menghasilkan lingkungan tambak yang baik. Keranjang yang digunakan  dapat berupa keranjang buah lengkeng yang disekat dengan bilah bambu  menjadi 6 kotak untuk mengakomondasi masing-masing satu kepiting per  kotak. Selain itu, saat ini tersedia secara komersial kotak khusus untuk  pemeliharaan soka namun dengan harga yang lebih mahal.

kotak khusus  yang terbuat dari plastik tersebut memungkinkan untuk melalukan  pemeliharaan soka tanpa pemotongan kaki karena dilengkapi dengan penutup  yang kuat dan khusus sehingga kepiting tidak dapat keluar dari kotak  pemelihraan. Keranjang atau pun kotak plastik tersebut kemudian  dirangkai dan diapungkan di dalam tambak. satu hektar tambak dapat diisi  sampai dengan 10.000 kotak atau 10.000 ekor kepiting. setelah  penebaran, dilakukan pemberian pakan berupa ikan rucah dua kali sehari  sebanyak 5-10% dari bobot kepiting. pengontrolan kapiting ganti kulit  dilakukan lebih intensif setelah pemeliharaan memasuki minggu kedua  apabila dilakukan pemotongan kaki atau bulan kedua bila tanpa pemotongan  kaki untuk mengantisipasi adanya kepiting yang ganti kulit.

Apabila  kepiting yang ganti kulit dibiarkan sampai dengan 4jam, maka kepiting  lunak akan mengeras secara perlahan. Dari 10.000 ekor yang dipelihara  dengan pemotongan kaki maka sejak minggu ketiga sampai dengan satu bulan  biasanya terjadi pergantian kulit sekitar 10% perhari atau sekitar 1000  ekor atau setara dengan sekitar 100kg per hari. Namun apabila tidak  dilakukan pemotongan kaki maka biasanya memasuki bulan kedua sampai  dengan tiga bulan masa pemeliharaan akan di dapat kan kepiting lunak  sebanyak sekitar 150 ekor atau setara dengan 15kg per hari. Kepiting  yang dipanen biasanya dapat dipasarkan dalam keadaan hidup maupun beku.

Budi daya Ikan Gurame

Budi daya Ikan Gurame - Ikan Gurame (Osphronemus goramy) dikenal sebagai ikan air tawar yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat umumnya bahkan sampai diseluruh Asia Tenggara dan Asia Selatan. Ikan Gurame ini merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici, berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat,Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia.


Mengingat  ikan gurame ini enak dan lezat rasanya maka tidak heran jika perminataan dari para konsumen semakin banyak dan bertambah  bahkan hingga kini Ikan gurame merupakan ikan yang cukup istimewa dan menjadi ikan faforit sebagai rajanya ikan air tawar. Sehingga dengan banyak nya permintaan pasar ini Ikan Gurame menjadi alternatif untuk di buat penghasilan tambahan. Budi daya Ikan Gurame selain mudah juga dalam perawatan nya cukup gampang.

Ciri Indukan Gurame
Untuk postingan kita pada kesempatan ini penyuluh akan menjelaskan tentang Usaha Pembenihan Ikan gurame. Pembenihan Ikan Gurame adalah sakah satu kegiatan dari Budi daya ikan Gurame
Kegiatan usaha pembenihan ikan Gurame ini memegang peranan penting dalam penyediaan benih yang akan dibesarkan sampai ukuran konsumsi. Pada umumnya Kendala pembenihan gurami di kolam adalah tingginya tingkat mortalitas, terutama dari larva hasil tetasan sampai benih ukuran 1 cm. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan penerapan teknik memelihara benih kecil (larva) dengan menggunakan akuarium, bak semen atau paso seperti halnya pada ikan hias. Dengan teknik ini maka semua tahap pembenihan mulai dari penetasan telur sampai pendederan benih dapat dikontrol secara efektif. Penggunan air dengan kualitas yang baik menjadi penunjang keberhasilan pembenihan gurami.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam usaha pembenihan dalam Budi daya Ikan Gurame khususnya  adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam untuk pemijahan induk ikan gurami meliputi :
a. Pengeringan kolam
Sebelum dilakukan pemijahan kolam perlu dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan kolam pemijahan sebaiknya dilakukan selama 2 – 3 hari. Adapun maksud dan tujuan dari pada  pengeringan kolam ini adalah untuk:
1. Membunuh hama dan sumber penyakit yang terdapat pada kolam.
2. Menghilangkan nitrit yang ada di dasar kolam,
3. Memberikan suasana baru bagi induk ikan gurami yang akan dipijahkan, karena tanah yang kering akan memiliki bau yang khas saat terendam air yang akan merangsang induk ikan untuk memijah, dan  menumbuhkan kelekap (plankton) di pinggir-pinggir kolam sebagai persediaan pakan bagi induk gurami, dan induk siap dimasukkan ke kolam pemijahan.

b. Pembersihan
Sebelum pemijahan dilakukan Kolam juga perlu dilakukan Pembersihan termasuk pada pematang yang dimulai dari rumput-rumput liar agar tidak dijadikan tempat penempelan sarang telur oleh induk gurami atau tempat persembunyian hama pengganggu dan juga supaya bersih dari gangguan hama penyakit.

c. Pengisian air kolam

Pengisian air kolam ini dilakukan dengan ketinggian 70 – 100 cm, sehingga gurami memerlukan perairan yang airnya relatif dalam bagi pergerakannya tersebut.

d. Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang,

Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang serta tidak jauh dari sosog, dibuat para-para dari bambu untuk meletakkan ijuk, sabut kelapa atau bahan sejenis yang dapat dijadikan sarang oleh induk gurami untuk memudahkan induk gurami membuat sarang dan meletakkan telur.

2. Seleksi Induk
Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2 – 2,5 kg untuk betina Masa produksi optimal induk betina berlangsung selama 5 – 7 tahun.

Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurami :
a. Induk gurami jantan : dahi menonjol (nonong), dagu tebal (lebih menonjol), perut meruncing, susunan sisik normal (rebah) gerakan lincah.
b. Induk gurami betina : dahi lebih rata (tidak ada tonjolan), dagu tidak menebal, perut membundar, susunan sisik agak terbuka, gerakan agak lamban.

Kriteria kualitatif
a. Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
b. Bentuk tubuh : pipih vertikal.
c. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.
d. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir

Kriteria kuantitatif
a. Umur : Jantan (24-30 bulan) dan betina (30-36 bulan)
b. Panjang standar : jantan (30-35 cm) dan betina (30-35 cm)
c. Bobot badan : jantan (1,5-2,0 kg)dan betina (2,0-2,5 kg)
d. Fekunditas : 1.500-2.500 butir/kg (betina)
e. Diameter telur : 1,4-1,9 mm (betina)

3. Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara massal maupun berpasangan dengan sistem sekat. Kolam pemeliharaan induk sekaligus berfungsi untuk kolam pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2. Untuk kegiatan pemijahan dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4.

Pakan yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.
Untuk memudahkan induk jantan membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang.

Tempat sarang berupa keranjang plastik bulat diameter 20-25 cm atau tempat lain yang serupa yang ditempatkan pada kedalaman 10-15 cm dibawah permukaan air. Induk jantan akan mencari tempat yang aman dan tenang untuk membuat sarang sebagai tempat menyimpan telur, dengan memungut bahan sarang (ijuk, sabut kelapa dll) yang telah dipersiapkan di atas permukaan kolam.

Sarang yang telah berisi telur dapat ditandai bila pada permukaan air di atas sarang terdapat lapisan minyak. Lapisan minyak tersebut berasal dari telur-telur yang pecah. Selain itu sarang yang telah berisi telur biasanya tertutup bahan sarang ( ijuk ) yang dibuat oleh induk jantan, dan induk jantan akan menjaga sarang tersebut. Sarang yang telah berisi telur dipindahkan ke dalam waskom atau ember untuk diambil telurnya dan selanjutnya memindahkan telur ke tempat penetasan.

4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Bila sudah dipastikan bahwa sarang sudah berisi telur, maka sarang dapat dipanen untuk dipindahkan ke tempat penetasan telur. Panen dilakukan dengan mengangkat sarang secara hati-hati ke dalam ember yang berisi air kolam. Penggunaan air kolam dimaksudkan agar kondisi air tidak berubah (sama) untuk mengurangi kematian telur.

Untuk membedakan telur yang hidup dan mati dapat dilihat dari warnanya. Telur yang hidup berwarna kuning cerah bening atau transparan, telur yag mati/rusak berwarna kusam, kuning muda agak keputih-putihan.

Telur mengalami kematian karena tidak dibuahi. Telur tersebut dengan cepat diserang cendawan berwarna putih yang disebut Saprolegnia. Setelah terserang, telur mati akan membusuk dan akan mengganggu perkembangan telur yang hidup. 

Wadah penetasan yang digunakan bisa berupa bak-bak atau ember plastik, paso, atau akuarium. Kepadatan telur 150-175 butir per liter. Wadah penetasan ini telah dipersiapkan 1-2 hari sebelumnya dengan diisi air kolam dan air bersih. Ketinggian air disarankan sekitar 20 cm, kemudian diberi larutan methylene blue sebanyak 1 cc/ liter untuk mensucihamakan air di wadah penetasan. Sehari sebelum telur dimasukkan, air dalam bak penetasan diaerasi terlebih dahulu agar cukup mengandung oksigen. Telur akan menetas dalam waktu 30 – 36 jam.

Setelah telur menetas, terbentuk larva yang masih mempunyai kantong kuning telur. Kuning telur akan habis 10 - 12 hari kemudian dan pada saat itulah larva mulai membutuhkan pakan yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan..
Fitoplankton dan zooplankton merupakan pakan alami yang dapat diperoleh dengan cara memupuk kolam dengan pupuk kandang, misalnya kotoran ayam pedaging. Pakan selanjutnya yang diberikan pada larva adalah cacing sutera, dapat pula diberikan pelet yang dihaluskan, agar ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan


5. Parameter Kualitas Air
Dalam SNI : 01-6485.3-2000 tentang Produksi Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar disebutkan bahwa kualitas air media untuk :
a. Media pemijahan
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Laju pergantian air : 10 % - 15 % per hari

b. Media penetasan telur
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,7 – 8,6
3. Waktu penetasan telur : 36 – 48 jam
4. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm

c. Media pemeliharaan larva
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm

d. Media Pendederan Benih
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,5
3. Ketinggian air : 40 cm – 60 cm
4. Kecerahan : > 30 cm

Semoga artikel Budi daya Ikan Gurame yang sedikit ini bisa bermanfaat dan bisa di jadikan sebagai bahan referensi

Cacing Sutra

Bagi pembudidaya ikan dan peternak ikan khususnya yang berkecimpung di bidang pembenihan cacing sutera ini merupakan pakan alami yang sangat dibutuhkan, terutama pada saat kondisi ikan masih sangan kecil yaitu  pada fase awal (larva). Pemberikan pakan alami dengan menggunakan Cacing sutera ini sangat baik karena cacing ini memiliki kandungan nutrisi seperti (protein 57% dan lemak 13%) sehingga untuk pertumbuhan kondisi ikan yang masih kecil dalam bentuk larva ini sangat cocok dan baik mengingat ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva, disamping itu harganya lebih murah dibanding artemia.
Pada umumnya para pembudidaya ikan melalui usaha pembenihan ini masih mengandalkan pencarian tangkapan alam yaitu dari parit saluran air yang banyak mengandung bahan organik sisa limbah pasar atau limbah rumah tangga yang mengalir di saluran pembuangan. Permasalahannya adalah cacing sutra di alam tidak selalu tersedia sepanjang tahun, terutama pada saat musim penghujan, dimana pada saat itu kegiatan pembenihan lele/patin/gurame/ikan lainnya banyak dilakukan.

Usaha dengan melakukan Budidaya Cacing sutera sangat baik untuk dilakukan terutama bagi daerah yang berada diluar pulau Jawa seperi Sumatera, Kalimantan atau daerah lainnya yang banyak melakukan kegiatan pembenihan dan pembesaran, tetapi sulit memperoleh cacing sutera, maka budidaya ini perlu menjadi salah satu alternatip dan menjadi solusi yang sudah selayaknya untuk dilakukan.





untuk melihat bentuk cacing sutera Klik disini

Cacing sutera ini dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama cacing rambut karena ukurannya memang sangat kecil seukuran rambut dan berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm. Hingga sampai saat ini budidaya ikan semakin berkembang dimana mana di seluruh wilyah Indonesia mulai dari pelosok hingga perkotaan, Namun kebutuhan terhadap pakan alami masih menjadi kendala dan merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian secara khusus terutam mereka yang begerak di bidang ini. Salah satu pakan yang menjadi kebutuhan bagi kegiatan budidaya khususnya pembenihan adalah pakan alami dan yang paling banyak digunakan maupun diperjual belikan adalah cacing rambut atau cacing sutera.



Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi anda yang memang bergerak dibidang ini perlu melakukanya.



Klasifikasi Cacing Sutra ( Cacing Rambut)

dibawah ini adalah klasifikasi dari cacing sutra :

®  Filum : Annelida

®  Kelas : Oligochaeta

®  Ordo : Haplotaxida

®  Famili : Tubifisidae

®  Genus : Tubifex

®  Spesies : Tubifex sp.



Syarat Hidup Cacing Sutra

Cacing sutera yang dikenal sebagai cacing rambut ini dapat hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman antara 0 – 4 cm. pada prinsipnya Sama dengan hewan air lainnya, namun dalam kehidupannya cacing sutera ini senang dengan air, dan air memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting untuk hidup tumbuh berkembang dengan baik diperlukan kwalitas air yang sesuai yaitu:

1.    pada pH : 5. 5 – 8. 0

2.    Suhu yang baik antara: 25 – 28 c

3.    DO( oksigen terlarut ) : 2, 5 – 7, 0 ppm

4.    Untuk kebutuhan jumlah debit air secukupnya dan tidak terlalu besar mengingat cacing ini sangat kecil.



Cacing sutra tergolong hewan hermaprodit yang berkembang biak melalui telur dengan pembuahan secara eksternal. telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi dua sebelum saat menetas.





Langkah Kerja Yang Baik Dalam Teknik Budidaya Cacing Sutra


Persiapan Bibit Cacing Sutra

Bagi anda yang ingin melakukan budidaya ini pengadaannya bibit cacing dapat dibeli di toko ikan hias kalau tidak kita juga bisa mengambilnya dari  alam dengan catatan yaitu bibit cacing tersebut harus di karantinakan terlebih dahulu karena dikhawatirkan bisa membawa bakteri patogen. caranya yaitu Cacing dikarantina 2-3 hari dengan cara dialiri air bersih dengan debit yang kecil dan memiliki kandungan oksigen yang cukup, sehingga dengan sistim ini kondisi kesehatan cacing akan terpelihara dan jauh dari bakteri patogen yang sangat membahayakan bagi ikan yang memakannya.



Persiapan Media Tumbuh Cacing Sutra

Media tumbuh dapat dilakukan dengan cara membuat kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Setiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm. Atau wadah budidaya dapat dibuat dari bahan terpal.



Pemupukan

Sama seperti pada budidaya lainnya agar pertumbuhan cacing ini baik dan normal perlu dilakukan pemupukan. caranya yatitu Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2 untuk sumber makanan cacing. Cacing sutra sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya.



Cara pembuatan pupuk :


  1. cara yang dilakukan dalam pembuatannya yaitu kita Siapkan kotoran ayam, lalu kotoran tersebut dijemur sekitar 6 jam tujuannya yaitu agar kotoran tersebut itu kering sehingga gas beracun yang ada dalam kotoran yang mungkin berbahaya itu dapat lenyap dan hilang karena menguap.
  2. Sebaiknya Siapkan bakteri EM4 atau fermentor lainnya untuk fermentasi kotoran ayam tersebut. Fermentor ini dapat anda beli dan banyak terdapat di toko Saprodi pertanian, perikanan, dan peternakan.
  3. lalu Aktifkan bakterinya yaitu dengan cara menambahkan ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 + dalam 300 ml air setelah itu didiamkan sejenak sekitar kurang lebih 2 jam.
  4. Campur cairan itu ke 10 kg kotoran ayam yang sudah di jemur tadi, aduk hingga rata.
  5. Selanjutnya masukkan ke wadah yang tertutup rapat selama 5 hari maksudnya agar kotoran ayam dapat terfermentasi secara baik dan hasilnya sempurna.


Lakukan Fermentasi

Fermentasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menaikkan kandungan unsur N-organik dan C-organik hingga 2 kali lipat. Caranya adalah lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.


Proses Penebaran Bibit

Supaya hasilnya bagus bibit cacing sutera ini ditebarkan secara merata. Diusahakan selama proses budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban)


Cara Pemeliharaan cacing sutera yang baik.

Budidaya ini bisa saja dilakukan oleh siapa saja namun dengan menggunakan sistim budidaya agar usaha budidaya cacing ini menghasilkan produk yang bermutu dan bagus sehingga jauh dari hama maupun penyakit, dan bebas bakteri patogen maka untuk Lahan perlu ada lahan uji coba.


  1. lahan uji coba berupa kolam tanah/terpal berukuran 8 x 1,5m dengan kedalaman 30 cm.
  2. Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur (gunakan lumpur bebas limbah kimia).
  3. Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
  4. Pipa Air Keluar (Pipa Pengeluaran/Outlet)dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik.Pipa Pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjangsekitar 15 cm.
  5. Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan danbenda-benda keras lainnya. Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
  6. Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
  7. Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dantidak terdapat lumpur yang keras.
  8. Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semuabagian.
  9. Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudiansebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
  10. Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuaipanjang pipa pembuangan.
  11. Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
  12. Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
  13. Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalambaskom agar gumpalannya buyar.
  14. Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruhpermukaan kolam secara merata.
  15. Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.


Pakan Cacing Sutra

Karena cacing sutra termasuk makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga membutuhkan makan. Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan. Cara makan cacing sutra adalah dengan cara menelan makanan bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme yang dapat memisahkan sedimen dan makanan yang mereka butuhkan. Jadi kita juga harus menyediakan makanannya tersebut.



Cara panen yang baik pada Cacing Sutra

waktu diperlukan untuk melakukan panen cacing sutera dalam usaha ini dilakukan setelah budidaya berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bahkan panen bisa dilakukan setiap dua minggu sekali. Cara pemanenan cacing sutera dapat dilakunan dengan menggunakan serok tapi yang bahannya halus/lembut. Cacing sutera yang didapat dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air, kira –kira 1 cm diatas media budidaya agar cacing sutera atau cacing rambut naik ke permukaan media budidaya. caranya yatitu Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam. Setelah enam jam, cacing rambut yang menggerombol diatas media diambil dengan tangan. Dengan cara ini didapat cacing sutera sebanyak 30 – 50 gram/m2 per dua minggu. Kemudian jika anda ingin melakukan sistim panen ini dapatberkesinambungan sebaiknya perlu dirancang sedemikian rupa sehingga panjang parit perlu diatur agar bisa memenuhi keperluan yang diharapkan untuk setiap harinya.

Nah saya rasa tidak juga terlalu sulit jika anda ingin melakukan budidayanya dan ini sangat baik bagi anda yang memang memiliki kegiatan khususnya dalam usaha budidaya perikanan dibidang pembenihan,

selamat mencoba semoga kesuksesan akan selalu meyertai anda.

GILLNET

Agar usaha penangkapan ikan dengan menggunakan jaring gillnet ini dapat lancar dan pada saat setting atau holling tidak mengganggu dalam operasional  maka dalam usaha ini perlu dilakukan 6 kunci sukses yang harus dipenuhi dalam persyaratan pembuatannya atau dalam menggunakannya. Baiklah pada kesempatan ini akan saya jelaskan dibawah ini.
Lanjut.
persyaratan Gillnet antara lain sbb:
  1. Kekuatan dari benang (rigidity of twine)
  2. Ketegangan Rentangan Tubuh Jaring
  3. Tingkat Pengkerutan (shortening / shringkage)
  4. Tinggi jaring
  5. Ukuran mata jaring (mesh size) dan Besar Ikan
  6. Warna Jaring.
1. Kekuatan dari benang (rigidity of twine)
Seharusnya “lembut tidak kaku”
Terutama untuk menangkap ikan dengan cara entangled.
Bahan yang digunakan biasanya; cotton, hennep, linen, amylan, nylon, koremona dll. Yang mempunyai fibres yang lembut.
Caranya dengan memperkecil diameter benang atau jumlah pintalan dikurangi.
2. Ketegangan Rentangan Tubuh Jaring
Ketegangan rentangan, akan mengakibatkan terjadinya tension baik pada float line maupun pada tubuh jaring, maka akan ada pengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan (catch). Jika jaring direntangkan terlalu tegang, maka ikan sukar terjerat dan ikan yang sudah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan jaring akan ditentukan oleh bouyancy dar float, berat tubuh jaring. Tali temali, sinking force dari sinker dan shortening.
3.Tingkat Pengkerutan (shortening / shringkage)
Yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah diikatkatkan pada float line dan sinker line. Shortening disebutkan dalam persen (%). Contoh: Panjang jaring utama (webbing) = 100 m. Setelah jadi jaring yang panjang float line dan sinker linenya = 70 m, maka shorteningnya adalah 30 %.
Untuk gillnet yang ikannya tertangkap secara gilled, nilai shortening sekitar 30 – 40 %, sedangkan untuk ikan yang tertangkapnya secara entangled shorteningnya sekitar 35 – 60 %.
4.Tinggi jaring (mesh depth)
Ialah jarak dari float line ke sinker line pada saat jaring dipasang di perairan. Disebut dalam jumlah mata jaring ataupun meter. Persamaannya : Md = m x n √ 2 S – S ² Dimana : Md = tinggi jaring m = mata jaring n = jumlah mata jaring ke arah dalam S = shortening
5. Ukuran mata jaring (mesh size) dan Besar Ikan
Webbing yang terbuat dengan simpul Plat knot, maka jumlah twine akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan simpul yang dibuat dengan Trawler knot. Dengan semakin tebal diameter twine dan semakin kecil mesh size yang dipergunakan. Akibat bentuk simpul, maka mata jaring pada webbing dengan bebas akan membuka/melebar baik ke arah tegak maupun ke arah mendatar.
6. Warna Jaring.
Warna jaring maksudnya adalah warna dari pada webbing jaring utama. Warna pelampung, tali dan pemberat dll. diabaikan. Warna jaring di dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalam dari suatu perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan faktor lainnya.
Dengan demikian, maka warna jaring hendaknya sama dengan warna perairan, atau janganlah kontras dengan baik terhadap warna air atau pun terhadap dasar perairan dimana jaring dipasang.


Nah inilah penjelasan yang harus untuk memenuhi persyaratan yang akan kita lakukan jika kita akan menggunakan atau membuat jaring Gillnet. Jadi dengan persyaratan yang kita ketahui maka usaha penangkapan dengan gillnet dapat berhasil dan sukses Untuk Bisa Dan mengerti Tentang alat tangkap Gillnet Bisa mengunjungi situs Perikanan dan Kelautan