Mengingat ikan gurame ini
enak dan lezat rasanya maka tidak heran jika perminataan dari para
konsumen semakin banyak dan bertambah bahkan hingga kini Ikan gurame
merupakan ikan yang cukup istimewa dan menjadi ikan faforit sebagai
rajanya ikan air tawar. Sehingga dengan banyak nya permintaan pasar ini
Ikan Gurame menjadi alternatif untuk di buat penghasilan tambahan. Budi daya Ikan Gurame selain mudah juga dalam perawatan nya cukup gampang.
Ciri Indukan Gurame |
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam usaha pembenihan dalam Budi daya Ikan Gurame khususnya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam untuk pemijahan induk ikan gurami meliputi :
a. Pengeringan kolam
Sebelum
dilakukan pemijahan kolam perlu dikeringkan terlebih dahulu.
Pengeringan kolam pemijahan sebaiknya dilakukan selama 2 – 3 hari.
Adapun maksud dan tujuan dari pada pengeringan kolam ini adalah untuk:
1. Membunuh hama dan sumber penyakit yang terdapat pada kolam.
2. Menghilangkan nitrit yang ada di dasar kolam,
3.
Memberikan suasana baru bagi induk ikan gurami yang akan dipijahkan,
karena tanah yang kering akan memiliki bau yang khas saat terendam air
yang akan merangsang induk ikan untuk memijah, dan menumbuhkan
kelekap (plankton) di pinggir-pinggir kolam sebagai persediaan pakan
bagi induk gurami, dan induk siap dimasukkan ke kolam pemijahan.
b. Pembersihan
Sebelum pemijahan dilakukan Kolam juga perlu dilakukan Pembersihan termasuk pada pematang yang dimulai dari rumput-rumput liar
agar tidak dijadikan tempat penempelan sarang telur oleh induk gurami
atau tempat persembunyian hama pengganggu dan juga supaya bersih dari
gangguan hama penyakit.
c. Pengisian air kolam
Pengisian
air kolam ini dilakukan dengan ketinggian 70 – 100 cm, sehingga gurami
memerlukan perairan yang airnya relatif dalam bagi pergerakannya
tersebut.
d. Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang,
Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang serta tidak jauh dari sosog, dibuat para-para dari bambu
untuk meletakkan ijuk, sabut kelapa atau bahan sejenis yang dapat
dijadikan sarang oleh induk gurami untuk memudahkan induk gurami membuat
sarang dan meletakkan telur.
2. Seleksi Induk
Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2 – 2,5 kg untuk betina Masa produksi optimal induk betina berlangsung selama 5 – 7 tahun.
Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurami :
a.
Induk gurami jantan : dahi menonjol (nonong), dagu tebal (lebih
menonjol), perut meruncing, susunan sisik normal (rebah) gerakan lincah.
b.
Induk gurami betina : dahi lebih rata (tidak ada tonjolan), dagu tidak
menebal, perut membundar, susunan sisik agak terbuka, gerakan agak
lamban.
Kriteria kualitatif
a. Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
b. Bentuk tubuh : pipih vertikal.
c. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.
d.
Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan
tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas
dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak
berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir
Kriteria kuantitatif
a. Umur : Jantan (24-30 bulan) dan betina (30-36 bulan)
b. Panjang standar : jantan (30-35 cm) dan betina (30-35 cm)
c. Bobot badan : jantan (1,5-2,0 kg)dan betina (2,0-2,5 kg)
d. Fekunditas : 1.500-2.500 butir/kg (betina)
e. Diameter telur : 1,4-1,9 mm (betina)
3. Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara massal maupun berpasangan dengan sistem
sekat. Kolam pemeliharaan induk sekaligus berfungsi untuk kolam
pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2. Untuk kegiatan pemijahan
dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4.
Pakan yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.
Untuk memudahkan induk jantan membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang.
Tempat sarang berupa keranjang plastik
bulat diameter 20-25 cm atau tempat lain yang serupa yang ditempatkan
pada kedalaman 10-15 cm dibawah permukaan air. Induk jantan akan mencari
tempat yang aman dan tenang untuk membuat sarang sebagai tempat
menyimpan telur, dengan memungut bahan sarang (ijuk, sabut kelapa dll)
yang telah dipersiapkan di atas permukaan kolam.
Sarang
yang telah berisi telur dapat ditandai bila pada permukaan air di atas
sarang terdapat lapisan minyak. Lapisan minyak tersebut berasal dari
telur-telur yang pecah. Selain itu sarang yang telah berisi telur
biasanya tertutup bahan sarang ( ijuk ) yang dibuat oleh induk jantan,
dan induk jantan akan menjaga sarang tersebut. Sarang yang telah berisi
telur dipindahkan ke dalam waskom atau ember untuk diambil telurnya dan
selanjutnya memindahkan telur ke tempat penetasan.
4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Bila
sudah dipastikan bahwa sarang sudah berisi telur, maka sarang dapat
dipanen untuk dipindahkan ke tempat penetasan telur. Panen dilakukan
dengan mengangkat sarang secara hati-hati ke dalam ember yang berisi air
kolam. Penggunaan air kolam dimaksudkan agar kondisi air tidak berubah
(sama) untuk mengurangi kematian telur.
Untuk
membedakan telur yang hidup dan mati dapat dilihat dari warnanya. Telur
yang hidup berwarna kuning cerah bening atau transparan, telur yag
mati/rusak berwarna kusam, kuning muda agak keputih-putihan.
Telur
mengalami kematian karena tidak dibuahi. Telur tersebut dengan cepat
diserang cendawan berwarna putih yang disebut Saprolegnia. Setelah
terserang, telur mati akan membusuk dan akan mengganggu perkembangan
telur yang hidup.
Wadah penetasan yang digunakan bisa berupa bak-bak atau ember plastik, paso, atau akuarium. Kepadatan telur 150-175 butir per liter. Wadah penetasan ini telah dipersiapkan 1-2 hari sebelumnya dengan diisi air kolam dan air
bersih. Ketinggian air disarankan sekitar 20 cm, kemudian diberi
larutan methylene blue sebanyak 1 cc/ liter untuk mensucihamakan air di
wadah penetasan. Sehari sebelum telur dimasukkan, air dalam bak
penetasan diaerasi terlebih dahulu agar cukup mengandung oksigen. Telur
akan menetas dalam waktu 30 – 36 jam.
Setelah
telur menetas, terbentuk larva yang masih mempunyai kantong kuning
telur. Kuning telur akan habis 10 - 12 hari kemudian dan pada saat
itulah larva mulai membutuhkan pakan yang disesuaikan dengan bukaan
mulut ikan..
Fitoplankton
dan zooplankton merupakan pakan alami yang dapat diperoleh dengan cara
memupuk kolam dengan pupuk kandang, misalnya kotoran ayam pedaging.
Pakan selanjutnya yang diberikan pada larva adalah cacing sutera, dapat
pula diberikan pelet yang dihaluskan, agar ukurannya sesuai dengan
bukaan mulut ikan
5. Parameter Kualitas Air
Dalam SNI : 01-6485.3-2000 tentang Produksi Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar disebutkan bahwa kualitas air media untuk :
a. Media pemijahan
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Laju pergantian air : 10 % - 15 % per hari
b. Media penetasan telur
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,7 – 8,6
3. Waktu penetasan telur : 36 – 48 jam
4. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm
c. Media pemeliharaan larva
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm
d. Media Pendederan Benih
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,5
3. Ketinggian air : 40 cm – 60 cm
4. Kecerahan : > 30 cm
Semoga artikel Budi daya Ikan Gurame yang sedikit ini bisa bermanfaat dan bisa di jadikan sebagai bahan referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar