Selain relatif lebih murah, kit nitrit juga cukup praktis digunakan oleh pembudidaya untuk mengamati kualitas airnya secara rutin
Kualitas air merupakan satu dari tiga kunci sukses budidaya ikan dan udang setelah nutrisi dan kualitas genetik. Semakin bagus kualitas air, semakin besar peluang kesuksesan budidaya. Namun, ada parameter-parameter yang dapat mengganggu kualitas perairan dan membahayakan kelangsungan komoditas yang dibudidayakan. "Nitrit adalah salah satunya, yang merupakan senyawa beracun," jelas. Silvian Rusminar, Analisis Kualitas Air dari Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang-Banten.
Nitrit merupakan senyawa kimia dengan rumus NO2. “Jadi nitrogen yang mengikat oksigen,” sambung analis yang akrab disapa Silvi ini. Senyawa beracun ini merupakan hasil penguraian dari amonia. Jika konsentrasi di dalam air cukup tinggi, nitrit akan menggeser oksigen dalam darah ikan, sehingga ikan atau udang menjadi kekurangan oksigen. Efek fatalnya bisa menyebabkan kematian pada ikan peliharaan.
Sehingga, imbuh Silvi, penting bagi pembudidaya untuk selalu menjaga kualitas airnya dengan pengukuran yang rutin dan penanganan yang tepat. Sayangnya, belum semua pembudidaya melakukan hal itu. Penyebabnya, selain karena kerumitan pengukuran, juga bisa disebabkan tidak adanya alokasi dana untuk hal tersebut.
Kit Nitrit
Loka Kesehatan Ikan Serang yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan, mencoba membuat suatu kit (seperangkat alat) untuk mengukur kualitas air dengan lebih praktis. Kit yang saat ini sudah berhasil dikembangkan dibuat untuk pengukuran nitrit. “Kami membuat kit untuk nitrit, karena parameter ini yang paling penting. Yakni bisa menjadi penentu kondisi kesehatan ikan,” jelas Silvi.
Sebetulnya, urai Silvi, pengukuran nitrit yang lebih lengkap secara kuantitaif dan kualitatif dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat dan bahan yang lengkap. Silvi mencontohkan, Spektrofotometer juga bisa mengukur nitrit secara kuantitatif. Alat ini juga sebetulnya cukup praktis dan akurat digunakan di lapangan. "Meski dapat mengukur nitrit secara akurat, alat impor ini relatif lebih mahal jika digunakan oleh pembudidaya skala kecil. Padahal permasalahan kualitas air tidak mengenal skala budidaya," beber Silvi.
Untuk memudahkan pengukuran sekaligus mengefisienkan biaya pembudidaya, Loka Kesehatan Ikan Serang membuat alat yang lebih praktis berupa kit. Kit ini terdiri dari 2 jenis reagen bervolume 15 milimeter (ml), 2 botol sampel, kertas parameter, siring, dan kertas petunjuk penggunaan. Menurut Silvi, dengan volume tersebut, kit ini bisa digunakan hingga 140 kali pengukuran. “Satu botol ini bisa untuk 140 kali tes,” terang Silvi saat dijumpai di sela-sela pameran perikanan Indofisheries di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Lebih rinci Silvi menjelaskan, kit tersebut dihasilkan dari riset yang cukup panjang oleh tim Loka. Bahan utama pada penelitian ini adalah reagen yang mampu mengukur nitrit secara kualitatif. Pada kit tersebut terdapat 2 reagen yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI), yang dinamai dengan reagen A dan reagen B. “Di SNI untuk parameter nitrit kita menambahkan sulfanilamide. Kemudian yang kedua, naftiletilendiamin,” jelas Silvi.
Bahan–bahan tersebut akan bereaksi terhadap air yang mengandung nitrit. Reaksi tersebut berupa perubahan warna. “Kalo seandainya air tersebut mengandung nitrit, akan menampakan wana pink (merah muda),” kata Silvi. Kekentalan warna pink menjadi parameter konsentrasi nitrit yang diukur. Semakin kental, semakin tinggi konsentrasinya dan semakin menjadi warning bagi pembudidaya untuk melakukan treatment (perlakuan) terhadap media budidaya.
Menurut Silvi, kit ini hanya bisa mengukur secara kualitatif berdasarkan warna. Tetapi hal tersebut lebih dari cukup untuk mengetahui rentang konsentrasi nitrit. “Jadi kita menghasilkan datanya itu melalui warna,” terangnya. Setelah di-launching dengan pemberian gratis kepada para pembudidaya, kit ini, kata Silvi bisa didapatkan langsung di Loka Serang. Bisa langsung datang atau dengan memesannya melalui email dan telpon. Kit ini dibanderol dengan harga Rp 150 ribu per dusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar