BUDIDAYA IKAN MAS KOKI
PENYIAPAN WADAH DAN MEDIA
Wadah
dan volume yang dapat digunakan untuk membudidayakan maskoki ada beberapa macam
antara lain adalah: bak semen, bak fiber, kolam atau akuarium. Pemilihan wadah
budidaya ini sangat bergantung kepada skala produksi budidaya maskoki. Wadah
budidaya maskoki ini sebaiknya ditempatkan di ruang teduh.
Akuarium
yang berbentuk bulat sangat cocok untuk memelihara maskoki yang tubuhnya bulat
gempal. Akuarium bulat yang berdiameter 15 cm cocok untuk memelihara maskoki
yang tubuhnya berukuran kecil, sekitar 3-4 cm sebanyak tiga ekor. Jika
berukuran sedang (5-6 cm), akuarium hanya diisi dua ekor. Akuarium ini tidak
cocok memelihara maskoki yang berukuran tubuh besar (6,5—8 cm) ke atas.
Jika mau
memelihara maskoki yang berukuran besar sampai jumbo, akuarium persegi empat
dapat dipilih karena ukuran akuariumnya bervariasi. Akuarium yang berukuran 60
cm x 30 cm x 35 cm dapat diisi maskoki ukuran kecil sebanyak 8 ekor atau 6 ekor
maskoki berukuran sedang. Bila akan memelihara maskoki berukuran besar,
dapat dimasukkan 3 ekor, sedangkan maskoki berukuran extra large (10—12
cm) cukup satu ekor saja. Jika mau memeihara seekor maskoki yang berukuran
jumbo (14—15 cm) harus menggunakan akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm.
Selain itu, akuarium persegi empat sangat sesuai untuk memelihara maskoki yang
tubuhnya berbentuk bulat panjang.
Strain
maskoki yang cocok dipelihara di dalam akuarium adalah maskoki yang keindahan
warna dan keunikan tubuhnya cenderung dinikmati dan sisi samping (side
view) sepertired-white tossa, panda dragon eyes, chocolate oranda
red pompom, red cap oranda, red-white ranchu, dan big head
pearlscale combination colour.
Wadah yang
cocok untuk pemeliharaan maskoki selain akuarium yaitu kolam bak semen, bak
fiberglass, dan kontainer kecil yang terbuat dan plastik. Adapun ukuran dan
bentuk kolam bak semen disesuaikan dengan luas tanah yang akan digunakan. Untuk
pemeliharaan maskoki berukuran extra large sampai jumbo dengan jumlah 10-15
ekor dibutuhkan kolam berukuran 200 cm x 300 cm dengan kedalaman air 15 cm.
Bila menggunakan baik fiberglass berukuran 100 cm x 150 cm x
40 cm, dapat untuk memelihara maskoki ukuran large sebanyak
10—12 ekor. Bila memilih kontainer kapasitas 70 liter cukup diisi tiga ekor
maskoki berukuran large atau satu ekor maskoki berukuranextra
large dan jumbo. Tidak ada strain maskoki yang khusus dipelihara di
dalam bak/kolam. Akan tetapi, bila keindahan warna dan keunikan bentuk fisiknya
terletak pada bagian atas maka bak atau kolam dapat dipilih untuk wadahnya.
Strain maskoki yang keindahaimya cenderung dinikmati dan posisi atas (top
view) antara lain strain ranchu (seperti red-white ranchu), strain
bubble eyes, dan strain butterfly.
Sarana
pendukung utama yang harus disediakan di dalam akuarium di antaranya aeratoratau blower yang
berfungsi sebagai pemasok oksigen ke dalam air. Selain itu, juga disediakan
silkulator (aquarium liquid filter) yang berfungsi ganda
sebagai penyaring kotoran dan pemasok oksigen. Sarana pendukung lain yang juga
berfungsi sebagai alat pembersih kotoran yaitu selang penvifon dan serokan.
Sementara sarana pendukung lain yang tidak kalah pentingnya adalah lampu UV (ultra
violet biolite) yang berfungsi sebagai penerang, terutama pada malam
hari. Gunakan lampu UV 10 watt untuk akuarium berukuran 60 cm x 30cm x 35 Cm
dan berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm, serta kontainer mini berkapasitas 70
liter. Untuk bak fiberqlass 100 cm x 150 cm sebaiknya dipasang lampu 25 watt.
Sementara untuk kolam berukuran 200 cm x 350 cm x 50 cm, lampu yang digunakan
UV 40 watt. Patut diketahui, lampu neon memancarkan cahaya yang tidak
menimbulkan panas sehingga tidak meningkatkan suhu air.
PEMILIHAN CALON INDUKAN
Untuk
membedakan antara maskoki jantan dan betina tidaklah sulit. Pada dasarnya ada
dua cara yang dapat dipilih. Pertama dengan melihat bentuk organ reproduksinya
dan kedua melalui tanda yang ada pada siripnya. Untuk mengenali perbedaan organ
reproduksinya, maskoki harus ditangkap dan dibuat terlentang. Bila organ
reproduksinya berbentuk oval dan kecil, maskoki tersebut berkelamin jantan.
Namun, bila organ reproduksinya berbentuk bulat dan sedikit menonjol, dapat
dipastikan maskoki berjenis kelamin betina. Adapun mengenali jenis kelamin
melalui siripnya dengan memperhatikan sirip keseimbangan di bagian depan yang
juga berfungsi sebagai sirip insang. Bila tulang siripnya besar dan pada bagian
pangkalnya ada beberapa benjolan kecil berwarna putih maka dipastikan maskoki
ini berjenis kelamin jantan karena betina tidak ada tanda tersebut. Tulang
sirip insang jantan lebih tebal dibandingkan dengan tulang sirip insang betina.
Untuk
mendapatkan calon induk yang berkualitas dapat dengan membeli dari peternak
besar yang produksinya berkualitas baik. Sekalipun harganya mahal, tetapi
kualitas anak yang dihasilkan memuaskan. Bila menghendaki yang berharga sedikit
lebih murah maka pilihlah calon induk yang umurnya muda. Namun, tidak
dianjurkan memilih induk yang diperjualbelikan di pedagang ikan hias karena
biasanya induk tersebut sudah tidak produkif lagi, kurang subur, atau telurnya
sulit menetas. Penyebabnya adalah umur induk sudah melampaui batas
produktivitas atau induk pernah terserang penyakit pada organ reproduksinya.
Menyilangkan dua strain yang berbeda tidak dianjurkan karena anak yang
dlihasilkan tidak berkualitas dan sulit untuk dipasarkan. Namun, perkawinan
silang dapat saja dilakukan dalam kurun waktu yang lama untuk menghasilkan
bentuk tubuh yang lebih menarik atau variasi warna yang fantastik. Contoh
perkawinan silang yang menghasilkan bentuk tubuh lebih menarik yaitu crown
pearlscale atau maskoki mutiara jambul. Sementara contoh perkawinan
silang yang menghasilkan variasi warna menawan yaitu panda dragon eyes atau
maskoki owo hitam putih.
Maskoki
sudah matang kelamin pada umur 5-6 bulan, tetapi telur yang dihasilkan
berjumlah sedikit, berukuran kecil, dan burayaknya berkualitas rendah. Selain
itu, burayak menjadi rentan terhadap serangan penyakit dan perkembangan
tubuhnya lambat. Dengan demikian, umur maskoki yang ideal untuk dijadikan induk
adalah 1,5-3,5 tahun agar burayak yang dihasilkan cepat besar dan tahan
terhadap serangan penyakit. Untuk mengetahui maskoki betina sudah matang
kelamin, perhatikan bentuk perut dan organ reproduksinya. Bila kloakanya tampak
melebar, perut membesar, dan perut terasa lembek bila dipegang maka dapat
dipastikan maskoki betina tersebut sudah matang kelamin dan siap bertelur.
Sementara tanda maskoki jantan matang kelamin bila benjolan kecil berwarna
putih pada sirip insang terlihat jelas.
Bentuk
fisik calon induk yang baik harus sempuma. Tubuh induk ideal di antaranya bulat
pendek, sirip punggung lebar dan berdiri tegak, serta ekor terbelah dua
simetris sama lebar. Untuk strain yang berjambul, bentuk jambul harus besar,
tinggi, dan berwarna cemerlang. Sementara untuk strain bufterfly, kedua mata
hams seimbang sama besar, bentangan ekor harus lebar, dan belahan di ekor harus
simetris sama besar. Lain halnya untuk strain ryukin, kepala harus kecil dan
membentuk segitiga. Selain itu, sirip punggung harus tegak dan lebar, ekor hams
panjang dengan belaban ekor simetris sama besar. Adapun untuk strain ranchu,
jambul yang menyerupai brokoli harus menutupi seluruh muka. Selain itu, tubuh strain
ranchu harus bulat gempal, punggung bungkuk, dan pangkal ekor tegak. Dengan
mengetahui syarat-syarat tersebut, agaknya maskoki yang bertubuh cacat tidak
baik untuk dijadikan induk.
Pemeliharaan
yang terpisah juga memudahkan perawatan karena pakan yang diberikan untuk calon
induk betina berlainan dengan calon induk jantan. Dalam pemeliharaan sepuluh
ekor calon induk yang terdiri dan lima ekor calon induk betina dan lima ekor
calon induk jantan dibutuhkan dua buah akuarium berukuran 100 cm x 70 cm x 50 cm.
Sementara lamanya perawatan tergantung dan umur calon induk itu sendiri karena
calon induk yang baik berumur minimal 1,5 tahun. Namun, bila hanya menunggu
sampai matang kelamin, perawatan dilakukan selama 2-3 bulan.
Pakan yang baik untuk calon
induk betina berupa jentik nyamuk (Mosquito larvacide) yang
sudah disucihamakan. Sebagai pakan tambahan, berikan pelet yang mengandung
mineral kalsium, protein minimal 30%, fiber 2%, dan vitamin (A, D3, B1, seita
E). Untuk calon induk jantan dapat diberi cacing super (blood worm)
segar dan pelet yang kandungannya sama untuk betina. Pemberian pakan sebaiknya
diatur 5-6 kali sehari. Pagi hari pukul 06.30 diberikan pakan segar dengan
jumlah sekali makan habis agar tidak tersisa. Selanjutnya, pukul 10.00 dan
pukul 13.000 diberikan pelet dengan takaran sekali makan habis. Pemberian pelet
diulangi lagi pada pukul 17.00 dengan takaran yang sama. Agar kebersihan air
terjaga, setiap kali pemberian pakan tersebut sebaiknya kotoran dibersihkan
terlebih dahulu. Setelah itu, pakan diberikan lagi pada pukul 20.00 berupa
pakan segar dalam jumlah yang lebih banyak sebagai persediaan jika maskoki
lapar di malam hari.
PEMIJAHAN
Untuk pemijahan maskoki sarana utama yang harus
disiapkan yaitu kolam pemijahan dan substrat perekat telur. Substrat dapat
berupa tanaman air yang mengapung seperti apu-apu atau eceng gondok (Eichornia sp.).
Berdasarkan pengalaman,kedua jenis tanaman air ini sangat disukai induk maskoki
untuk melekatkan telur karena perakarannya lebat, rimbun, dan panjang
menjuntai.
Eceng gondok atau apu-apu terpilih harus dalam kondisi
sehat. Untuk eceng gondok, daunnya harus kaku, kecil, dan berwarna hijau tua.
Gondok dipangkal batang jangan ada yang pecah dan batang tidak tinggi.
Sementara untuk apu-apu, daunnya harus bertumpuk lebat, tidak sobek, dan
berwama hijau muda. Sebelum digunakan, kedua tanaman air tersebut harus
disucihamakan terlebih dahulu agar tidak membawa bibit penyakit. Caranya ialah
daun yang rusak dibuang dan akar dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih,
tanaman air ini dimasukkan ke dalam wadah berukuran 30 cm yang sudah diisi air
sebanyak 3/4 bagian dan sudah dilarutkan butiran kristal PK (permanganat
kalium) 0,5 gram. Tanaman air tersebut direndam selama 2 jam. Setelah direndam.
tanaman sudah siap digunakan.
Selain kedua jenis tanaman air tersebut, substrat
perekat telur pun dapat dibuat dari bahan ijuk. Substrat ini dibuat dengan cara
ijuk sebanyak satu genggam diikat, lalu disisir agar batang kasarnya terlepas.
Setelah membentuk seperti akar, ijuk tersebut diikat pada sepotong styrofoam, lalu
dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diisi air. Sebelumnya ke dalam air
tersebut sudah dilarutkan butiran kristal PK sebanyak 0,5 gram. Selanjutnya,
ijuk direndam selama 3-4 jam. Setelah itu, ijuk sudah siap digunakan.
Kondisi air
yang dikehendaki maskoki untuk berpijah harus memenuhi persyaratan suhu, pH,
dH, dan kandungan oksigen terlarut. Untuk dapat berpijah, suhu air hams
berkisar 20-25O C, kemasaman (pH) air 7-7,5, kesadahan (dH) sekitar 4, dan
kadar kandungan oksigen terlarut di atas5 mg/l.
Ambang
batas toleransi suhu air sekitar 17OC dan 27OC. Bila suhu air terlalu rendah
maka maskoki akan menjadi malas bergerak dan kehilangan nafsu makan. Sebaliknya
bila suhu air melebihi ambang batas toleransi, maskoki akan lebih banyak
bergerak di permukaan air sehingga proses perkawinannya pun sulit terjadi.
Ambang batas tolerasi kemasaman air(acidity) 6,8 dan alkalidity 8,3.
Bila pH air kolam di bawah ambang batas toleransi tersebut maka maskoki akan
mengalami acidosis yang ditandai dengan hilangnya nafsu makan akibat penimbunan
ion hidrogen di dalam tubuh. Bila pH air tinggi atau melebihi ambang batas alkalidity maka
maskoki akan mengalami alkalidosis, yaitu produksi lendir di
tubuh meningkat dan maskoki tidak mau memijah.
Sementara
ambang batas toleransi kesadahan air (dH) adalah 6. Bila dH air melebihi ambang
batas tersebut maka maskoki akan menjadi stres dan dapat menemui kematian.
Meningkatkan suhu air yang rendah dapat menggunakan heater (pemanas
air). Sementara bila suhu air tinggi, tanaman air seperti eceng gondok harus
diperbanyak. Daun eceng gondok dapat meredam panas sinar matahari. Selain
dengan eceng gondok, penggunaan penutup dan jaring net yang dipasang di atas
kolam dapat dilakukan agar sinar matahari tidak langsung menyinari air. Untuk
menetralisir pH dan dH, dapat digunakan Tetra Black Water, Tetra AquaSafe, atau
Izeki Super Clean dengan dosis 1 tetes/5 liter air.
Sementara
untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air, dapat dilakukan dengan
mengaktifkan aerator dan melarutkan Oxydan dengan tàkaran 1 gram/20 liter air.
Waktu yang tepat untuk memasangkan calon induk adalah pada sore hari sekitar
pukul 17.30—18.00. Pemasangan calon induk terdiri dan seekor induk betina dan
dun ekor pejantan. Dapat juga dipasangkan dua ekor induk betina dengan tiga
ekor pejantan yang ukuran tubuhnya sama. Jumlah pejantan lebih banyak dan induk
betina karena seekor induk betina berkualitas tidak cukup hanya dilayani oleh
seekor pejantan.
Proses
perkawinan terjadi sekitar 3-5 hari setelah calon induk dipasangkan. Perkawinan
berlangsung pada pagi hari sekitar pukul 07.00—07.30. Prosesi perkawinan
berlangsung dengan diawali oleh dua ekor pejantan mengikuti betina dan saling
bergantian menggesek-gesekkan siripnya ke organ reproduksi betina. Betina yang
terangsang akan segera mengelilingi substrat dan melepaskan telurnya. Telur
yang melekat pada substrat segera dibuahi oleh pejantan. Ukuran telur
berkualitas sekitar 0,8-1,3 mm. Setiap induk betina dapat menghasilkan telur
sebanyak 3.500-4.500 butr
Setelah
terlihat telur banyak melekat pada substrat, kedua induk segera dikembalikan ke
dalam kolam masing-masing. Kedua induk diberi pakan pelet yang
mengandung vitamin dan mineral tidak dapat menetas pada suhu di bawah 12,5OC.
Pada suhu 18-21OC, telur akan menetas sekitar 4-5 hari Sementara pada suhu
24-27OC, telur akan menetas 2-3 hari. Panjang larva yang baru menetas sekitar 5
mm. Di perut larva tergantung kantong telur(yolk sac) yang
berfungsi sebagai persediaan makanan sebelum burayak mampu mencari makanan
sendiri. Larva tersebut melekat pada substrat dinding kolam, atau dasar kolam.
Untuk
menjaga agar kualitas air tidak menurun maka bagian atas kolam ditutupi dengan
terpal atau tripleks. Tutup tersebut dibuka setelah 2-3 hari, kemudian dan
larva sudah bisa berenang mencari pakan berupa fitoplankton di sekitar akar
tanaman. Seminggu kemudian, larva yang sudah disebut burayak ini dapat memangsa
Infusoria, Clorodera, Daphnia, dan Hama. Burayak umur dua minggu dapat
menyantap pelet halus seperti White Crane CR atau Izeki Ultra.
Cara lain
yang lazim digunákan untuk mengawinkan maskoki adàlah dengan metodestripping. Metode stripping yang
umuin dilakukan adalah telur diambil dan disatukan dengan sperma jantan di
dalam wadah. Namun, stripping yang dilakukan peternak di Tong
Kwan Pu (Dangguan, Cina) berbeda, yaitu langsung di dalam kolam. Teknis
perlakuannya adalah pada pagi hari dua orang masuk ke dalam kolam yang
masing-masing membawa wadah berisi jantan dan betina. Secara bersamaan keduanya
mengurut perut induk maskoki yang dihadapkan ke substrat perekat telur sampai
sel telur dan sperma keluar. Setelah telur dan sperma keluar, kedua induk
dikembalikan ke kolam induk.
Dengan
metode stripping, tingkat keberhasilan pemijahan sangat
rendah. Telur yang menetas hanya sekitar 10—15% atau sekitar 500 ekor. Namun,
pemijahan dengan cara ini lebih cepat. Secara normal, sepasang induk maskoki
yang sudah matang gonad akan menyelesaikan perkawinan dalam waktu 2-3 hari,
sedangkan dengan metode strippingsebanyak 25 pasang dapat
dikawinkan hanya dalam waktu 2 jam.
PERAWATAN BENIH
Mengatur
padat penebaran benih berfungsi agar pertumbuhan burayak cepat besar dan tidak
mudah terserang penyakit. Berdasarkan catatan (T. Kafuku & H. Ikenoue,
1983), larva yang baru menetas dipelihara dalam kolam bak semen atau bak fiber
dengan padat penebaran 200-300 ekor/m2. Padat penebaran ikan yang sudah berumur
satu bulan atau panjang tubuh sekitar 2 cm yaitu 100-150 ekor/m2, umur dua
bulan 75-100 ekor/m2, dan umur tiga bulan atau panjang tubuh sudah sekitar 5 cm
yaitu 40-60 ekor/m2.
Apabila
luas kolam tidak cukup untuk menampung jumlah burayak yang ada maka sebaiknya
dilakukan seleksi benih terlebih dahulu, yaitu hanya benih berkualitas saja
yang dibesarkan. Burayak maskoki umur di bawah sebulan sebaiknya diberi pakan
berupa jasad renik seperti Inflisoria, Rotifera, dan Chordata.
Jasad renik
tersebut sangat baik untuk mempercepat pertumbuhan burayak. Organisme kecil ini
diperoleh dari air tergenang yang banyak mengandung bahan organik. Ukuran
tubuhnya sangat kecil dan lazim disebut kutu air. Sebenarnya ada banyak jenis
kutu air tersebut, di antaranya ialah Branchionus sp., Keratela sp., Picodina sp., Daphnia sp.,danMoinci sp.
Pemberian pakan tersebut secara adlibitum (tersedia setiap
saat). Burayak yang sudah berumur 1-2 bulan sudah bisa diberi pakan cacing
sutera (tubfiex worm). Cacing ini banyak mengandung crude
oil dan protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Sebagai pakan
tambahan, burayak dapat diberi pelet halus yang mengandung vitamin dan mineral
seperti White Crane CR, CR 6, Tetra Gold Medal for Quick Growth, atau Izeki
Ultra L. Cacing sutera ini disediakan secara adlibthum. Cara
pemberiannya ialah gumpalan cacing sutera yang sudah bersih diletakkan di dalam
piring kaca, lalu dimasukkan ke dalam kolam. Agar tetap tersedia hingga malam
hari, cacing sutera perlu ditambah setiap sore. Pakan berupa cacing sutera ini
dapat diberikan sampai maskoki dewasa. Pakan lain yang juga dapat diberikan
adalah cacing super yang sudah dibekukan.
Seleksi
bertujuan untuk menghasilkan produk berkualitas baik berdasarkan bentuk tubuh,
kelengkapan sirip, dan warna. Seleksi diawali sejak burayak berumur dua minggu
dan berukuran tubuh mencapai 1 cm. Pengamatan selektif ditujukan pada sirip
ekor. Maskoki yang tidak berekor atau ekorya tunggal seperti ekor ikan mas
harus dibuang.
Pada
penyeleksian ini dibutuhkan sarana pendukung berupa serokan berbahan halus
ukuran 15 cm dengan kedalaman 5 cm dan baskom warna putih ukuran 30 cm. Seleksi
dimulai pada pagi hari pukul 08.00. Perhatikan dengan seksama burayak yang
sedang berenang bergerombol. Bila di antaranya ada yang tidak
bersirip ekor maka secara perlahan ikan tersebut diserok bersama dengan
beberapa ekor ikan lain dan dimasukkan ke dalam baskom. Ikan yang rusak
dibuang, sedangkan ikan lain dikembalikan ke dalam kolam. Seleksi dilakukan
setiap hari hingga burayak berumur satu bulan atau sudah tidak ada lagi burayak
yang rusak.
Seleksi
kedua dilakukan saat anak ikan sudah berumur tiga bulan. Seleksi diutamakan
pada bentuk tubuh, sirip, dan wama. Untuk red oranda dan red cap oranda hasil
seleksi terbagi tiga kelas, yaitu kelas A, B, dan C. Red oranda kelas A
merupakan kualitas kontes. Bentuk tubuhnya bulat telur, jambul besar, berekor
lebar, dan sirip punggung tegak. Sirip tidak ada yang terpelintir atau patah
dan wama tubuh sampai ke pangkal ekor merah oranye cemerlang. Untuk kelas B,
bentuk tubuh dan lainnya sama dengan kelas A, hanya berbeda pada jambul yang
kurang besar. Sementara ikan yang tidak termasuk pada kelas A maupun kelas B
digolongkan dalam kelas C. Red oranda kelas B dan kelas C dapat disatukan dalam
satu kolam, sedangkan red oranda kelas A yang berkualitas kontes harus
dipisahkan dalam kolam tersendiri walaupun jumlahnya hanya sedikit. Red cap
oranda terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas kontes dan kelas komersial,
Ciri-ciri red cap oranda kualitas kontes antara lain bentuk tubuh bulat telur,
jambul lebar berwarna merah darah, seluruh tubuh berwama putih mutiara
cemerlang, sirip punggung tegak utuh, sirip ekor lebar, dan pangkal ekor
berdiri. Bentuk jambul red cap oranda harus tinggi, melebar, dan warna merahnya
tidak boleh ada yang keluar dan jambul.
Memilih calico
oranda yang berkualitas kontes hanya dengan memperhatikan komposisi warna
dan corak yang ada pada tubuhnya. Ciri lainnya mirip dengan cara memilih red
oranda. Oranda red pompom terbagi atas tiga kelas. Kelas A merupakan kualitas
kontes. Dalam memilih kelas A yang diperhatikan adalah bentuk pompomnya harus
tinggi, sama besar, dan harus berwarna merah darah. Pompom harus berdiri tegak
dan tidak terkulai. Pilih warna yang jarang seperti cokelat cemerlang pada chocolate
oranda red pompom atau putih cemerlang seperti diamond oranda
red pompon. Menilai bentuk tubuh sama dengan menilai bentuk tubuh pada red
oranda. Antara oranda red pompom kelas A dan kelas B hanya berbedaan pada
ukuran dan tegak tidaknya pompom. Sementara ikan yang tidak termasuk dalam
kelas A dan B digolongkan dalam kelas C.
Menyeleksi
burayak bubble eyes dan telescope eyes dapat
dilakukan setelah burayak berukuran 1 cm. Seleksi pertama ditujukan untuk
penyortiran burayak bertubuh bengkok tidak berekor, dan bentuk ekor seperti
ikan mas. Pada umur dua bulan, mata sudah terbentuk. Untuk tipe mata balon,
ukuran mata bukan merupakan tujuan utama penyeleksian. Ini disebabkan mata yang
kecil atau tidak sama besar dapat diolah menjadi sama besar. Namun, bila
memilih bubble eyes untuk bakalan kontes, bentuk balon harus sama besar dan warnanya tidak
gelap.
Penilaian
juga ditujukan pada bentuk tubuh. Bentuk tubuh bubble eyes harus
panjang, punggung datar, tidak bersirip punggung, ekor panjang, dan belahan
ekor harus dalam. Untuk telescope eyes, apa pun tipenya, mata
mempunyai nilai sendiri. Sebagai contoh, telescope eyes tipe butterfly bertubuh
bentuk bulat, sirip punggung tegak, sirip ekor membentang lebar seperti sayap
kupu-kupu, kedua mata harus sama besar, tinggi tonjolan mata harus sejajar
dengan kepala, dan warna mata juga harus sama dengan warna kepala.
Red tossa
atau red-white tossa sudah bisa dilihat perbedaannya setelah berumur 2-3 bulan
bila perkembangan warnanya sempurna. Warna hitam kehijauan pada tubuh tossa
akan dominan pada umur sebelum dua bulan. Selanjutnya, pigmen pembawa warna
hitam(melanopkore) secara perlahan akan digantikan oleh pembawa
warna kuning(xanthophore).
Untuk
mempercepat terjadinya perubahan warna menjadi merah cemerlang, anakan tossa
diberi pakan yang banyak mengandung spirulina dan sent (crude
fiber) seperti CR5 atau Ultra P-DX dan Biriiant F-DX yang mengandung
Chitin Chitosan 3%. Untuk tossa yang membawa warna putih, warna tersebut
menjadi lebih berkilau.
Dalam
penyortiran anakan pearlscale yang perlu diutamakan adalah memperhatikan bentuk
tubuh dan sisiknya. Bentuk tubuh harus bulat seperti bola pingpong dan sisik di
tubuhnya harus tampak kasar menonjol seperti butiran buah jagung. Sementara
kepalanya kecil membentuk segitiga. Sirip punggung utuh dan sirip ekor membuka
lebar. Belahan pada sirip ekor harus terlihat jelas. Bila tidak menggunakan
induk dari tipe crown pearlscale maka sulit dijumpai anakan yang berjambul di
kepalanya. Bila salah satu induk bertipe crown pearlscale maka anakan yang
dihasilkan ada yang berjambul di kepala dan ada yang tidak. Pada umur tiga
bulan, jambul di kepala sudah tampak jelas dan dapat diseleksi. Membedakan
warna tubuh ranchu dapat dilakukan pada umur minimal dua bulan. Pada umur satu
bulan, sel pembawa warna hitam (melanophore) masih mendominasi
sehingga belum dapat membedakan wama tubuh, Memasuki umur dua bulan barulah terjadi
pembahan warna karena perlahan-lahan sel pembawa warna kuning(xanthophore) masuk
ketubuh ranchu sehingga warna tubuh menjadi kombinasi hitam kuning. Memasuki
umur tiga bulan warna hitam di tubuh ranchu semakin sedikit dan warna kuning
berubah menjadi orange kemerahan. Pada umur tiga bulan ini sel pembawa warna
merah (erythrophore) mulai mendominasi. Bila pada umur tiga
bulan sel pembawa warna masih didominasi oleh melanophore maka
dapat dipastikan bahwa ranchu akan tetap berwarna hitam.
Untuk
mempertahankan agar pewarnaan tubuh tetap didominasi oleh sel pigmenmelanophore, ranchu
perlu diberi bahan pakan yang mengandung lemak seperti cacing sutera atau
cacing super. Selain itu, ranchu perlu diletakkan di tempat yang teduh dengan
suhu air maksimal 22OC. Jika panas terlalu tinggi, warna ranchu hitam Iebih
cepat berubah menjadi merah. Walaupun demikian, terkadang setelah dewasa warna
tersebut pun dapat berubah menjadi merah. Untuk melihat dominasi sel pewarna
tubuh, perlu diperhatikan bagian perutnya. Bila perut berwarna putih kelabu
maka dapat dipastikan bahwa secara perlahan-lahan wama putih tersebut akan
merambat naik ke atas dan berubah menjadi kuning. Lambat laun perubahan menjadi
menyeluruh dan warna kuning berkombinasi hitam akan berubah menjadi merah. Bila
wama perut kuning kehitaman atau bahkan hitam pekat, dapat dipastikan bahwa
warnanya tidak akan berubah.
Pada
umumnya semua jenis maskoki umur satu bulan masih herwarna hitam. Maskoki yang
warna tubuhnya cepat berubah menjadi meràh bila berwarna hitarn kehijauan.
Untuk mempercepat perubahan warna, suhu udara ditingkatkan menjadi minimal 26°
C. Selain itu, maskoki diberi pakan pelet yang banyak mengandung spirullina
seperti Hal Feng, CR5, CR6, atan Ultra P-DX dan Brilliant F-DX yang mengandung
Chitin Chitosan 3%. Bila pelet yang ada berukuran agak besar,
pelet tersebut sebaiknya ditumbuk bingga halus dahulu sebelum diberikan.
Sementara airnya harus diganti tiga hari sekali agar sinar matahari dapat
langsung diterima tubuh. Perlu diperhatikan bahwa pemberian pakan yang
mengandung banyak lemak seperti cacing sutera atau cacing super harus dihindari
karena sangat berisiko, yaltu pertumbuhan fisiknya menjadi agak terlambat.
Sumber :
Nurleli,
2011. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Ikan Maskoki. Materi Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan Nomor: 012/TAK/BPSDMKP/2011. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
BPSDMKP.
PUSTAKA:
Adijaya,
S.Dian, “Agar Kemolekannya Dinikmati Lebih Lama”, Trubus, Agustus 2003.
_____________,
“Merah Putih Corak Ranchu”, Trubus, Juli 2003
_____________,
“Strain Terbaru dari Tirai Bambu”, Trubus, Agustus 2003.
Hisomudin,
dkk., “Permasalahan Maskoki dan Solusinya”, Penebar Swadaya, 2003
Suyanto,
S.Rachmatun, “Parasit Ikan dan Cara Pemberantasannya” (Jakarta : Pusat
Penerbitan Yayasan Sosial Tani Membangun, 1981).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar