JENIS DAN PENGGOLONGAN PLANKTON PADA PENGELOLAAN KUALITAS AIR
A. Pengertian Plankton
Istilah plankton pertama kali diperkenalkan
oleh Victor Hensen pada tahun 1887, yang berarti pengembara. Plankton merupakan
sekelompok biota di dalam ekosistem akuatik (baik tumbuhan maupun hewan) yang
hidup mengapung secara pasif, sehingga sangat dipengaruhi oleh arus yang lemah
sekalipun (Arinardi, 1997).
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), adalah suatu organisme yang terpenting
dalam ekologi laut. Kemudian dikatakan bahwa bahwa plankton merupakan salah
satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus
perairan laut.
Menurut Nontji (2005), plankton adalah organisme yang hidupnya melayang
atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas
hingga organisme tersebut terbawa oleh arus namun, mempunyai peranan penting
dalam ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis
hewan laut lainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya
sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva.
B. Jenis-Jenis Plankton
Klasifikasi dalam biologi
membedakan plankton dalam dua kategori utama yaitu fitoplankton yang meliputi
semua hubungan renik dan zooplankton yang meliputi hewan yang umumnya renik
(Rutter, 1973 dalam Sahrainy, 2001). Fitoplankton ada yang berukuran besar dan
kecil dan biasanya yang besar tertangkap oleh jaringan plankton yang terdiri
dari dua kelompok besar, yaitu diatom dan dinoflagellata. Diatom mudah
dibedakan dari dinoflagellata karena bentuknya seperti kotak gelas yang unik
dan tidak memiliki alat gerak. Pada proses reproduksi tiap diatom akanmembela
dirinya menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup diatom akan menempati katup
atas (epiteka) dan belahan yang kedua akan menempati katup bawah (hipoteka).
Sedangkan kelompok utama kedua yaitu dinoflagellata yang dicirikan dengan
sepasang flagella yang digunakan untuk bergerak dalam air. Beberapa
dinoflagellata seperti Nocticula yang mampu menghasilkan cahaya melalui proses bioluminesens
(Nybakken, 1992).
Anggota fitoplankton yang merupakan minoritas adalah berbagai alga hijau
biru (Cyanophyceae), kokolitofor (Coccolithophoridae, Haptophyceae), dan
silicoflagellata (Dictyochaceae, Chrysophyceae). Cyanophyceae laut hanya terdapat
di laut tropik dan sering sekali membentuk “permadani” filamen yang padat dan
dapat mewarnai air (Nybakken, 1992).
Sachlan (1972) menggolongkan algae dalam tujuh golongan berdasarkan pigmen yang
dikandungnya dan habitatnya, yaitu :
- Cyanophyta : alga biru yang hidup di air tawar dan laut.
- Chlorophyta : alga hijau banyak hidup di air tawar
- Chrysophyta : alga kuning yang hidup di air tawar dan laut
- Phyrrophyta : alga yang hidup sebagai plankton di air tawar dan di laut
- Eugulenophyta : hidup di air tawar dan di air payau
- Phaeophyta : alga coklat yang hidup sebagai rumput laut
- Rhodophyta : alga merah yang hidup sebagai rumput laut.
Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena mereka
hanya dapat hidup di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup
untuk melakukan fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada tempat
yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai dimana
terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya merupakan suatu daerah yang
cukup kaya akan bahan-bahan organic (Hutabarat dan Evans, 1985).
Berlawanan dengan fitoplankton, zooplankton yang merupakan anggota plankton
yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan
bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun demikian dari
sudut ekologi, hanya satu golongan dari zooplankton yang sangat penting
artinya, yaitu subklas copepoda (klas Crustaceae, filum Arthropoda). Kopepoda
adalah crustacea haloplanktonik yang berukuran kecil yang mendominasi
zooplankton disemua samudra dan laut. Hewan kecil ini sangat penting artinya
bagi ekonomi ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam
laut. Dengan demikian, copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting
antara produksi primer fitoplankton dengan karnivora besar dan kecil (Nybakken,
1992).
C. Penggolongan Plankton
Menurut Arinardi (1997), plankton
digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan kemampuan membuat
makanan, berdasarkan ukuran, berdasarkan daur hidupnya.
a. Berdasarkan Fungsi
Secara fungsional, plankton digolongkan
menjadi empat golongan utama, yaitu fitolpankton, zooplankton, bakterioplankton
dan virioplankton.
Fitoplankton
: ukurannya sangat kecil dan dapat tumbuh dengan sangat lebat dan
padat menyebabkan perubahan warna air pada laut.
Fitoplankton mempunyai fungsi penting karena bersifat autotrofik, yakni
dapat mengjhasilkan sendiri bahan organic makanannya.
Zooplankton
: ukurannya paling umum berisar 0,2-2 mm, tetapi ada juga yang
berukuran besar misalnya ubur-ubur. Kelompok yang paling umum ditemui antara
lain copepod (copepod), eufausid (euphausid),
misid (mysid), ampifod (amphifod), kaetognat(chaetognath).
Bakterioplankton
: bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin memahami bahwa
bakteripun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam unsur
hara (nutrient cycle), dalam ekosistem laut. Ia mempunyai
cirri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya <1 adalah=""
berfotosintesis.="" dalam="" dan=""
dapat="" ekosistem="" fungsi="" i="" inti=""
klorofil="" laut="" m="" mempunyai=""
pengurai="" sebagai="" sel="" tidak=""
umumnya="" utamanya="" yang="">(decomposer)
. Semua biota laut yang mati akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan
menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dsb. Hara ini kemudian
didaurulangkan dan dimanfaatkan legi oleh fitoplankton dalam proses proses
fotosintesis.
Virioplankton
: virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil
(< 0,2 µm) dan menjadikan biota lainnya, terutama bakteriplankton dan
fitoplankton sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini
tak menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memcahkan dan
mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua decade lalu para ilmuwan banyak
mengkaji virioplankton ini dan menunjukan bahwa virioplanktonpun mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di
dalam ekosistem laut.
b. Berdasarkan
Kemampuan Membuat Makanan
Berdasarkan kemampuan membuat makanan,
plankton digolongkan menjadi dua golongan utama, yaitu fitoplankton dan
zooplankton.
Fitoplankton
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya
mengapung atau melayang di laut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat
dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200 µm (1 µm =
0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada
yang berbentuk rantai.
Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan
sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air
laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat
autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik untuk makanannya.
Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk
menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini,
fitoplankton disebut sebagai produser primer.
Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk
menjalani segala fungsi faalnya. Tetapi, di samping itu energi yang terkandung
di dalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut
seperti udang, ikan, cumi-cumi, sampai ikan paus yang berukuran raksasa
bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui
rantai makanan.
Zooplankton
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya
mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga
keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat
heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari
bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya, ia sangat
bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi,
zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang
berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter.
Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid
(euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath).
Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria, di
depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga
ke perairan kutub.
Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan
dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam
ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang
hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai
zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari,
menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi
nekton atau bentos.
c. Berdasarkan
Ukuran
Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan
yang dapat lebih baik memilah-milah partikel yang sangat halus, penggolongan
plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Ukuran plankton sangat
beraneka ragam, dari yang sangat kecil hingga yang besar. Penggolongan di bawah
ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang.
Makroplankton
(2-20 mm)
Contohnya adalah Pteropods; Chaetognaths; Euphausiacea (krill); Medusae;
ctenophores; salps, doliolids and pyrosomes (pelagic Tunicata); Cephalopoda.
Mesoplankton
(0,2-2 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti metazoans;
copepods; Medusae; Cladocera; Ostracoda; Chaetognaths; Pteropods; Tunicata;
Heteropoda, noctiluca.
Mikroplankton
(20-200 µm)
Contohnya adalah: eukaryotic protist besar; kebanyakan phytoplankton;
Protozoa (Foraminifera); ciliates; Rotifera; metazoans muda – Crustacea
(copepod nauplii).
Nanoplankton
(2-20 µm)
Plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2 µm. Atau
berukuran 2-20 µm; Contohnya: eukaryotic protista kecil; Diatoms kecil;
Flagellates kecil; Pyrrophyta; Chrysophyta; Chlorophyta; Xanthophyta.
Picoplankton
(0,2-2 µm)
Contohnya: eukaryotic protists kecil; bacteria; Chrysophyta
Femtoplankton
(< 0.2 μm)
Contohnya: Virus laut.
Berdasarkan Daur Hidupnya
Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi:
w Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani
sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan
zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya: kokepod, amfipod, salpa,
kaetognat. Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton.
w Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada
tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan
larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang
dapat aktif berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat
di dasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai
plankton sementara.
Pada umumnya ikan menjalai hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam
tahap telur dan larva kemudian menjadi nekton setelah dapat berenang bebas.
Kerang dan karang adalah contoh hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton
pada tahap telur hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai
bentos yang hidup melekat atau manancap di dasar laut.
Meroplankton ini sangat banyak
ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk
dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan
larva yang bertingkat-tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan
persamaan dengan bentuk yang dewasa.
Pengetahuan mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting dalam
kaitannya dengan upaya budidaya udang, crustacea, mollusca, dan ikan.
Berdasarkan Habitat
Plankton berdasarkan habitatnya, dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
1. Limnoplankton (di danau)
2. Heleoplankton (di kolam)
3. Potamoplankton (di sungai)
4. Hipalmiroplankton (di air payau)
5. Haliplankton (di laut)
f. Berdasarkan Asal-Usulnya
Plankton berdasarkan asal-usulnya dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Autoplankton : Yaitu plankton yang berasal dari habitat
tersebut (plankton asli dari suatu habitat).
b. Alloplankton
: Yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut (plankton
pendatang).
g. Berdasarkan Sebaran (distribusi plankton)
Plankton terdapat mulai dari lingkungan air tawa
r hingga ke tengah samudera. Dari perairan tropis hingga ke peraiaran
kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak di huni oleh plankton.
1. Sebaran Horizontal
Nontji (2008) membagi plankton berdasarkan sebaran horizontalnya, baik
fitoplankton maupun zooplankton menjadi :
Plankton
Neritik
Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan
salinitas yang relative rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke peraian payau di
depan muara dengan salinitas 5-10 psu (practical salinity unit, dulu digunakan
istilah ‰ atau permil, g/kg). akibat pengaruh lungkungan yang terus menerus
berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat
kompleks, bisa merupoakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan air
tawar. Beberapa diantaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan
estuaria yang payau (Nontji, 2008).
Plankton
Oseanik
Plankton oseanik hidup diperairan lepas pantai hingga ke tengah samudra.
Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi.
Karena luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton
tergolong dalam kelompok ini (Nontji, 2008).
Penggolongan seperti di atas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga
plankton yang hidup mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat
disebut neritik oseanik (Nontji, 2008).
Persebaran atau distribusi horizontal plankton memang sangat ditentukan
oleh factor-faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan arus. Oleh sebab itu
kehadiran plankton jenis tertentu dapat digunakan sebagai indicator akan massa
air atau arus laut. Di English Channel misalnya, bila kaetognat Sagitta setosa
merajai, itu mengindikasikan massa air dari laut utara yang bersalinitas rendah
telah masuk ke selat ini. Sebaliknya bila Sagitta ellegans yang merajai, itu
mengindikasikan massa air bersalinitas tinggi dari samudra atlantik merambah
masuk sampai ke selat ini. Demikian pula ubur-ubur Cyanea capilata dapat
dijadikan indicator adanya arus air dingin, sedangkan Physalia physalis sebagai
indicator arus air hangat.contoh lain misalnya copepod Eurytemora affinis telah
menyesuaikan diri untuk hidup diperairan estuaria dengan salinitas rendah, dan
karena keberadaannya dapat dijadikan indicator perairan estuaria. Di Indonesia
ditemukan copepod Labidocera muranoi dari perairan mangrove, yang mungkin dapat
pula dijadikan indicator perairan dengan salinitas rendah (Nontji, 2008).
2. Sebaran
Vertikal
Plankton hidup di laut mulai dari lapisan yang tipis di permukaan sampai
pada kedalaman yang sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton,
Nontji (2008) membaginya menjadi :
Epiplankton
Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman
sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam
sinar matahari dapat menembus. Namun dari kelompok epiplankton ini ada juga
yang hidup di lapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan
dengan udara. Plankton semacam ini disebut neuston. Contoh yang menarik adalah
fitoplankton Trichodesmium, yang merupakan sianobakteri berantai panjang yang
hidup di permukaan dan mempunya keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung
dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10cm
disebut hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai arti yang
penting karena bisa mempunyai komposisi jenis yang kompleks.
Dari kelompok neuston ini ada juga yang
mengambang dipermukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain
lagi tersembul ke udara. Yang begini disebutpleuston. Contoh pleuston
yang menarik adalah ubur-ubur api, Physalia physalis, yang lazim
juga diberi julukan Portuguese man of war bagian atasnya
menggelembung mencuat dari permukaan bagaikan layar yang dapat di tiup angin
yang menghayutkan plankton tersebut. Sebenarnya ubur-ubur api ini merupakan
hewan koloni. Setiap individu terbentuk dari empat koloni, masing-masing
berbeda fungsinya namun semuanya berada dalam hubungan kerja yang harmonis.
Kelompok pertama membentuk pelampung dan layar, kelompok kedua membentuk
umbai-umbai tentakel yang panjang dilengkapi nemanocist atau sel pennyengat
yang ampuh untuk menangkap mangsa, kelompok ketiga mencernakan makanan, dan
kelompok empat untuk melaksanakan pembiakan. Physalia physalis ini
disebut ubur-ubur api karena bila tersentuh akan dapat menyengat kulit kita
hingga melepuh dengan rasa panas bagaikan disundut api. Ada lagi pleuston yang
juga menarik yakni Janthina, yang merupakan keong laut yang hidup menggantung
di lapisan film permukaan dengan busa yang dihasilkannya bagaikan pelampung.
Mesoplankton
Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman
sekitar100-400 m. Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah
sangat redup sampai gelap. Oleh sebab itu di lapisan ini fitoplankton, yang
memerlukan sinar matahari untuk fotosintesis, umumnya sudah tidak dijumpai.
Lapisan ini dan lebih dalam didominasi oleh zooplankton. Beberapa copepod
sepeti Eucheuta marina tersebar secara vertical sampai lapisan ini atau lebih
dalam. Dari kelompok eufausid juga banyak terdapat di lapisan ini, misalnya
thysanopoda, eufhausida, Thysanoessa, nematoscelis. Tetapi eufaosid ini juga
dapat melakukan migrasi vertical sampai lapisan di atasnya.
Hypoplankton
Hypoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400m.
termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton yang
hidup pada kedalaman>600m, dan abisoplankton yang
hidup di lapisan yang paling dalam,sampai3000-4000m.
Sebagai contoh, dari kelompok eufaosid, Betheuphaosia ambylops, dan
Thysanopoda adalah jenis tipikal laut dalam yang menghuni perairan pada
kedalaman lebih dari 1500m. sedangkan dari kelompok kaetognat Eukrohnia hamat,
Eukrohnia bathypelagica termasuk yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000m.
SUMBER:
http//supmladong.kkp.go.id
Mulyadi A., 2014. Diktat Pengelolaan Kualitas Air sebagai bahan ajar.
Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan
Perikanan, Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar