Kamis, 26 Juli 2018

Kiat Sukses dan Inovasi Kolam Pemancingan

Kiat Sukses dan Inovasi Kolam Pemancingan


Salah satu kawasan yang ideal untuk mengembangkan bisnis pemancingan adalah :
Kawasan itu terkenal sebagai kawasan dengan banyak badan air, mulai dari sungai, rawa, sampai situ. Banyaknya sungai dan situ merupakan surga bagi para pemancing untuk menyalurkan hobinya sehingga bila ingin memulai bisnis pemancingan disini sudah bisa dipastikan biaya marketing, promosi dan branding akan cukup rendah karena para pemancing akan datang dengan sendirinya.
Kiat Sukses Kolam Pemancingan
Selain memancing langsung di alam, Anda membuat kolam pemancingan yang dikhususkan untuk keluarga. Di tempat pemancingan peluang mendapat ikan lebih besar sehingga para pemancing akan tertarik untuk memancing bersama keluarganya terutama bila dilokasi tersebut disediakan dapur atau alat memasak hingga ikan dapat langsung dimasak dan disantap bersama keluarga. Di lokasi pemancingan keluarga, Anda juga dapat mebuat kursus kilat yang mengajarkan cara memancing pada anak-anak yang masih kecil.
Lokasi pemancingan ini melakukan inovasi dengan membuat restoran yang dilengkapi dengan beberapa satwa liar yang unik serta kebun bibit yang menjual sekitar 500 jenis tanaman bunga dan buah.
Pengelola bias telantar menjadi kolam pemancingan berukuran 20 meter x 120 meter. Kedalaman kolamnya mencapai lima meter. Kolam dilengkapi dengan 70 bangku memancing, belasan saung, dan dua saung terapung. Di setiap saung disiapkan jaket penyelamat agar pemancing tidak tenggelam jika terpeleset ke dalam kolam terutama anak-anak yang belum bisa berenang.
Ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas, patin, lele, nila, gurame, dan bawal. Ada juga ikan mujair yang terbawa aliran kali. pengelola melakukan inovasi bisnis untuk mengundang para pemancing melakukan word of mouths marketing yang lagi populer dengan menerapkan ada tiga jenis sistem memancing, yaitu :
  1. Memancing sistem kiloan
  2. Memancing sistem tarikan
  3. Memancing sistem jackpot.

Memancing Sistem Kiloan

Untuk memancing kiloan, setiap pemancing harus membeli setiap ikan yang terpancing dengan harga Rp 20.000 sampai Rp 40.000 per kilogram.

Memancing Sitem Tarikan

Untuk memancing tarikan, setiap alat pancing atau joran dikenai tarif Rp 60.000 per empat jam. Ikan yang didapat boleh dilepas lagi dan tidak perlu dibeli.
Memancing Sistem Jackpot
Memancing jackpot hampir seperti memancing tarikan, tetapi difokuskan untuk mengejar ikan yang beratnya di atas lima kilogram. Dengan tarif Rp 100.000 per empat jam, pemancing berhak dapat hadiah Rp 116.000 jika memperoleh ikan di atas lima kilogram alias jackpot.
Kolam pemancingan harus melakukan inovasi bisnis yang lain dari biasanya yaitu dengan membuat tiga empang, yaitu empang harian, empang sewa, dan empang lomba. Empang harian adalah empang yang dipakai pemancing setiap hari, empang sewa khusus untuk rombongan pemancing yang menyewa empang, dan empang lomba galatama untuk lomba yang digelar setiap hari Minggu dan Rabu dengan hadiah total Rp 5 juta untuk empat pemenang. Anda dapat memilih waktu sesuai dengan keinginan. Jadi, jangan ragu, ayo mari segera mulai berbisnis kolam pemancingan !
Jika kita bisa melihat peluang dan prospeknya, bisnis kolam pemancingan bisa menjadi bisnis yang menggiurkan dan dapat menghasilkan keuntungan yang cukup lumayan. Pengelolaan bisnis kolam pemancingan ini relatif cukup mudah dan persaingannya tidak terlalu ramai. Kolam pemancingan banyak sekali penggemarnya mulai saja dari penggemar mancing, keluarga yang butuh rekreasi, anak-anak muda, orang yang senang hobi memancing dan banyak lagi kalangan lain yang meminatinya. Lantas apa yang harus dipersiapkan untuk memulai usaha ini ?
Untuk kiat sukses berbisnis kolam pemancingan ikan maka yang harus disiapkan adalah kita harus memliki tempat usaha yang cukup luas. Bisa saja kita bekerjasama dengan pemilik lahan dan menerapkan sistem sewa. Kalau bisa lokasi mudah dijangkau dan berada di tempat strategis untuk memudahkan konsumen melihat dan mendatangi tempat kita. Bisa saja kita membeli kolam jadi ataupun kalau tidak kita bisa membuat kolam terlebih dahulu. Setelah ada beberapa kolam maka kita bisa mengisi bibit ikan antara lain ikan mas, bawal, gurame, patin ataupun nila. Oke mari kita runut prospek dari peluang usaha bisnis kolam pemancingan di bawah ini.
A.  Modal dasar :
  • Untuk menggeluti usaha ini dibutuhkan lahan yang cukup luas. Untuk itu Anda bisa mencoba bekerjasama dengan orang yang memiliki lahan kosong yang belum digarap. Dari sana lantas dibangun empang atau kolam ikan.
  • Isi kolam dengan ikan. Biasanya yang diisikan adalah ikan mas, bawal, gurameh, nila, patin atau lainnya. Untuk mendatangkan ikan ini Anda bisa mendatangi pembibitan ikan. Biayanya sangat variatif tergantung jenis dan besar rata-rata ikan tersebut. Perhitungkan juga biaya untuk pemeliharaan ikan seperti pembelian pelet sebagai makanan ikan. Ongkos ini biasanya berkisar 30%-40% dari nilai jual ikan hasil pancingan.
  • Karyawan yang diperlukan di sini adalah seorang penjaga kolam dan penaksir berat ikan. Namun bisa juga ditambah tukang masak ikan jika Anda juga melayani pemasakan ikan langsung di tempat.
  • Untuk mendapatkan pemancing, Anda bisa menyebarkan brosur di perumahan atau perkampungan. Bisa juga Anda mengadakan lomba mancing setiap minggu atau sebulan sekali. Ini cukup efektif mendatangkan para pemancing.
B. Persiapan :
Sebenarnya usaha ini tak terlalu sulit dikembangkan. Asal Anda cukup jeli, pasar penggemar mancing itu cukup terbuka. Untuk menarik pengunjung, sesekali adakan lomba man­cing. Sewakan juga alat pancing dan jual pakan ikan untuk memancing. Jika perlu, siapkan juga tukang masak untuk memasak ikan bagi pemancing yang ingin segera menikmati hasil tangkapannya.

C. Proyeksi pendapatan :
Usaha seperti ini biasanya (misalnya) mematok tarif Rp 25 ribu -Rp 50 ribu untuk pengunjung yang memancing seharian penuh, Rp 15 ribu buat yang setengah hari mancing. Harga ini bisa juga dipengaruhi jenis ikan yang ada di kolam pemancingan. Sedangkan untuk pemancing yang memilih kolam kiloan, dihitung berdasar jumlah kilogram ikan yang didapat, misalnya Rp 13 ribu untuk 1 kg ikan emas dan Rp 14 ribu untuk 1 kg ikan patin. Harga ikan ini pun sangat variatif tergantung daerah yang bersangkutan.
Kemudian, jika Anda membuka tempat sekaligus untuk memasak ikan, hasilnya bisa menjadi lebih berlipat. Oya tarif di atas nilainya relatif (mungkin bisa sedikit lebih mahal.

Pengangkutan Benih Ikan Dengan Oksigen


Pengangkutan Benih Ikan Dengan Oksigen



Bagi anda yang sering berbisnis bibit ikan tentu pengalaman dalam membawa ikan sangat penting. Pengangkutan ikan jarak jauh tidak bisa di lakukan sembarangan, harus dengan persiapan yang matang.
Yang perlu di persiapkan adalah:
  • Kantong plastik
  • Oksigen
  • Air bersih
Proses ini biasa di namakan pengepakan ikan. Pada proses pengepakan perhatikan keadaan ikan, sehat atau tidak. Jika keadaan ikan lemah, baiknya ikan di rawat dahulu dan tunda keberangkatan ikan karena resikonya sangat besar.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan benih ikan agar tetap sehat:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:

1. Sistem terbuka
Yang di maksud pengangkutan system terbuka ini adalah dengan wadah terbuka seperti jerigen atau bak seperti keramba. Perkiraan isi dan perbandingan biasanya: 10 liter air dengan benih ikan yang mampu di tampung sekitar 3000 benih. semakin sedikit benih maka semakin aman.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram.
Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
  • masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih
  • hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air
  • alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1)
  • kantong plastik lalu diikat.
  • kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
  • Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
  • Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
  • Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
  • Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
  • Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
  • Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan patin yaitu:
  • Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk simpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur yang telah diaerasi selama 24 jam.
  • Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan serokan halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.
  • Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan air:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang rangkap.
  • Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.
  • Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang hendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu- satunya cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik. Berdasarkan penelitian terbukti bahwa benih patin masih aman diangkut selama 14 jam dengan kapadatan 300 ekor per liter.

Rabu, 25 Juli 2018

Pakan Otomatis Genjot Pertumbuhan Udang




Mesin pakan udang otomatis bisa dirakit sendiri untuk menekan biaya


Budidaya udang vavname di Pantai Barat Sumatera, khususnya di Bintuhan, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu mulai mengaplikasikan mesin pakan otomatis atau automatic feeder(autofeeder). Yakni cara pemberian pakan menggunakan mesin yang digerakkan dengan tenaga listrik. Selain untuk meningkatkan pertumbuhan harian (Average Daily Gain-ADG), penggunaan autofeeder  juga dimaksudkan untuk efisiensi tenaga kerja.

Adalah farm budidaya udang PT Dua Putra Perkasa Pratama (PT PPP) di Desa Maje, Kecamatan Kaur Selatan yang sudah mulai mengaplikasikan mesin autofeeder pada dua siklus terakhir. Menurut Technical Manager PT PPP Teguh Setiyono, dari dua siklus tersebut, baru sekali panen dan sekarang sudah memasuki panen parsial.

Penggunaan autofeeder dilakukan pada 30 kolam. Masing-masing kolam seluas 3 ribu meter persegi dengan kepadatan tebar 250 hingga 300 ekor per meter persegi. Dengan  kedalaman air 1,8 meter, setiap kolam dipasang 24 unit kincir dan dua unit microbubble.

Setiap kolam dipasang 2 mesin autofeeder dan mulai digunakan pada usia 40 hari ke atas sampai panen. Masing-masing mesin berjarak tujuh meter dari pinggir kolam. “Mesin autofeeder  ini diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas, namun budidaya tetap efisien,”  ujar Teguh di didampingi Manajer Produksi Hadi Suteja dan Manajer Holding Zainul ketika ditemui di farm PT Dua Putra, baru-baru ini.

Meski terdapat berbagai tipe autofeeder, PT PPP menggunakan tipe stationary autofeeder  (tidak bergerak dari posisi yang telah ditentukan). Alasannya mudah dioperasikan dan ringan perawatannya.


Dampak Positif
Dari panen siklus pertama berhasil dipanen udang size (ukuran) 28 atau berat 34 gram/ekor pada usia 120 hari. Pada siklus kedua, sudah dilakukan panen parsial pertama pada umur 82 hari dan didapatkan udang size 55. Lalu panen parsial kedua pada umur 95 hari diperoleh udang size 45, dan pada panen berikutnya umur 110 hari size-nya mencapai 36. “Dari kedua pengalaman pertama tersebut, kelihatan bahwa pertumbuhan udang lebih bagus menggunakan autofeeder  dibandingkan dangan manual,” lanjutnya.

Ketika pemberian pakan dilakukan secara manual diperoleh ADG rata-rata 0,3 gram/hari, dan naik menjadi 0,45 gram/hari setelah pemberian pakan menggunakan mesin autofeeder. Menurut pengamatan dan pengalaman Teguh, dengan adanya autofeeder udang berkumpul di bawah dan samping autofeeder sehingga kesempatan udang makan lebih sering dan banyak sehingga pakan yang terbuang lebih sedikit. Artinya pemberian pakan akan lebih efisien. Lalu dengan autofeeder  “keutuhan” nutrisi pakan juga terjaga karena udang selalu memakan pakan yang baru turun dari mesin.

Lalu, pada saat pemberian pakan dilakukan secara manual nilai konversi pakan (food conversion ratio-FCR) yang diperoleh berkisar 1,5 - 1,7 dan turun menjadi berkisar 1,35 - 1,5 setelah menggunakan autofeeder. Sementara untuk peningkatan pemakaian listrik, tidak terlalu signifikan karena daya yang dibutuhkan untuk mesin autofeeder  cukup kecil.

Sementara untuk tingkat kehidupan udang (Survival Rate-SR) pada siklus pertama penggunaan autofeeder rata-rata 90 persen. Menurut Teguh terjadi kenaikan dibandingkan dengan siklus sebelum menggunakan autofeeder  yang berada di bawah 90 persen.

Teguh mengakui,  pakan yang ditebar dengan mesin autofeeder  lebih sedikit sehingga tidak semua udang di dalam kolam kebagian pakan secara bersamaan. Tapi bagi udang yang belum kebagian pakan bisa makan pakan pada penebaran berikutnya. Dengan begitu udang makan secara bergantian dan otomatis pakan yang dimakan udang jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang terbuang. “Hal ini yang membuat FCR penebaran pakan menggunakan autofeeder  lebih rendah karena pakan lebih sedikit yang terbuang,” ia beralasan.

Selasa, 24 Juli 2018

Plus Minus Autofeeder Udang

Pengguna autofeeder mengakui adanya efisiensi pada pemberian pakan dan percepatan terhadap pertumbuhan udang


Perkembangan penggunaan alat pemberi pakan otomatis atau automatic feeder (autofeeder) pada sektor perikanan dan perudangan di Indonesia nampaknya belum berkembang pesat sebagaimana yang telah dilakukan oleh negara-negara yang telah maju sektor perikanannya. Hal tersebut diakui oleh pakar nutrisi ikan dari Institut Pertanian Bogor, Nur Bambang Priyo Utomo. Menurut pria yang akrab dipanggil Bambang ini, ada beberapa alasan mengapa autofeeder di Indonesia belum berkembang sesuai yang diharapkan.

Menurut Bambang, pada mulanya penggunaan autofeeder di negara-negara maju bertujuan untuk memecahkan dua masalah utama. Yakni meningkatkan efektivitas dan efisensi pemberian pakan, serta untuk menyiasati mahalnya biaya tenaga kerja. “Selain tenaga kerja mahal, akurasi pemberian pakan juga,” kata Bambang kepada Trobos Aqua.

Bagi pelaku perikanan di Indonesia, perkembangan penggunaan autofeeder seolah menjadi dilema. Di satu sisi perlu untuk meningkatkan efisiensi pemberian pakan, di sisi lain tenaga kerja di Indonesia cukup melimpah dengan biaya relatif murah. “Norwegia tenaga kerjanya mahal bukan main,” terang Bambang membandingkan kondisinya. Alasan tersebut bisa menjadi salah satu kendala kenapa penggunaan autofeeder belum sesuai yang diharapkan.

Tetapi apakah benar autofeeder ini dapat menggantikan peran pekerja di tambak sehingga mengurangi peluang kerja dan meningkatkan pengangguran. Menurut pengelola tambak di Sumenep-Madura, Hardjono, penggunaan autofeeder sebetulnya tidak serta merta menghilangkan peran pekerja di tambak. “Masih harus isi pakan, cek anco, dan kondisi tambak,” terangnya.

Sementara menurut founder sekaligus CEO produsen autofeederEfishery, Gibran Huzaifah Amsi El Farizy, alasan utama ia membuat autofeeder adalah untuk menyiasati efisiensi pemberian pakan. “Di udang ini pakan salah satu yang paling besar. Masalahnya pakan yang paling besar ini pemberiannya belum efisien,” jelas Gibran. Hal itu yang mendasari Gibran mengembangkan autofeeder.

Pemberian pakan yang tidak efisien tentunya membuat biaya pakan yang sudah besar menjadi lebih besar. Hal ini dikarenakan keterbatasan manusia dalam memenuhi kemauan udang yang memiliki sifat continus feeding, atau pemakan secara terus menerus. “Dan kita masih belum bisa memberi dengan optimal. akhirnya jadi jebol,” terang Gibran.

Menurut Bambang, proses makan udang mulai dari menangkap pakan hingga memasukannya ke dalam mulut terbilang lama. Berbeda dengan ikan (finsfish) yang hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit saja. “Finfish 15 belas menit habis. Kalo udang kan dicapit dulu, intinya proses makannya gak cepet. Satu jam lah,” ujar Bambang.

Karena proses yang lama itu lah, udang perlu makan secara terus menerus agar proses pertumbuhannya berjalan dengan baik. Di sisi lain, hal ini justru menjadi keterbatasan bagi pekerja tambak jika harus memberi makan udang secara terus menerus. Sehingga penggunaan autofeeder menjadi dipertimbangkan.


Cara Kerja
Beberapa petambak kini sudah mulai mencoba penggunaan autofeeder untuk udang. Bahkan bagi petambak yang sudah merasakan manfaatnya, autofeeder sudah digunakan di semua petakan tambak. Umumnya autofeeder di tambak saat ini menggunakan kombinasi antara jumlah pemberian dalam setiap lemparan dengan frekuensi pemberian dalam sehari.

Di tambak Hardjono misalnya, pemberian pakan dilakukan selama 5 kali dalam sehari. Artinya total pakan udang sehari dibagi ke dalam lima kali pemberian. Jarak pemberiannya selama 3,5 jam. Dalam 3,5 jam tersebut autofeeder akan melontarkan pakan berkali-kali hingga pakan di dalam alat tersebut habis. “Kemudian diisi pakan lagi,” ucap Hardjono.

Autofeederyang digunakan oleh Hardjono akan mengeluarkan pakan selama 1 menit setiap lemparannya. Setelah 1 menit, motor pemutar pakan akan berhenti atau delay selama 1 - 4 menit, disesuaikan dengan kebutuhannya. Alat yang dapat menampung pakan sebanyak 50 kg ini dapat melemparkan pakan sejauh 8 - 9 meter.

Dengan cara kerja alat seperti itu, udang akan makan secara bergantian satu dengan yang lainnya. Udang yang mendapat pakan lebih dulu akan menyelesaikan proses makannya selama satu jam. Dalam waktu tersebut, udang yang belum mendapat pakan akan mendapatkannya pada lemaparan pakan selanjutnya. “Udang pergi, kloter dua datang. Begitu terus,” ucap Hardjono.

Sebagai komoditas yang terbilang manja, udang memerlukan banyak pengamatan setiap harinya. Meski sudah menggunakan autofeeder, sampling terhadap tingkat konsumsi pakan oleh udang mesti tetap dilakukan. Samplingnya tetap menggunakan anco, hanya saja anco tersebut tidak diisi pakan oleh tenaga kerja seperti biasanya. Melainkan diisi langsung oleh autofeeder.

Samplingdengan metode tersebut salah satunya dilakukan oleh petambak udang sekaligus pengurus Shrimp Club Indonesia (SCI) Banyuwangi, Yanuar Toto Rahardjo. Ia memosisikan anco dengan jarak 2,5 – 5 meter dari alat pakan. “Penempatan anco di daerah sebaran pakan. Asal pakan tidak unmpuk di anco berarti dimakan udang,” terangnya. Pengecekan anco dilakukan setiap 3 - 4 menit setelah autofeeder berhenti memuntahkan pakan.

Sementara Gibran memiliki prosedur sendiri untuk peletakan anco dan pengecekannya. Menurutnya, anco diletakkan pada jarak 2 meter dan jarak 8 meter berseberangan dari alatnya. Sedangkan pengecekannya dilakukan selama 2 jam sekali atau lima kalau dalam sehari.


Peletakan Alat
Jumlah penggunaan autofeeder dalam satu petak tambak bervariasi sesuai dengan ukuran tambak dan spesifikasi alatnya. Yanuar sendiri menggunakan 2 - 3 alat dalam satu petaknya. “Kolam terkecil ukuran 3.300 (m2) saya menggunakan dua. Kolam terbesar ukuran 6.500 (m2) saya menggunakan tiga,” jelas Yanuar.

Sementara Hardjono menggunakan satu alat saja untuk luas petak sekitar 2.500 meter per segi. Kapasitas setiap alat juga berbeda. Hardjono menggunakan alat dengan kapasitas relatif kecil, yakni 50 kg. “Agar sering mengontrol,” alasan Hardjono. Sementara autofeeder yang digunakan oleh Yanuar memiliki kapasitas 50 dan 100 kg.

Sebetulnya tidak ada aturan baku mengenai jumlah alat dalam setiap kolam dan di posisi mana sebaiknya alat diletakan. Hal ini justru petambak sendiri yang mengetahui kondisi udang dan tambaknya. Tetapi Gibran merekomendasikan agar area lemparan alat tidak beririsan satu dengan yang lainnya. “Kalau ditempatkan dekat dan ada irisan pemberian pakan satu feeder dengan lainnya,  ini akan jelek nanti hasilnya,” jelas Gibran.

Jika dilihat dari kebiasaan udangnya, Menurut Bambang, udang akan menyebar jika kondisi air tambak bagus. Bambang menambahkan, letak-letak kondisi air yang bagus sudah pasti yang dilewati oleh aliran arus kincir. “Udang itu paling banyak di aliran kincir ini, karena bersih kan. Yang gak kena kincir itu sedikit udangnya.” Katanya. Hal ini penting bagi petambak sebagai pertimbangan untuk memposisikan autofeedernya.

Sementara itu, Gibran juga memberikan saran mengenai ketinggian peletakan autofeeder dari permukaan air tambak. Menurutnya sebaiknya alat ditempatkan pada titik terdalam di suatu tambak. Ketinggian peletakan alatnya sendiri 60 - 80 cm dari permukaan air agar penyebarannya optimal. “Jika terlalu tinggi juga potensi tertiup angin lebih besar,” Ucap Gibran mewanti-wanti.


Pertumbuhan Udang
Awal mula pemakaian autofeeder berbeda-beda disesuaikan dengan spesifikasi jenis alatnya. Jika alat yang digunakan tidak bisa untuk pakan crumble, maka peenggunaan alat pertama kali dilakukan saat udang sudah memasuki fase memakan pakan dalam bentuk pelet. “Saya mggunakan umur 21 hari,” ucap Yanuar.

Sebagai pengguna autofeeder, Yanuar dan Hardjono merasakan manfaat dari alat tersebut. Kini penggunaan alat autofeeder Yanuar sudah memasuki siklus keempat. Mendapat manfaat dari penggunaan autofeeder ini, Yanuar memutuskan untuk memasang autofeeder di setiap tambaknya. “Sangat signifikan ya perbedaannya,” aku Yanuar.

Kamis, 19 Juli 2018

Budidaya Udang Skala mini

Sesuaikan investasi skala tambaknya, kelola airnya, perhatikan kebutuhan listriknya, serta gunakan plastik ambak
  


Tambak udang skala mini mulai merangsek ke pekarangan masyakarat dengan istilah tambak skala rumah tangga. Cukup hanya dengan luasan 300 m2 sudah bisa jadi tambak udang. Beda sekali dengan tambak udang pada umumnya, yang mana petambak setidaknya harus bermodalkan lahan 1 hektar (ha).
  
Investasi Ideal
Se-asyiknya menikmati produksi udang tanpa lahan besar ini, ada pula kekhawatiran di benak petambak. Sedikitnya empat poin penting yang ditekankan oleh petambak. Yaitu, pertama, investasi sesuai padat tebar dan luasan tambak.

Gamblang dan singkat, Nonot Tri Waluyo Setjadi, inisiator kampung vannamei PT Centra Proteinaprima pun menggambarkan investasi yang diterapkan petambak skala mini. Yaitu, dengan luasan tambak mini, tekan Nonot, idealnya di kisaran 1.000 – 1.200 m2. Tapi, bila lahan yang dimiliki sempit dan modalnya sedikit, tambak luasan 300 msudah cukup bisa dimanfaatkan.

“Contoh luas tambak 300 - 400 mdengan menggunakan 2 kincir, padat tebar 50 - 60 ribu ekor per petak dengan target panen 0,75 - 1 ton. Investasinya kurang lebih Rp 35 - Rp 45 juta, atau kurang lebih kita hitung per kg itu Rp 50 ribu, dengan sistem panen parsial dimulai dari umur lebih umur 60 harian,” deskripsi Nonot.

Jika ukuran tambak lebih besar, yakni 800 – 1.200 mmenggunakan 4 kincir, target panen sekitar 1,5 - 2 ton udang. Nonot menyebut, salah satu bank nasional mendorong paket budidaya tambak mini mencontoh dari apa yang sudah kampung vannamei terapkan.

Yakni satu paket terdiri dari dua petak luasan 800 muntuk budidaya dan dua petak luasan 200 muntuk tandon. Sistem sudah intensif dengan kincir 4 unit per petak budidaya dan 1 unit kincir per tandon. “Padat tebarnya 100 ribu ekor per petak dengan target panen 1,5 ton. Dengan modal operasional sekitar Rp 60 - 75 juta,” tambah Nonot. Cukup rendah dibanding modal petambak yang banyak didengar bisa mencapai angka ratusan hingga miliaran rupiah per petak tambaknya.

Jika sudah tahu nilai investasi berapa dan teknis budidaya dirasa cukup, tidak jarang petambak mem-push diri untuk meningkatkan padat tebar. “Untuk padat tebar, saya tingkatkan dari waktu ke waktu. Dari semula 100 ekor per m2, sekarang sudah 175 ekor per m2,” ungkap Muhammad Hosim, petambak skala mini di Bangkalan-Madura, Jawa Timur.

Pengelolaan Air
Poin penting selanjutnya, adalah teknik pengelolaan airnya. “Dulunya petambak takut bila padat tebarnya tinggi. Namun, setelah kita searching, belajar sendiri, poin pentingnya itu sebetulnya di pengelolaan airnya,” ungkap Hosim.

Ya, poin penting yaitu pengelolaan air yang juga diamini oleh Nonot. Makanya, jelas Nonot, budidaya udang ini tidak lain tidak bukan, bisa dilakukan dimana saja. “Ya, dimana saja, yang penting disiplin dalam pengelolaan airnya. Artinya, walau jauh dari pantai, yang penting petambak bisa mendapat air payau, serta disiplin untuk tidak asal pilih tempat sebagai lahan tambak,” ingat Nonot.

Sehingga intinya, menurut Nonot, budidaya udang skala mini ini layaknya harus punya reservoir(penampungan), tandon, dan petak penampungan lumpur. Reservoir untuk menampung air asin, tandon untuk treatment air sebelum masuk petak budidaya, serta penampungan lumpur sebelum air olahan tambak dibuang keluar.

“Selama ini petambak hanya cenderung punya tandon untuk tampung air masuk sebelum petak budidaya. Namun sekarang, kita juga dorong wawasan petambak untuk berwawasan lingkungan dengan setidaknya memiliki petakan pengendapan lumpur sebagai pengolahan sebelum buang keluar,” terangnya.

Ucap saja, petakan penampungan lumpur ini sebagai tempat pengolahan limbah lumpur dari petak budidaya. “Air buangan dari tambak ditampung di petakan ini dan hanya air atas yang dibuang keluar. Lumpur yang mengendap suatu saat bisa jadi pupuk atau untuk pemanfaatan lain,” tambah Nonot.

Penerapan Standard Operation Procedur (SOP) tambak udang skala mini pun tidak jauh berbeda dengan tambak secara umumnya.  “Hanya saja, dari sisi usaha kita harus lebih tekankan efisiensi. Misalkan tambak luasan 4.000 m2 investasi dengan 4 kincir akan berbeda dengan tambak 1.000 m2 dengan 4 kincir. Dengan padat tebar sama, 25 ribu ekor per satu kincir, tentunya akan lebih efisien tambak 1.000 m2,” ungkapnya.

Tentunya, kata Nonot, dengan ada manajemen khusus lebih difokuskan pada tambak 1.000 m2. Karena, kepadatan yang lebih tinggi pada luasan 1.000 m2 akan menghasilkan limbah yang yang lebih tinggi sehingga manajemen pengelolaan airnya pun akan berbeda fokusnya.
   
Kebutuhan Listrik
Berikutnya, adalah manajemen kebutuhan listrik. Khususnya dalam tambak intensif yang sangat bergantung pada kincir untuk suplai oksigen, nutrisi, dan buangan tambak.

Karena bila dikaitkan bisnis efisien, juga tidak jauh-jauh dari manajemen yang satu ini. Seperti yang diutarakan Hosim, listrik sebagai sumber penggerak kincir masih menjadi kendala di daerahnya. Yang nantinya, ditakutkan membebani pengaturan kebutuhan listrik dalam mengelola tambak.

“Respon dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) masih sama. Mereka hanya katakan akan usahakan,” keluhnya. Sejauh ini, keluhan Hosim adalah listrik yang digunakan untuk tambak bergantung dari listrik untuk kebutuhan rumah tangga. Dan ketika diaplikasikan ke tambak, kendala yang ia temui adalah tidak stabilnya tegangan listrik sehingga sering ‘turun’.

Sementara, menurut Cartensius dari Sumber Lancar (produsen kincir), sebetulnya kebutuhan listrik rumah tangga ini bisa diantisipasi dengan kesiapan petambak. Apakah sebetulnya petambak bertujuan untuk mengalokasikan asupan listrik rumah tangga untuk tambak atau tidak.

Untuk itulah, Cartensius mengklasifikasi kincir bagi petambak skala mini dengan mengklasifikasi kebutuhan listrik yang ingin mereka alokasikan. “Tambak skala mini ini memiliki dua tipe. Yakni mini dari ukuran tambaknya yang mini (idealnya luasan 700 m2 – 1.000 m2), atau kebutuhan listriknya yang mini. Dari situ, kita pun merekomendasikan aplikasi kincir yang sesuai kebutuhan masing-masing tambak,” terangnya.

Lanjut Cartensius, untuk petambak udang vannamei di luasan tambak mini, pada umumnya kincir yang digunakan adalah ukuran ¾ HP (Horse Power) atau 1 HP dengan 1 Phase. “Idealnya untuk ukuran tambak 700 m2 ukuran kincir yang banyak digunakan itu adalah ¾ HP dengan jumlah kincir 2 - 3 unit,” terangnya.


Supaya Perizinan Tambak Satu Pintu

Petambak udang ingin perizinan tambak diatur batasannya oleh pemerintah pusat, dan dilaksanakan satu pintu di pemerintah daerah

Salah satu daerah yang sudah punya aturan soal tata ruang tambak udang atau budkdaya perikanan selain Pandeglang Banten yaitu kabupaten Tangerang. Menurut Kepala Produksi dan Teknologi Usaha Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Sugih Suryagalih, tata ruang usaha pertambakan udang khususnya di Kabupaten Tangerang,  mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang wilayah Kabupaten Tangerang 2011 - 2031. “Dan sekarang kami masih masih dalam tahap revisi perda tersebut. Karena perda ini masih umum,” ujar Sugih.

Sugih menilai, selama ini para petambak di lapangan jarang mengetahui tentang status tambak mereka. Baik pola tata ruangnya, hingga status kepemilikan dan perizinannya. “Makanya, dari 4.115 hektar (ha) tambak dan kolam produktif di Kabupateng Tangerang, yang statusnya masih tambak rakyat tinggal 746 ha. Yang lainnya sudah punya pengembang. Walau dalam existing-nya tambak tersebut belum beralih fungsi dan masih dalam bentuk tambak, sewaktu-waktu dibuat oleh pengembang, petambak tidak bisa berbuat apa-apa,” terang Sugih.

Sugih pun menerangkan, untuk membantu petambak, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang melakukan program Sehatkan (Sertifikasi Hak Atas Lahan) untuk petambak yang ingin mensertifikasi lahannya. “Sayangnya belum sosialisasi khusus ke status lahan ini,” bebernya.


Usulan Pemerintah
Menyingkapi status tata ruang ini, terang Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menjadi perhatian serius pemerintah. “Karena sebetulnya tata ruang itu termasuk salah satu persyaratan untuk izin usaha. Salah satu persyaratannya adalah lokasinya berada di kawasan untuk pengembangan perikanan di daerah untuk perikanan. Bukan untuk industri atau perumahan,” jelas Slamet.

Lebih lanjut Slamet memaparkan, KKP dalam kebijakan tata ruang tambak itu berbasis kepada kawasan. Yang buat patokan (guideline)-nya aturan-aturan mengenai zonasi mengenai tata ruang itu dari pemerintah pusat, yakni Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut. Pemerintah pusat membuat guideline, aturan-aturan apa saja yang masuk dalam aturan itu.

Turunannya, jelas Slamet, yang menetapkan kawasan perikanan itu adalah Pemerintah Daerah (pemda). Contohnya, dibuatlah nanti di provinsi untuk aturan zonasi. Nanti mengatur pemanfaatan kawasan-kawasan yang ada di daerah, yang buat implementasinya pun di daerah.

Kedepannya, Slamet pun ingin ada penataan yang tegas. “Contohnya, kalau teknologinya canggih, itu izinnya ke pusat. Seperti teknologi supra intensif, bisa menimbulkan dampak pencemaran yang luas kalau tidak dikelola dengan bagus,” dia memisalkan.

Namun, petambak di daerah sebenarnya memiliki pemikiran lain, yakni pusatkan saja di satu pintu perizinan tambak udang. Petambak Lampung, Hanung Hernadi mengusulkan, Dinas Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Pariwisata sesuai tupoksinya di tiap kabupaten duduk satu meja. Yakni untuk menentukan mana areal atau lokasi yang akan dikembangkan untuk perikanan budidaya, pengembangan wisata dan kawasan hutan lindung jika belum ada Perda Tata Ruang. Kemudian pembagiannya disampaikan ke Kementerian.

Dengan begitu investor tinggal cek ke KKP, tambah Hanung, jika mau ekstensifikasi tambak. “Tidak seperti selama ini, investor datang atau ditawari lahan oleh makelar tanah, lalu dilakukan transaksi baru kemudian diurus perizinannya ke pemkab. Untung jika lokasi tersebut tidak berbenturan dengan pengembangan kawasan wisata atau kawasan hutan lindung sehingga bisa diproses menjadi areal pertambakan,” keluh Hanung.

Khusus mengenai perizinan ini, menurut Hanung, sebaiknya tidak semuanya diserahkan ke daerah sehingga bukannya mempermudah melainkan lebih berbelit dan tidak seragam persyaratan dan prosedurnya di antara masing-masing daerah, termasuk soal biayanya. “Harusnya masih ada perizinan yang di pusat, misalnya izin usaha perikanan. Sehingga ketika sudah mengantongi izin tersebut, perusahaan bisa berinvestasi di bidang perikanan di berbagai daerah. Lalu untuk izin lokasi/tata tuang tentu memang menjadi tanggung jawab masing-masing daerah,” beber Hanung.

Selasa, 17 Juli 2018

Manajemen kualitas air dengan konsep keseimbangan ekosistem budidaya

Memasuki musim pancaroba di pertengahan tahun 2018, petambak udang terkadang merasa cukup resah terhadap kondisi tambaknya. Untuk itu petambak pun dituntut meningkatkan rasa awas terdapat perubahan kondisi cuaca yang bisa berdampak pada tambaknya, agar tidak mengganggu kelangsungan hidup udang.

Apalagi, terang Akrom Muflih, Technical Sales Support (TSS) PT Harvest Ariake Indonesia (produsen probiotik), budidaya udang saat ini lebih menekankan pada tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Sementara,  produktivitas lahan sangat erat dengan daya dukung tambak dan lingkungan perairan.

Akrom menjelaskan, ketika budidaya dengan kepadatan udang tinggi, nilai daya dukung perairan tambak menjadi sangat terbatas. Belum lagi dengan bertambahnya kolam-kolam tambak di sekeliling, yang dikhawatirkan adanya pembuangan limbah kolam budidaya ke aliran sumber air.

Sehingga, lanjutnya, masukan beban perairan ini menyebabkan perubahan beberapa parameter air. Contohnya suhu, pH, oksigen, salinitas, alkalinitas, dan jumlah bahan organik. Yang ujungnya dapat mengakibatkan ekosistem perairan yang tidak stabil.

Menurut Bobby Juneidi, General Manager of Sales and Marketing PT Maxima Arta Prima (produsen peralatan tambak), dengan menurunnya kualitas air, maka probabilitas terinfeksi penyakit akan meningkat. “Menjadi peringatan ketika rendahnya kualitas air yang digunakan untuk budidaya di kolam dengan dasar tanah. Karena akan memicu timbulnya bakteri patogen dari dalam tanah yang sebelumnya tidak menginfeksi udang. Dalam artian, membangunkan patogen yang tertidur,” ungkap Bobby.


Kadar Amoniak 
Akrom  pun mencontohkan, kualitas air yang stabil yakni standar kadar bahan organik haruslah kurang dari 90 miligram per liter (mg/l). Karena, bila kandungan bahan organik di atas ini tidak jarang petambak menemukan masalah pada kualitas air mereka. Karena bisa berakibat pada terbentuknya amoniak yang ujungnya bisa menyebabkan timbulnya penyakit.

Hal ini khususnya banyak terjadi pada petambak yang menerapkan kepadatan tinggi. “Amoniak menjadi momok karena dianggap mengganggu keseimbangan kualitas perairan,” ungkap  Hasanuddin Atjo, petambak yang menerapkan tambak supra intensif.

Diimbuhkan Yanuar Toto Raharjo, Ketua Shrimp Club Indonesia wilayah Banyuwangi Jawa Timur, amoniak betul menjadi momok bagi petambak. Dan menurutnya, banyak petambak yang mengaplikasikan berbagai metode removal untuk membuang kandungan amoniak di air. “Salah satunya dengan metode penggantian air. Walau, metode ini juga berisiko mengganggu keseimbangan di dalam perairan tambak karena kandungan amoniak otomatis drop,” terangnya.

Di sisi lain, ucap Yanuar, banyak juga petambak yang menerapkan metode yang berkebalikan, yakni tidak merendahkan kadar amoniaknya. Yaitu dengan mendukung keseimbangan siklus N yang telah berjalan secara alami di alam.

“Yakni dengan melangsungkan proses dinamisasi unsur nitrogen (N). Karena di alam kan sudah ada proses nitrifikasi, yakni dari amonium menjadi nitrit, lalu nitrit menjadi nitrat. Yang nantinya mengalami denitrifikasi menjadi nitrit lagi, dan dilepas dalam bentuk N bebas lagi. Maka siklus ini yang harus dijalankan sehingga kita tidak perlu takut bila kandungan amonium atau nitrit-nya tinggi,” beber petambak yang panennya tanpa parsial ini.

Maka, syarat terjadinya siklus-siklus terkait N ini-lah yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan oksigen untuk oksidasi. “Karena sudah pasti ada siklus tersebut di tambak, sedangkan jika kita buang nitrit-nya nantinya ada yang pincang dalam keseimbangan siklus,” ungkap petambak yang menerapkan padat tebar di kisaran 90 ekor per meter persegi (m2) ini.

“Kalau diterangkan dengan bahasa penelitian, kadar nitrit 1 ppm (part per million) itu  bisa dikatakan dalam kadar toksik level. Ya tapi kan itu dalam bahasa penelitian, yang disediakan dengan wadah dan konsentrasi nitrit yang berbeda,” tuturnya. Sedangkan di tambak, jelas Yanuar, kondisi ekosistem itu riil itu jelas berbeda.

Bahkan, Yanuar pun menjelaskan, bahwa sebetulnya keberadaan unsur N dengan konsentrasi tinggi itu belum tentu merugikan. “Dari data yang saya dapat di tambak juga menunjukkan, ternyata konsentrasi N yang tinggi itu sebetulnya tidak berkorelasi langsung terhadap toksisitas gas beracun di dalam tambak. Saat produksi kita bagus, kita trace (telusuri) kadar nitritnya, kadar amoniak di perairan juga ternyata relatif tinggi,” ujar Yanuar.

Petambak yang menerapkan 75 hari budidaya per siklusnya ini mengatakan, data yang ia dapat pernah tercatat bahwa kadar nitrit tambaknya bisa mencapai 15 - 20 ppm. Sementara, kadar nitrat bisa mencapai 50 ppm. Yang menjadi pembeda, terang Yanuar, adalah proses siklus tersebut tetap berjalan simultan dan tanpa terputus.


Seimbangkan Rasio N/P
Justru, yang patut dijaga, beber Yanuar, adalah rasio nitrogen dan fosfor (N/P ratio). Mengapa, Yanuar beralasan, keberadaan rasio N/P bisa memanipulasi dominasi plankton yang bisa membahayakan.

“Contoh saja ketika rasio N/P rendah, akan ada dominasi Cyanobacter yang merupakan Blue Green Algae (BGA) dan mementahkan keberadaan plankton lainnya. Maka rasio N/P harus ditinggikan biar jenis plankton lain bisa tumbuh,” Yanuar menggambarkan. Keberadaan Cyanobacter pun otomatis diharapkan menurun karena BGA yang satu ini menghasilkan toksin yang membahayakan udang.

“Toksin itu kan senyawa protein. Secara simpelnya untuk membuat senyawa protein ini atau toksisitasnya rendah kan harus dipecah senyawa ini. Yang mampu merombak protein adalah enzim protease. Dan enzim ini bisa dihasilkan oleh probiotik di kondisi rasio N/P yang tinggi. Maka naikkan rasio N/P, gangguan toksin bisa dicegah sehingga udang tidak terganggu,” terang Yanuar yang biasanya menerapkan rasio N/P di kisaran 16 - 20.

Jadinya, dia menerangkan, sebetulnya udang ternyata bisa beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. “Ternyata udang mampu beradaptasi. Justru udang tidak mampu beradaptasi ketika terjadi lonjakan tiba-tiba,” imbuh Ketua Shrimp Club Indonesia wilayah Banyuwangi ini.

Diamini Akrom, fitoplankton jenis tertentu dan dalam kadar tertentu, sebetulnya merupakan organisme yang menguntungkan karena penghasil oksigen. Namun, ketika jumlah fitoplankton berlebih dan ketika terjadi perubahan cuaca, dapat terjadi fungsi kebalikan serta menghasilkan racun yang berbahaya bagi udang sehingga penerapan probiotik dibutuhkan disini.


Seimbangkan Bakteri-Plankton
Makanya, terang Yanuar, parameter kualitas air pun perlu diseimbangkan agar tidak terjadi lonjakan. “Yang salah satunya kita seimbangkan dengan penambahan bakteri denitrifikan. Agar bisa terjadi denitrifikasi. Salah satu aplikasi seperti ini adalah budidaya dengan probiotik,” ucap petambak yang rutin panen di ukuran (size) 40 ekor per kilogram (kg).

Akrom pun ikut menjelaskan, proses denitrifikasi akan mengubah amoniak (bersifat racun dari feses udang dan sisa pakan) menjadi nitrat dan gas nitrogen (bersifat tidak beracun). Contohnya, jenis Bacillus pumilus dan Bacillus subtilis dapat mendegradasi berbagai jenis bahan organik yang berasal dari feses udang, sisa pakan, dan organisme yang mati di kolom perairan maupun di substrat dasar perairan tambak. Peranan bakteri probiotik tersebut juga dapat menjaga kualitas air tetap stabil dari parameter nitrogen di perairan tambak. 

Disisi lainnya, probiotik mengontrol pertumbuhan fitoplankton. Beberapa jenis bakteri probiotik, jelas Akrom, seperti Bacillus lecinoformis dapat menekan kepadatan fitoplankton di air pada pH optimal 7,3 - 8,8 yang berakibat terhadap parameter kecerahan perairan tetap terjaga pada nilai 30 - 50 centimeter (cm).

Sementara itu, Sony Ardianto, praktisi perudangan asal Malang-Jawa Timur mengingatkan tentang interaksi plankton-bakteri ini. Menurutnya, banyaknya plankton tidak tergantung pada batasan jumlah tetapi hasil atau obyek kerja dari plankton dan bakterial tersebut. Gambarannya, semakin banyak sampah yang muncul maka semakin banyak pula pasukan pembersih sampah yang dibutuhkan, sehingga semakin banyak sumber amonium (NH4) atau nitrat (NO3) maka semakin banyak juga plankton dan bakterial yang dibutuhkan.

Sumber :
Majalah Trobos Edisi Juli 2018