Rabu, 25 Juli 2018

Pakan Otomatis Genjot Pertumbuhan Udang




Mesin pakan udang otomatis bisa dirakit sendiri untuk menekan biaya


Budidaya udang vavname di Pantai Barat Sumatera, khususnya di Bintuhan, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu mulai mengaplikasikan mesin pakan otomatis atau automatic feeder(autofeeder). Yakni cara pemberian pakan menggunakan mesin yang digerakkan dengan tenaga listrik. Selain untuk meningkatkan pertumbuhan harian (Average Daily Gain-ADG), penggunaan autofeeder  juga dimaksudkan untuk efisiensi tenaga kerja.

Adalah farm budidaya udang PT Dua Putra Perkasa Pratama (PT PPP) di Desa Maje, Kecamatan Kaur Selatan yang sudah mulai mengaplikasikan mesin autofeeder pada dua siklus terakhir. Menurut Technical Manager PT PPP Teguh Setiyono, dari dua siklus tersebut, baru sekali panen dan sekarang sudah memasuki panen parsial.

Penggunaan autofeeder dilakukan pada 30 kolam. Masing-masing kolam seluas 3 ribu meter persegi dengan kepadatan tebar 250 hingga 300 ekor per meter persegi. Dengan  kedalaman air 1,8 meter, setiap kolam dipasang 24 unit kincir dan dua unit microbubble.

Setiap kolam dipasang 2 mesin autofeeder dan mulai digunakan pada usia 40 hari ke atas sampai panen. Masing-masing mesin berjarak tujuh meter dari pinggir kolam. “Mesin autofeeder  ini diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas, namun budidaya tetap efisien,”  ujar Teguh di didampingi Manajer Produksi Hadi Suteja dan Manajer Holding Zainul ketika ditemui di farm PT Dua Putra, baru-baru ini.

Meski terdapat berbagai tipe autofeeder, PT PPP menggunakan tipe stationary autofeeder  (tidak bergerak dari posisi yang telah ditentukan). Alasannya mudah dioperasikan dan ringan perawatannya.


Dampak Positif
Dari panen siklus pertama berhasil dipanen udang size (ukuran) 28 atau berat 34 gram/ekor pada usia 120 hari. Pada siklus kedua, sudah dilakukan panen parsial pertama pada umur 82 hari dan didapatkan udang size 55. Lalu panen parsial kedua pada umur 95 hari diperoleh udang size 45, dan pada panen berikutnya umur 110 hari size-nya mencapai 36. “Dari kedua pengalaman pertama tersebut, kelihatan bahwa pertumbuhan udang lebih bagus menggunakan autofeeder  dibandingkan dangan manual,” lanjutnya.

Ketika pemberian pakan dilakukan secara manual diperoleh ADG rata-rata 0,3 gram/hari, dan naik menjadi 0,45 gram/hari setelah pemberian pakan menggunakan mesin autofeeder. Menurut pengamatan dan pengalaman Teguh, dengan adanya autofeeder udang berkumpul di bawah dan samping autofeeder sehingga kesempatan udang makan lebih sering dan banyak sehingga pakan yang terbuang lebih sedikit. Artinya pemberian pakan akan lebih efisien. Lalu dengan autofeeder  “keutuhan” nutrisi pakan juga terjaga karena udang selalu memakan pakan yang baru turun dari mesin.

Lalu, pada saat pemberian pakan dilakukan secara manual nilai konversi pakan (food conversion ratio-FCR) yang diperoleh berkisar 1,5 - 1,7 dan turun menjadi berkisar 1,35 - 1,5 setelah menggunakan autofeeder. Sementara untuk peningkatan pemakaian listrik, tidak terlalu signifikan karena daya yang dibutuhkan untuk mesin autofeeder  cukup kecil.

Sementara untuk tingkat kehidupan udang (Survival Rate-SR) pada siklus pertama penggunaan autofeeder rata-rata 90 persen. Menurut Teguh terjadi kenaikan dibandingkan dengan siklus sebelum menggunakan autofeeder  yang berada di bawah 90 persen.

Teguh mengakui,  pakan yang ditebar dengan mesin autofeeder  lebih sedikit sehingga tidak semua udang di dalam kolam kebagian pakan secara bersamaan. Tapi bagi udang yang belum kebagian pakan bisa makan pakan pada penebaran berikutnya. Dengan begitu udang makan secara bergantian dan otomatis pakan yang dimakan udang jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang terbuang. “Hal ini yang membuat FCR penebaran pakan menggunakan autofeeder  lebih rendah karena pakan lebih sedikit yang terbuang,” ia beralasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar