Rabu, 31 Januari 2018

Produksi Tokolan Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) di Bak (Ringkasan SNI 01-6497.2-2000)

Produksi Tokolan Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) di Bak (Ringkasan SNI 01-6497.2-2000)



BATASAN
Standar ini menetapkan persyaratan produksi dan tata cara pemeriksaan. Produksi tokolan udang windu merupakan rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan tokolan. Diskripsi: Pemeliharaan benih udang mulai ukuran PL 10-12 sampai > PL 30 di bak. 

PERSYARATAN PRODUKSI
Pra produksi
1)   Lokasi : sesuai RUTW/RUTRD, dekat sumber air dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup. 
2)   Wadah : bak tembok segi empat, kapasitas air 10-15 m3 , tinggi air 0,8-1 m dilengkapi shelter, dipasang secara vertikal.
3)   Peralatan : pompa air, tenaga listrik, blower/Hi blow, alat lapangan ( seser, pipa PVC berlubang, selang plastik, ember, saringan air, tabung oksigen) dan alat ukur kualitas air ( pH meter, salinometer, termometer, DO meter).
4)   Bahan-bahan : formalin, kaporit, EDTA, treflan, caltrocyne, furazolidone, pupuk anorganik (NPK 15:15:15), benih udang PL 10-12 bebas virus sesuai SNI No. 01-61431999 (revisi 2006). 
5)   Pakan : alami nauplius Artemia; pakan buatan dengan kandungan protein 40% – 42% dan lemak 5% - 10 %.

Proses produksi
1)   Bak dan air media : a) cuci bak dan batu aerasi dengan kaporit 500 – 1.000 ppm; b) sterilisasi air media dengan kaporit, dosis 20 ppm; c) aplikasi EDTA 4 – 5 ppm dan pupuk NPK 2 ppm; d) inokulasi phytoplankton 12.000 sel/ml atau kecerahan air 30 – 40 cm.
2)   Kualitas air : suhu 28 – 32 °C, pH 7,8 – 8,5, salinitas 10 – 35 ppt, kecerahan 35 – 40 cm, DO > 3,5 ppm, amonia < 0,01 ppm, nitrit < 1 ppm, nitrat < 10 ppm, BOD < 3 ppm dan bahan organik < 50 ppm. 
3)   Padat tebar : 3 – 5 ekor/lt. 
4)   Penggunaan obat-obatan : aplikasi caltrocyne 1 – 2 ppm setelah benur ditebar, aplikasi treflan 0,02 ppm – 0,04 ppm atau furazolidone 7,5 ppm – 12 ppm seminggu sekali. 
5)   Penggunaan pakan : nauplius artemia diberikan hari 1 – 3 kepadatan 3 - 5 ekor/ml, pakan buatan 4 kali sehari pada hari 1 – 5, dosis 0,5 – 1 ppm. Hari ke-6 4 kali sehari, dosis 1 – 2 ppm. 
6)   Pemeliharaan media : pergantian air 3 hari sekali 5 - 20% mulai hari ke-5, kapur tohor 4 – 5 ppm agar pH 7,5 – 8,5.
7)   Waktu pemeliharaan : 21 – 30 hari. 
8)   Pemanenan : alat dan bahan sesuai keperluan. 
9)   Cara panen : menurunkan ketinggian air, tokolan ditampung dengan jaring panen melalui pipa pengeluaran, sisanya menggunakan seser
10) Cara pengepakan : air untuk pengepakan di kantong diturunkan suhunya menjadi     25 °C, kepadatan 200 – 400 ekor/liter, perbandingan oksigen 4: 1. 
11) Produksi : ukuran tokolan 1,35–1,75g atau 2,75–3,55cm dengan sintasan >60%.  

TATA CARA PEMERIKSAAN
1)   Parameter fisik kualitas air : suhu air, pH air, salinitas, DO, ketinggian air dan kecerahan air. 
2)   Pengukuran parameter kimia kualitas air : DO, amonia, nitrit, nitrat dan bahan organik sesuai APHA dan AWWA. 
3)   Pengukuran pertumbuhan : jumlah padat tebar benih, sintasan produksi, waktu pemeliharaan, panjang total tokolan, berat tokolan dan dosis pakan, obat-obatan dan bahan kimia.



REFERENSI
BSN, 2006. SNI  01-6497.2-2000  Produksi Tokolan Udang Windu  (Penaeus monodon Fab. 1798) di Bak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Seleksi Udang Windu Terinfeksi Penyakit Bercak Putih dengan Pencucian Formalin (Ringkasan SNI 01-6492-2000)

Seleksi Udang Windu Terinfeksi Penyakit Bercak Putih dengan Pencucian Formalin (Ringkasan SNI 01-6492-2000)



BATASAN
Standar ini menetapkan gangguan, peralatan dan bahan dan prosedur seleksi. Udang yang sakit karena bakterial atau viral akan mengalami hipertrofi sel, aplikasi formalin akan mengoksidasi jaringan yang luka terutama pada jaringan insang dan lapisan mesodermal dan ektodermal. 


GANGGUAN
Seleksi udang yang terinfeksi dilakukan pada pukul 09.00 - 18.00 WIB, pada saat udang post moulting, jika pada fase moulting akan mengakibatkan kematian. Pengujian dilakukan menggunakan formalin sekali pakai, air jernih dan basa agar formalin tidak mereduksi bahan organik air dalam wadah pengujian. 

PERALATAN DAN BAHAN
1)   Peralatan : tangki berdasar kerucut minimal ≤ 500 liter, aerasi, gelas ukur, pipet, gelas piala, pengukur oksigen dan penunjuk waktu. 
2)   Bahan : air laut, formalin dan benih udang windu PL 12 - 15. 

PROSEDUR SELEKSI
1)   Benur ditampung dalam tangki dengan media air bersih, suhu dan salinitas sama dengan air di bak, kepadatan maksimal 500 benur/liter.
2)   Larutkan formalin ke dalam tangki dengan konsentrasi 200 ppm.
3)   Rendam benur selama 30 menit dengan aerasi kuat untuk mempertahankan konsentasi oksigen ≥ 4 ppm.
4)   Aerasi dimatikan, kemudian air diputar dalam tangki, diamkan selama 5 menit sehingga benur yang tidak sehat terkumpul di dasar bak, kemudian benur yang stres disipon.
5)   Populasi benur dinyatakan baik apabila persentasi benur yang mati < 10 % dan dinyatakan tidak baik apabila benur yang mati > 10 %. 6) PL yang terinfeksi dimusnahkan.

REFERENSI
BSN, 2000. SNI  01-6492-2000  Seleksi Udang Windu Terinfeksi Penyakit Bercak Putih dengan Pencucian Formalin. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Selasa, 30 Januari 2018

Pengemasan Induk Udang Windu pada Sarana Angkutan Udara (Ringkasan SNI 01-6142.1-2002)

Pengemasan Induk Udang Windu pada Sarana Angkutan Udara (Ringkasan SNI 01-6142.1-2002)



BATASAN
Pengemasan induk udang windu pada sarana angkutan udara adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan kemasan yang aman bagi induk udang windu dan keselamatan penerbangan. Standar ini menetapkan persyaratan, tata cara pengemasan. 

PERSYARATAN
1)   Bahan kemas : kotak styrofoam, lakban, dan strapping ban, kantung plastik pengangkut induk, kantung plastik pembungkus styrofoam, kardus.
2)   Air laut : bersih, bebas patogen karantina dan salinitas sesuai dengan asal induk
3)   Kepadatan induk : dalam lama pengangkutan sarana angkutan udara sesuai pada tabel dibawah ini.
Tabel : Pengangkutan sarana angkutan udara

TATA CARA PENGEMASAN
1)   Induk diadaptasikan pada suhu 18 – 22ºC dan rostrum dipasang pelindung/pentil ban untuk mencegah kebocoran kantong plastik
2)   Induk dimasukkan kedalam kantong plastik yang telah diisi air dengan suhu antara  18 – 22ºC : berdasarkan catatan lama pemeliharaan atau pembesaran, serta berdasarkan pengamatan bentuk telikum individu betina 
3)   Kantong plastik yang sudah berisi induk udang diisi oksigen dengan volume sesuai tabel. Selanjutnya ujung kantong plastik diikat erat dengan karet gelang kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam.
4)   Untuk menstabilkan suhu selama pengangkutan diberi es batu dalm plastik yang dibungkus kertas maksimum 5 % volume air.
5)   Kotak styrofoam yang telah berisi induk udang ditutup rapat dengan tutup styrofoam dan dieratkan dengan lakban.
6)   Kotak styrofoam kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik, diikat dengan karet gelang dan dimasukkan ke dalam kardus.
7)   Kardus selanjutnya diikat dengan strapping ban pada kedua sisinya.
8)   Kardus yang sudah diikat dan ditimbang diberi label sesuai SNI 19-4855-1998 pasal 6
9)   Kardus diberi stiker atau tulisan “Jangan di balik” dan “ Jangan terpapar sinar matahari langsung”.

REFERENSI
BSN, 2002. SNI  01- 6142.1-2002  Pengemasan Induk Udang Windu pada Sarana Angkutan Udara. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Senin, 29 Januari 2018

Pakan Buatan untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) pada Budidaya Intensif (Ringkasan SNI 01-4266-2006)

Pakan Buatan untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) pada Budidaya Intensif (Ringkasan SNI 01-4266-2006)

BATASAN
Standar ini menetapkan pakan buatan untuk ikan mas pada budidaya intensif yang meliputi syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji dan pengukuran, syarat penandaan dan cara pengemasan pakan buatan. SNI ini merupakan revisi dari SNI 014266-1996.

SYARAT MUTU 
Syarat mutu pakan ikan mas pada budidaya intensif seperti pada tabel dibawah ini.





Tabel : Syarat mutu pakan ikan mas pada budidaya intensif

CARA PENGAMBILAN CONTOH 
Sesuai dengan SNI 01-2326-1991, Metoda pengambilan contoh produk perikanan.

CARA UJI DAN PENGUKURAN 
Cara uji kimia
1)   Kadar air : sesuai SNI 01-2354.2-2006, Penentuan kadar air pada produk perikanan. 
2)   Kadar abu total : sesuai SNI 01-2354.1-2006, Penentuan kadar abu pada produk perikanan.
3)   Kadar lemak total sesuai SNI 01-2354.3-2006, Penentuan, kadar lemak total pada produk perikanan.
4)   Kadar protein sesuai SNI 01-2354.4-2006, Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan. 
5)   Kadar serat kasar sesuai SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman.
6)   Non protein nitrogen dengan metode nitrogen bebas. 

Cara penentuan mikroba
1)   Kadar Salmonella : sesuai SNI 01-2332.2-2006, Penentuan Salmonella pada produk perikanan.
2)   Kandungan aflatoksin : dengan metode analisis aflatoksin terhadap  bahan (makanan kacang tanah, kelapa, dan kelapa hibrida).

Cara pengukuran diameter pakan (menggunakan alat mikrometer, dalam milimeter) 
1)   Floating rate : persentase berat pakan yang mengapung dengan berat awal pakan sebelum proses pengeringan.
2)   Kestabilan pakan dalam air : diukur dengan menghitung persentase bobot yang hilang setelah direndam dalam air pada kondisi tertentu.

SYARAT PENANDAAN 
Tulisan pada kemasan dalam bahasa Indonesia dengan mencamtumkan merk dagang, nama produsen, klasifikasi pakan, bobot netto, jenis bahan yang digunakan, jenis bahan yang ditambahkan, kandungan nutrisi, cara penyimpanan, cara penggunaan, bentuk dan sifat fisik, kestabilan dalam air, tanggal kadaluarsa dan kode produksi.

CARA PENGEMASAN 
Dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, aman dalam penyimpanan dan pengangkutan


REFERENSI
BSN, 2006. SNI 01-4266-2006  Pakan Buatan untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) pada Budidaya Intensif. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Produksi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Strain Majalaya Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung (Ringkasan SNI 01-6494.1.2000)

Produksi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Strain Majalaya Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung (Ringkasan SNI 01-6494.1.2000)




BATASAN
Standar ini menetapkan  persyaratan dan cara pengukuran dan penentuan produksi  benih ikan mas strain majalaya kelas pembesaran  di keramba jaring apung. 

PERSYARATAN PRODUKSI 
Pra produksi
1)   Lokasi : terletak diperairan umum, memenuhi persyaratan minimal kualitas air untuk budidaya, kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring saat surut terendah, kekuatan arus 20 - 40 cm, luas areal peruntukan pemasangan jaring ≤ 10 % dari luas potensi perairan atau 1 % dari perairan waktu surut terendah dan luas jaring ≤  10 % luas areal peuntukan pemasangan jaring.
2)   Wadah Budidaya : a) kerangka : bahan kayu tahan air, bambu atau besi dicat anti karat,  ukuran 7x 7 m2, bentuk persegi; b) pelampung : bahan styrofoam atau drum, bentuk silindris, volume 200 liter, jumlah pelampung minimal 8 buah/ jaring; c) tali jangkar : bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5 utas/jaring, diameter 0.75 inci; d) jangkar : bahan besi/blok beton/batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg /buah, jumlah 5 buah/ jaring; e) jaring : bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran jaring (7x7x2,5)m3.
3)   Benih : sangkal ikan mas kelas benih sebar keturunan pertama dari induk dasar hasil seleksi sesuai SNI 01-4266-1996.
4)   Pakan buatan : sesuai SNI 01-4266-1996. 
5)   Bahan kimia dan obat obatan : antibiotik, formalin, garam dapur, biru metiline, kalium permanganat.(KMnO4).  Catatan : antibiotik tidak diperbolehkan.
6)   Peralatan : lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, sechsi disk, DO meter, pH meter), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen, dll).

Proses Produksi
1)   Kualitas air : suhu 25 - 30ºC, pH 6,50 - 8,6 , oksigen terlarut < 5 ppm, amoniak (NH3) > 0.02 ppm, kelimpahan plankton 5.000 - 10.000 individu/ml.
2)   Padat tebar benih : seperti tabel di bawah ini.
3)   Waktu pemeliharaan : seperti tabel di bawah ini.
4)   Penggunaan  pakan  : seperti tabel di bawah ini.
5)   Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan : seperti tabel di bawah ini; dengan cara merendam atau dicampurkan dalam pakan. Antibiotik digunakan minimal 3 (tiga) minggu sebelum dipanen.
Tabel : Padat penebaran, ukuran benih dan jumlah pakan produksi ikan mas strain majalaya kelas pembesaran

Pemanenan 
Sintasan produksi dan ukuran ikan : seperti pada tabel di atas. 

CARA PENGUKURAN DAN PENENTUAN 
1)   Suhu : dengan termometer, dipermukaan dan dasar  pada pagi dan sore.
2)   pH air : pH meter atau pH indikator (kertas lakmus).
3)   Oksigen terlarut : dengan DO meter, pada permukaan air dan dasar wadah 2 kali/hari, pagi dan sore.
4)   4) NH3 :   dengan water test kit (ppm).
5)   Ketinggian air : dengan penggaris yaitu mengukur jarak antara dasar wadah sampai ke permukaan air, penggaris (cm). 
6)   Kecerahan air : dengan sechi disk (garis tengah ≥ 25 cm) diberi tali/tangkai yang dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan, mengukur jarak antara permukaan air ke piringan saat pertama piringan tidak terlihat (cm).
7)   Kuat arus : dengan menggunakan  current meter.
8)   Kelimpahan plankton : dengan  mikrotransek, ambil  contoh air media, disaring dengan plaknton net. Kelimpahan dihitung dengan cara mengambil air sampel, diamati dengan mikroskop, hitung  jumlah individu plankton yang bergerak (invidu/milliliter).
9)   Kebutuhan pakan = berat rata-rata ikan dikalikan  Σ populasi ikan yang ditanam dikalikan  % pakan yang telah diberikan (g atau kg).
10) Jumlah padat tebar benih = (Σ benih ditebar/m2)  X  luas wadah pemeliharaan.
11) Waktu pemeliharaan =  Σ waktu mulai benih ditebar sampai dengan saat panen (hari). 
12) Panjang total = mengukur jarak antara ujung mulut - ujung sirip ekor  dengan jangka sorong atau penggaris (cm).
13) Pengukuran bobot :  menimbang dengan timbangan (g atau kg).
14) Sintasan produksi = Σ  populasi ikan hidup (saat panen)  dibagi  Σ  yang tebar (%).

REFERENSI
BSN, 2000. SNI 01-6494.1.2000  Produksi Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Minggu, 28 Januari 2018

Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6137-1999)

Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6137-1999)



BATASAN
Standar ini  meliputi definisi, istilah, persyaratan produksi serta cara pengukuran. Produksi benih ikan mas strain sinyonya kelas benih sebar ukuran larva, kebul, putihan, belo dan sangkal adalah suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan benih ikan mas strain sinyonya kelas benih sebar (SNI 01-61361999). 


PERSYARATAN PRODUKSI
Pra produksi
1)   Lokasi : kolam dan sawah : kawasan bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran, jenis tanah liat berpasir, air tersedia sepanjang tahun dan memenuhi persyaratan minimal baku mutu budidaya, ketinggian lahan : 0 m - 1000 m di atas permukaan laut.
2)   Sumber air : jernih tidak tercemar, tersedia sepanjang tahun, suplai pemasukan dan pembuangan air  melalui  pipa PVC, bis atau saluran tembok kedap air atau tanah.
3)   Wadah : a) produksi larva : berupa hapa, bak dan kolam; b) produksi kebul (pendederan I) berupa kolam tanah ukuran ≥ 500 m2; c) produksi putihan, belo dan sangkal (pendederan II, III dan IV) berupa kolam tanah ukuran ≥ 500 m2, sawah dan karamba jaring apung, dengan mata jaring 0,5 - 1,0 cm.
4)   Induk : sesuai dengan SNI 01-6136-1999.
5)   Bahan : a) pakan : pelet kandungan protein ≥ 30 %, lemak 6 - 8% (bobot kering); b) pupuk : organik (pupuk kandang); c) bahan kimia dan obat-obatan : biru metilena, kalium permanganat, organo fosfat, formalin, kapur tohor (CaO) dan oksitetrasiklina (bila diperlukan).
6)   Peralatan : kakaban, hapa, pengukur kualitas air dan peralatan lapangan (timbangan, waring, ember, lambit, cangkul). 

Proses produksi
1)   Produksi larva (pemijahan dan penetasan telur) : a) kualitas air media : suhu 25 - 30ºC, pH : 6,5 - 8,5, debit air untuk penetasan telur : 0,5 liter/detik, oksigen terlarut : minimal 5 mg/l; ketinggian air : 50 - 70 cm; b) penggunaan bahan kimia : kalium permanganat 2 - 4 mg/l, biru metilena 1 - 3 mg/l; c) penggunaan obat-obatan : oksitetrasiklina 5 - 10 mg/l (bila diperlukan); d) padat tebar : induk untuk pemijahan 2 kg induk betina/4 m2 sedangkan  telur untuk penetasan  10.000 - 20.000 butir/ m2 kakaban; d) waktu : penetasan telur  45 jam pada suhu 25ºC sedangkan pemeliharaan larva 4 hari. 
2)   Produksi kebul, putihan, belo dan sangkal (pendederan I, II, III dan IV) : a) kualitas dan kuantitas air media di kolam : suhu optimum 28ºC, pH : 6,5 - 8,5, debit air : (0,4 - 0,7) liter/detik, untuk luas kolam 500 m2, oksigen terlarut ≥ 5 mg/l, ketinggian air 50 - 70 cm, kecerahan sechi disk 25 cm; b) kualitas dan kuantitas air media di sawah : suhu optimum 28ºC, pH : 6,5 - 8,5, debit air : (0,4 - 0,7) liter/detik, oksigen terlarut ≥ 5 mg/l, tinggi air di pelataran 10 - 20 cm; c) kualitas air media di jaring apung: Suhu  25 - 30ºC, pH : 6,5 - 8,5, ketinggian air 1 - 1,5 m, kedalaman air ≥ l,5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah, kecerahan > 3 meter;  d) penggunaan bahan kimia : organo fosfat 1 - 4 ppm hanya untuk produksi kebul (pendederan I); e) penggunaan obatobatan : formalin 25 ppm, oksitetrasiklina 5 - 10 mg/l (bila diperlukan).   

Tabel  : Standar proses produksi benih ikan mas sinyonya pada setiap tingkatan pemeliharaan di kolam


CARA PENGUKURAN DAN PENENTUAN
1)   Suhu : dilakukan dengan menggunakan termometer, di permukaan air dan dasar wadah dengan frekuensi dua kali per hari pada pagi dan sore.
2)   pH air : dilakukan dengan menggunakan pH meter atau pH indikator (kertas lakmus) sesuai dengan spesifikasi teknis alat.
3)   Debit air : dilakukan dengan mengukur volume air masuk ke dalam wadah penampungan dibagi waktu yang dibutuhkan dalam liter per detik.
4)   Ketinggian air : jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris dalam centimeter.
5)   Kecerahan air : jarak antara permukaan air ke sechi disk (garis tengah ≥  25 cm)  saat pertama kali piringan tidak terlihat (cm).
6)   Penggunaan bahan : a) jumlah pakan =  bobot rata-rata ikan (≥ 30 ekor ikan sampel) x jumlah populasi ikan yang ditanam x %  tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan dalam gram atau kilogram; b) jumlah pupuk (gr atau kg)  = dosis pupuk /m2 x luas wadah pemeliharaan; c) jumlah kapur (kg atau gr) = dosis kapur/m2 x  luas wadah pemeliharaan;  d) jumlah organo fosfat = takaran bahan sebanyak satu sampai dengan empat bagian organo fosfat dalam 999.999 bagian air media; e) padat tebar benih = Σ benih yang ditebar/m2  x  luas wadah pemeliharaan.
7)   Panjang total : jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris dalam centimeter atau millimeter.
8)   Bobot badan : menimbang benih menggunakan timbangan analitis, dalam gram atau miligram.

REFERENSI
BSN, 1999. SNI 01-6137-1999  Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search