Selasa, 18 Juli 2017

Mengenal Kitosan di Cangkang Rajungan

Mengenal Kitosan di Cangkang Rajungan

Sehabis makan rajungan, biasanya cangkangnya akan dibuang. Tapi tahukah kamu bahwa cangkang rajungan ini mengandung senyawa bernama kitosan, yang ternyata sangat bermanfaat? Cangkang rajungan yang mengandung kitosan bisa diolah menjadi minuman pencegah kanker.

Sebagai negara maritim, perairan Indonesia banyak mengahasilkan hasil laut yang melimpah, salah satunya ialah rajungan. Biasanya, nelayan akan memisahkan daging dan cangkang rajungan. Daging rajungan akan mereka jual dan cangkang langsung dibuang tanpa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Saat Dr. Emma Rochima, SPi., M.Si dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran melakukan survei ke daerah Cirebon, di sana banyak limbah rajungan yang tidak termanfaatkan. Emma pun mengolah limbah rajungan tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat, selain untuk mengatasi permasalahan limbah dan menambah penghasilan nelayan, ia juga memanfaatkan limbah tersebut menjadi minuman kesehatan.

Limbah cangkang rajungan diolah menjadi kitosan. Kitosan adalah suatu senyawa polikationik bermuatan positif yang terdiri dari gugus asetil glukosa dan gugus tamin. Rantai gula yang bisa mengikat muatan-muatan negatif, sehingga muatan-muatan negatif tersebut bisa diikat dan akhirnya melemah.
“Sebetulnya kitosan bukan hanya dari rajungan tetapi ada juga pada udang, jamur, dan lain-lain,” ujarnya.

Kitosan bisa dimanfaatkan dalam berbagai bidang yaitu untuk bidang kedokteran yang bermanfaat sebagai penyalut luka atau menjadi benang jahit. Sedang di bidang pertanian bermanfaat sebagai biopestisida, pengawetan ikan fillet agar tetap segar, suplemen diet, penurun lemak, penjernih air karena kitosan bisa mengikat logam-logam, bisa menjadi daya imunitas seseorang.

Dr. Emma adalah ahli di bidang ilmu pangan sehingga limbah cangkang rajungan yang diteliti bisa ia aplikasikan pada makanan. Karena selama ini kitosan biasa digunakan pada bidang kedokteran dan pertanian. “Saya membuat kitosan dalam bentuk minuman agar seseorang yang mengkonsumsinya tidak merasa sedang meminum obat. Minuman tersebut berfungsi untuk mecegah penyakin kanker payudara,” ungkapnya.

Dr. Emma melakukan uji coba in vitro dan in vivo minuman itu pada tikus. Ketika seekor tikus diberi minuman kitosan, ternyata tikus tersebut memiliki volume kanker yang lebih kecil. “Melihat penelitian itu, akan memiliki prospek yang bagus di kemudian hari,” ungkap perempuan berkerudung ini.

Saat ini Dr. Emma tengah membuat ukuran kitosan menjadi lebih kecil atau disebut ukuran nano. Sebelumnya kitosan tersebut berukuran makro. Ada macam-macam bentuk dari kitosan yaitu tepung, plek, dan teh, lembaran.

Cara mengolah kitosan menjadi minuman adalah dengan membuat formulasi kemudian kitosan dibuat menjadi jelly dan dimasukan ke dalam formulasi teh, vitamin c, dan lain-lain. Banyaknya kitosan dalam cangkang rajungan sekitar 30 persen. Misalnya cangkang rajungan seberat 1 kg maka kitosan yang didapat sekitar 300 gram.

Ccara mengonsumsi minuman kesehatan tersebut janganlah terlalu banyak karena kitosan meresap atau mengikat muatan-muatan yang negatif dalam tubuh. Ketika seseorang meminum kitosan terlalu banyak, bukannya sehat malahan zat-zat yang lain juga bisa terikat oleh kitosannya. “Jangan minum lebih dari 250 ml per hari,” kata dia.

Namun, minuman kesehatan tersebut belum dipasarkan karena masih di dalam tahapan uji laboratorium. Dr. Emma akan megadakan uji konsumen, efek yang dirasakan pada manusia tidak langsung terasa berbeda halnya dengan yang terjadi pada tikus. Pada tikus langsung terlihat efeknya tetapi jika pada manusia membutuhkan waktu yang cukup lama, juga tergantung pada tubuh seseorang, reaksinya ada yang cepat dan lambat.

Berbagai kendalanya yang dihadapi oleh Dr. Emma yaitu pengolahan menjadi kitosan membutuhkan instalasi yang cukup lengkap, pengelolaan air limbahnya, jadi terkadang dari mulai cangkang basah, kering, membuat kitosan membutuhkan waktu yang panjang. Pengolahan cangkang menjadi kitosan tidak meninggalkan limbah (zero waste) karena buangan dari proses-proses menjadi kitosan dimanfaatkan kembali menjadi hal yang berguna kembali.

Penelitiannya dilakukan bekerja sama dengan Dikti, nelayan di Cirebon, Pusat Penelitian Nano Teknologi. Ke depannya ia akan bekerjasama dengan industri.

Dengan adanya penelitan ini diharapkan bisa menjadi bagian dari upaya menyehatkan masyarakat, mencari solusi permasalahan dengan minuman antikanker. “Siapa tahu orang-orang yang memiliki penyakit kanker payudara bisa sembuh dengan mengkonsumsi minuman ini,” ujarnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar