Senin, 05 Februari 2018

Produksi Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6143-2006)

Produksi Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6143-2006)



BATASAN
Standar ini menetapkan persyaratan produksi, penerapan biosekuriti, serta cara pengukuran dan penghitungan produksi benih udang windu kelas benih sebar. 

PERSYARATAN PRODUKSI
Praproduksi
1)   Pengelolaan air : jernih dan tidak tercemar, melalui proses filtrasi dan sterilisasi. 
2)   Wadah : a) produksi nauplius : bahan dari tembok semen, fiberglass atau plastik PE (bak penampungan air dan filtrasi, penampungan induk, pematangan dan pemeliharaan induk, pemijahan, penetasn telur); b) produksi benur : bahan tembok semen, fiberglass atau plastik PE (bak pemeliharaan larva dan kultur pakan alami, penetasan kista artemia, penampungan air bersih, pemanenan dan penampungan benur); c) produksi tokolan : berupa tambak, hapa dan bak beton atau bak pemeliharaan larva. 
3)   Induk : sesuai SNI 01-6142-2006.
4)   Peralatan : a) produksi nauplius dan benur (sumber listrik, pompa, aerasi, penutup bak, alat sampling, alat ganti air, alat pakan benur, alat panen, alat monitoring kualitas air, alat observasi kesehatan); b) produksi tokolan tambak (pompa air, alat lapangan, alat sampling, alat ganti air, alat pakan benur, alat panen, alat monitoring kualitas air, alat observasi kesehatan). 
5)   Penggunaan desinfektan, pupuk dan obat, desinfektan dan probiotik :  yang digunakan adalah yang direkomendasikan, penggunaan obat seminimal mungkin. 
6)   Pakan : a) produksi nauplius : pakan segar, buatan dan vitamin; b) produksi benur : pakan hidup, dan buatan; c) produksi tokolan, pakan hidup dan buatan.

Proses Produksi
1)   Kualitas air : a) proses produksi nauplius, benur dan tokolan di bak : suhu 29-32ºC, salinitas 29-34 ‰,  pH 7-8,5 dan oksigen terlarut > 5 ppm; b)  proses produksi tokolan di tambak dan di bak : suhu 28-32 ºC, salinitas 15-30 ‰  untuk tambak sawah 5 ‰, pH 78,5 , oksigen terlarut > 4 ppm dan kecerahan 30-40 cm. 
2)   Padat tebar : perkawinan induk 2-3 ekor/m2, perbandingan minimal 2 betina dan 1 jantan , padat tebar di bak pemijahan 2 ekor induk betina/m2 , padat tebar nauplius2 ekor/m2, nauplius 50-100 ekor/l, benur PL10-20  4000-5000 ekor/m2, di tambak 1000-1500 ekor/m2. 
3)   Ukuran : a) induk alam : jantan >17 cm; betina > 23 cm; b) induk hasil budidaya : jantan > 20 cm, betina 22 cm.  Ukuran nauplius 0,5 mm, ukuran benur 8,5 mm. 
4)   Penggunaan desinfektan : sesuai Klasifikasi Obat Ikan.  Proses produksi benur: jenis dan dosis dan proses produksi tokolan: jenis dan dosis seperti pada tabel. 
5)   Penggunaan pakan : produksi nauplius, dosis pakan segar 20-30 % dari biomas/hari, frekuensi pemberian 4-6 kali/hari.  Pada produksi benur jenis, dosis dan frekuensi dan produksi tokolan jenis dan dosis seperti pada tabel. 
6)   Waktu pemeliharaan : pada suhu 28-32ºC, waktu pemeliharaan naupli 22- 24 jam, benur 17- 27 hari dan tokolan 15-30 hari.

Produksi
1)   Nauplius : produksi nauplius 3 kali peneluran setelah ablasi > 400 ribu/ekor.
2)   Sintasan : sintasan benur > 25 %, tokolan > 75 %. 
3)   Ukuran panen : nauplius (N5-6) 0,3-0,32 mm, benur (PL10-20) 10,7-16 mm, tokolan (PL21-40) 16,53-34 mm. 
4)   Mutu benih : nauplius, benur dan tokolan sesuai dengan SNI 01-6143-2006. 

Pemanenan
1)   Uji mutu : sebelum panen dengan uji morfologi, uji stres dan uji menggunakan PCR.
2)   Proses persiapan : peralatan dan material panen disiapkan, penurunan air dari bak yang akan dipanen sampai volume air sekitar 25 %.
3)   Proses panen : bila volume air sudah 25%, siapkan jaring panen lalu saringan dibuka, benur yang keluar diseser, dibawa ke ruang panen, dan sebelum dikemas ditampung dalam bak penampungan, suhu diturunkan menjadi sekitar 24-29 °C.

PENERAPAN BIOSEKURITI
1)   Bahan dan alat : a) kalium permanganat dosis 500-100 mg/l; b) formalin (37%) dosis 100 ml; c) kaporit (60 %), dengan dosis 20 mg/l; d) alkohol 70 %; e) UV; f)  klorin/kaporit atau UV atau ozone (O3); g) bak celup kaki : bak semen dengan ketinggian air 10-15 cm; dan h) tempat pencucian tangan.
2)   Sterilisasi : a) pada semua ruangan, lantai, bak dan fasilitas lain yang akan digunakan; b) untuk efektifitas desinfektan, dilakukan penggantian bahan secara periodik; c) perlu dilakukan secara hati-hati dalam pelaksanaan fumigasi.
3)   Monitoring penyakit : a)  induk, nauplius, benur siap jual menggunakan metode PCR; b) observasi penyakit non viral yaitu pengamatan secara visual untuk penyakit selain virus; c) apabila terdapat induk, benih yang teridentifikasi penyakit, maka segera diisolasi atau dimusnahkan.
4)   Pembatasan akses masuk ke lokasi unit produksi : dilakukan secara fisik baik dari luar maupun antar unit produksi.
5)   Pengolahan air limbah : sebelum dibuang harus diolah agar sesuai baku mutu air.

CARA PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN 
1)   Suhu : dengan termometer, dinyatakan dalam ºC.
2)   Salinitas : menggunakan refraktometer/salinometer, dinyatakan dalam  g/l.
3)   Oksigen terlarut : menggunakan DO meter, dinyatakan dalam mg/l.
4)   pH air : menggunakan kertas lakmus atau pH meter elektrik.
5)   Kecerahan air : menggunakan sechi disk. 
6)   Protein dan lemak : sesuai SNI 01-2354.4-2006 dan SNI 01-2354.3-2006.
7)   Dosis penggunaan bahan.
8)   Pakan buatan : takar satu bagian pakan buatan dalam 1 juta bagian air media (mg/l) untuk benih, untuk tokolan dengan menghitung bobot rata-rata udang dikali jumlah populasi yang ditebar dikali persentase tingkat pemberian pakan yang ditetapkan (g atau kg).
9)   Penggunaan pupuk : mengalikan dosis pupuk dengan luasan tambak pemeliharaan, dinyatakan dalam gram/kilogram.
10) Penggunaan kapur : mengalikan dosis kapur dengan luasan tambak pemeliharaan yang dinyatakan dalam gram/kilogram.
11) Penggunaan saponin : mengalikan dosis saponin dengan volume air media, dinyatakan dalam satuan gram/kilogram.
12) Penghitungan jumlah tebar benih : mengalikan jumlah nauplius yang ditebar per satuan volume dengan volume wadah pemeliharaan dengan mengalikan jumlah benih (PL) yang ditebar per satuan luas dengan luas wadah pemeliharaan.
13) Penghitungan sintasan : membandingkan antara total benih hasil panen dengan total benih yang ditebar, dinyatakan dalam persen.
14) Masa pemeliharaan : mengkalkulasi waktu mulai benih ditebar sampai dengan saat panen, dinyatakan dalam jam untuk nauplius, dalam hari untuk benur dan tokolan.
15) Panjang total benih : mengukur jarak antara ujung rostrum sampai ujung telson, dinyatakan dalam satuan milimeter (mm).
Bobot benih : menimbang benih menggunakan timbangan analitik dalam kondisi hidup yang dinyatakan dalam satuan miligram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar