Tuna, tongkol
dan cakalang (TTC) memberikan kontribusi sebesar 22% dari total produksi
perikanan tangkap Indonesia dengan sumbangan devisa melalui kegiatan ekspor
pada tahun 2015 adalah sebesar 142.023 ton (16,3%) dengan nilai ekspor US$
491.981.000. Salah satu sumber bahan baku tuna terdapat di Perairan Indonesia
bagian Timur yaitu Ambon. Cukup banyak hasil tangkapan tuna berasal dari
nelayan kecil di Perairan ini yang merupakan ‘one day fishing’. Minimnya
fasilitas penanganan tuna selama di kapal, kurangnya ketersediaan es selama
menangkap tuna hingga didaratkan serta kurangnya pengetahuan nelayan tentang
konsep sanitasi dan higiene dalam penanganan tuna membuat peluang kontaminasi
mikroba tinggi dan berdampak pada penolakan ekspor yang dialami oleh UPI.
Sampai dengan
tahun 2016 kasus terdapatnya cemaran Salmonella
pada tuna yang diekspor ke Amerika Serikat masih tinggi. Begitu juga dengan
negara pengimpor lainnya seperti Uni Eropa, Jepang, Rusia, China dan merupakan
permasalahan bagi ekspor tuna dari Indonesia. Data USFDA menyebutkan bahwa
penolakan ekspor produk perikanan ke Amerika Serikat karena Salmonella sepanjang tahun 2013 -
November 2016 tercatat sebanyak 71 kasus dan 33 diantaranya adalah produk tuna.
Sementara itu, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM)-KKP melaporkan bahwa ekspor produk perikanan ke Uni Eropa
juga mengalami penolakan sebanyak 14 kasus periode 2011-2014. Laporan dari
USFDA juga menyebutkan bahwa tuna yang diimpor dari Indonesia telah menyebabkan
KLB salmonelosis pada 62 penduduk Amerika Serikat di bulan Juli 2015.
Kajian risiko Salmonella dilakukan pada ikan tuna
dalam bentuk loin baik dengan atau tanpa kulit yang merupakan hasil tangkapan
nelayan kecil di Perairan Maluku dan sekitarnya dengan menerapkan sistim
ketertelusuran di sepanjang rantai pasok yaitu di kapal nelayan (loin tuna
hasil tangkapan 1 hari), pos pendaratan loin tuna, mini plan/suplier,
penerimaan bahan baku sampai dengan produk akhir di UPI. Total sampel yang
telah diperoleh selama sampling adalah 77 sampel yang terdiri dari 17 sampel di
tahap nelayan, 14 sampel di tahap pos pendaratan, 10 sampel di tahap suplier,
12 sampel di tahap penerimaan bahan baku UPI, 12 sampel di tahap perlakuan CO
di UPI, dan 12 sampel di tahap produk akhir di UPI. Pengambilan sampel
dilakukan pada bulan April – Oktober 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar