Oksigen
Semua
makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai faktor penting
bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air juga membutuhkan
oksigen agar proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung. Oksigen yang
dibutuhkan oleh ikan disebut dengan oksigen terlarut. Oksigen terlarut adalah
oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena ikan tidak dapat mengambil
oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan udara. Satuan pengukuran
oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut
dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per million).
Air mengandung oksigen dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari kondisi air
itu sendiri, beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen ke dalam air
yaitu:
Diffusi oksigen dari
udara ke dalam air melalui permukannya, yang terjadi karena adanya gerakan
molekul-molekul udara yang tidak berurutan karena terjadi benturan dengan
molekul air sehingga O2 terikat
didalam air. Proses diffusi ini akan selalu terjadi bila pergerakan air yang
mampu mengguncang oksigen, karena kandungan O2 didalam udara jauh lebih banyak.
Menurut penelitian, air murni 1000 cc pada suhu kamar mengandung 7 cc cc O2,
sedangkan udara murni suhu pada kamar mengundang 210 cc O2.
Dari gambaran tersebut, maka air relatif mudah melepaskan O2 ke
udara. Dari imbangan tersebut di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
x
Tercapainya imbangan O2
di air dan di udara, tergantung dari jumlah molekul-molekul zat
(garam-garam) yang larut di dalam air (dalam satuan-satuan
tertentu), sebab jumlah tersebut yang menentukan kemungkinan terbentuknya
molekul-molekul dan menentukan pula jumlah banyaknya molekul-molekul gas yang
meninggalkan air lagi. Air yang mengandung garam-garam pada kadar O2 yang rendah saja sudah dapat
seimbang dengan udara lebih cepat, bila di bandingkan dengan air suling.
x
Kemungkinanbertubrukan molekul air di tentukan oleh suhu air. Makin tinggi suhu
air,makin rendah jumlah oksigen
yang dapat di kandung/ di ikat
oleh air. Artinya; jika suhu air tinggi, maka air itu
dengan kadar oksigen yang rendah saja
sudah dapat seimbang dengan udara,
sehingga penambahan oksigen lebih lanjut tidak akan meningkatkan oksigen terlarut dalam
air. Dalam kegiatan budidaya ikan sifat tersebut penting artinya, terutama
dalam pengangkutan ikan hidup, pemeliharaan ikan di akuarium,
atau pemeliharaan ikan secara tertutup pada Recyle Sistem. Pada pengangkutan
ikan sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari waktu suhu udara masih relatif
rendah, sehingga goncangan airnya yang terjadi akan mampu meningkatkan difusi 02 kedalam air. Pada pemeliharaan ikan diakuarium atau
pada tempat yang terbatas, pemberian lampu, yang mengakibatkan suhu air
meningkat, akan menurunkan kemampuan air mengikat.
Diperairan
umum, pemasukan oksigen ke dalam air terjadi karena air yang masuk sudah
mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran air, mengakibatkan gerakan air
yang mampu mendorong terjadinya proses difusi oksigen dari udara ke dalam air.
Hujan
yang jatuh,secara tidak langsung akan meningkatkan O2 di dalam air, pertama suhu air
akan
turun, sehingga kemampuan air mengikat oksigen meningkat, selanjutnya bila
volume air bertambah dari gerakan air, akibat jatuhnya air hujan
akan mampu meningkatkan O2 di dalam air.
4. Proses Asimilasi tumbuh-tumbuhan.
Tanaman
air yang seluruh batangnya ada didalam air di waktu siang akan melakukan proses
asimilasi, dan akan menambah O2 didalam air. Sedangkan pada malam hari tanaman
tersebut menggunakan O2 yang
ada didalam air. Pengambilan air O2 didalam air disebabkan oleh:
x Proses pernafasan binatang dan tanaman
air.
x Proses pembongkaran (menetralisasi)
bahan-bahan organik.
x Dasar perairan yang bersifat mereduksi,
dasar demikian hanya dapat di tumbuhi bakteri yang anaerob saja, yang dapat
menimbulkan hasil pembakaran.
Menurut Brown (1987)
peningkatan suhu 1o C akan meningkatkan konsumsi
oksigen sekitar 10%. Hubungan antara oksigen terlarut dan suhu dapat dilihat
pada Tabel . yang menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen
semakin berkurang. Tabel 3.2.
Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu pada tekanan udara 760 mm
Hg (Cole, 1983)
Kadar
|
Kadar
|
Kadar
|
|||
Suhu (oC)
|
Oksigen
|
Suhu (oC)
|
Oksigen
|
Suhu (oC)
|
Oksigen
|
terlarut
|
terlarut
|
terlarut
|
|||
(mg/l)
|
(mg/l)
|
(mg/l)
|
|||
0
|
14,62
|
14
|
10,31
|
28
|
7,83
|
1
|
14,22
|
15
|
10,08
|
29
|
7,69
|
2
|
13,83
|
16
|
9,87
|
30
|
7,56
|
3
|
13,46
|
17
|
9,66
|
31
|
7,43
|
4
|
13,11
|
18
|
9,47
|
32
|
7,30
|
5
|
12,77
|
19
|
9,28
|
33
|
7,18
|
6
|
12,45
|
20
|
9,09
|
34
|
7,06
|
7
|
12,14
|
21
|
8,91
|
35
|
6,95
|
8
|
11,84
|
22
|
8,74
|
36
|
6,84
|
9
|
11,56
|
23
|
8,58
|
37
|
6,73
|
10
|
11,29
|
24
|
8,42
|
38
|
6,62
|
11
|
11,03
|
25
|
8,26
|
39
|
6,51
|
12
|
10,78
|
26
|
8,11
|
40
|
6,41
|
13
|
10,54
|
27
|
7,97
|
||
Kadar oksigen
terlarut dalam suatu wadah budidaya ikan sebaiknya berkisar antara 7 – 9 ppm.
Konsentrasi oksigen terlarut ini sangat menentukan dalam akuakultur. Kadar
oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan dapat ditentukan dengan dua cara
yaitu dengan cara titrasi atau dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan
DO meter (Dissolved Oxygen).
Karbondioksida
Karbondioksida
merupakan salah satu parameter kimia yang sangat menentukan dalam kegiatan
budidaya ikan. Karbondioksida yang dianalisis dalam kegiatan
budidaya adalah karbondioksida dalam bentuk gas yang terkandung di dalam
air. Gas CO2 memegang peranan sebagai unsur makanan bagi semua tumbuhan
yang mempunyai chlorophil, baik tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat
tinggi. Sumber gas CO2 didalam air adalah hasil pernafasan oleh binatang-binatang
air dan tumbuh-tumbuhan serta pembakaran bahan organik didalam air oleh jasad
renik. Bagian air yang banyak mengandung CO2 adalah didasar
perairan, karena ditempat itu terjadi proses pembakaran bahan organik yang
cukup banyak. Untuk kegiatan asimilasi bagi tumbuh- tumbuhan, jumlah CO2 harus cukup, tetapi
bila jumlah CO2 melampaui batas akan kritis bagi kehidupan binatang- binatang air. Pengaruh CO2 yang terlalu banyak tidak saja terhadap perubahan pH air,
tetapi juga bersifat racun. Dengan meningkatnya CO2, maka O2 dalam air juga ikut menurun, sehingga pada
level tertentu akan berbahaya bagi kehidupan binatang air. Kadar CO 2 yang bebas didalam air tidak boleh mencapai batas yang
mematikan (lethal), pada kadar 20 ppm sudah merupakan racun bagi ikan dan
mematikan ikan jika kelarutan oksigen didalam air kurang dari 5 ppm (5 mg/l).
CO2 yang digunakan oleh organisme dalam air, mula-mula adalah CO2 bebas, bila yang
bebas sudah habis, air akan melepaskan CO2 yang terikat dalam
bentuk Calsium bikarbonat maupun Magnesium bikarbonat. Air yang banyak
mengandung persediaan Calsium atau Magnesium bikarbonat dalam jumlah yang
cukup, mempunyai kapasitas produksi yang baik.
3.2.2.3.
pH Air
pH (singkatan dari “ puisance negatif de H “ ), yaitu logaritma
negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan
mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga pH
perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya sesuatu
perairan. Pada perairan perkolaman pH air mempunyai arti yang cukup penting
untuk mendeteksi potensi produktifitas kolam. Air yang agak basa,
dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh
tumbuh-tumbuhan (garam amonia dan nitrat).
Pada perairan yang tidak mengandung bahan organik dengan cukup,
maka mineral dalam air tidak akan ditemukan. Andaikata kedalam kolam itu
kemudian kita bubuhkan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dsb
dengan cukup, tetapi kurang mengandung garam-garam bikarbonat yang dapat
melepaskan kationnya, maka mineral-mineral yang mungkin terlepas juga tidak
akan lama berada didalam air itu. Untuk menciptakan lingkungan air yang bagus,
pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH
air). Ikan rawa seperti sepat siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa
(Tricogaster tericopterus ) dan ikan gabus dapat hidup pada
lingkungan pH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus
carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2.
Klasifikasi nilai pH dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
x Netral : pH = 7
x Alkalis (basa) : 7 < pH < 14
x Asam : 0 < pH < 7
Derajat keasaman suatu kolam ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan
tanahnya yang dapat menentukan kesuburan suatu perairan. Nilai pH asam tidak
baik untuk budidaya ikan dimana produksi ikan dalam suatu perairan akan rendah.
Pada pH netral sangat baik untuk kegiatan budidaya ikan, biasanya berkisar
antara 7 – 8, sedangkan pada pH basa juga tidak baik untuk kegiatan budidaya.
Pengaruh pH pada perairan dapat berakibat terhadap Komunitas biologi perairan, untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel
Tabel 3.3. Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan
(Effendi, 2000)
Nilai
pH
|
Pengaruh
Umum
|
|||||
x
Keanekaragaman plankton dan benthos mengalami
|
||||||
6,0
– 6,5
|
sedikit penurunan
|
|||||
x Kelimpahan
|
total,
biomassa dan produktivitas tak
|
|||||
mengalami perubahan
|
||||||
x
|
Penurunan
nilai keanekaragaman plankton dan
|
|||||
benthos semakin
nampak
|
||||||
5,5
– 6,0
|
x Kelimpahan
total, biomassa dan produktivitas masih
|
|||||
belum mengalami
perubahan berarti
|
||||||
x Algae
hijau
|
berfilamen
mulai nampak
|
pada
zona
|
||||
literal
|
||||||
x
|
Penurunan
keanekaragaman dan komposisi jenis
|
|||||
plankton, perifiton
dan benthos semakin besar
|
||||||
5,0
– 5,5
|
x
|
Penurunan
|
kelimpahan
total dan
|
biomassa
|
||
zooplankton dan
benthos
|
||||||
x Algae hijau
berfilamen semakin banyak
|
||||||
x
|
Proses nitrifikasi
terhambat
|
|||||
x
|
Penurunan
keanekaragaman dan komposisi jenis
|
|||||
plankton, perifiton
dan benthos semakin besar
|
||||||
4,5
– 5,0
|
x
|
Penurunan
kelimpahan total dan biomassa
|
||||
zooplankton dan
benthos
|
||||||
x Algae hijau
berfilamen semakin banyak
|
||||||
x
|
Proses nitrifikasi
terhambat
|
Air kolam yang pH nya bergoncang antara 4,5-6,5 masih dapat
diperbaiki dengan menambahkan kapur dalam jumlah yang cukup. Agar pH nya dapat
dinaikan menjadi 8,0 supaya pengaruh OH yang rendah bisa ditiadakan. Pada
umumnya pada pagi hari, waktu air banyak mengandung CO 2, pH air rendah, pada waktu sore hari air kehabisan CO2 untuk asimilasi pH air menjadi tinggi. Kondisi pH ini akan
sangat penting artinya pada pengangkutan ikan hidup secara tertutup dengan
pemberian gas O2. Pada pengangkutan ikan hidup secara terbuka, kelebihan CO2 hasil pernafasan ikan yang diangkut tidak jadi masalah,
sebab CO2 itu senantiasa
masih berkesempatan menjadi seimbang dengan udara terbuka diatasnya, sehingga
penurunan pH air tidak akan terlalu buruk bagi ikan. Pada pengangkutan tertutup
upaya mencegah penurunan pH air dapat ditambahkan larutan buffer seperti Na2HPO4 , sehingga pH yang
sedianya akan turun dapat dicegah. Dengan demikian waktu pengangkutan ikan
dapat diupayakan lebih panjang. Metode penentuan pH air dapat menggunakan alat pH meter atau
dengan menggunakan kertas indikator pH.
Diperairan asli, pergoncangan pH dari yang tinggi ke pH rendah
dapat disanggah oleh unsur calsium yang terdapat dalam air asli itu sendiri.
Apabila suatu perairan kadar calsium dalam bentuk Ca(HCO3)2 cukup tinggi, maka
daya menyanggah air terhadap pergoncangan pH menjadi besar.
Unsur Ca didalam air membentuk dua macam senyawa yaitu:
1.
Senyawa kalsium carbonat (CaCO3) yang tidak dapat larut
2. Senyawa kalsium bicarbonat atau kalsium hidrogen karbonat (Ca(HCO3)2) yang dapat larut dalam
air.
Faktor yang menentukan besar kecilnya kemampuan penyanggah
pergoncangan asam (pH) adalah banyaknya Ca (HCO3)2 di dalam air.
Proses terjadinya penyanggahan asam didalam air adalah sbb:
Kalau dalam suatu perairan, CO2 terambil, maka
mula-mula pH air akan naik, akan tetapi pada saat yang bersamaan Ca(HCO3)2 yang larut dalam air
itu akan pecah menurut persamaan sebagai berikut:
Ca (HCO3)2Ca CO3 + H2O + CO2 Sehingga dalam air
itu terjadi
pembentukan
CO2 yang baru, selanjutnya pH air mempunyai kecenderungan untuk
turun lagi. Berdasarkan proses tersebut diatas, kadar Ca yang terkandung dalam
air menjadi berkurang. Kalcium bikarbonat yang terbentuk pada pemecahan itu akan mengendap berupa endapan putih didasar
perairan, pada daun-daun tanaman air dsb. Sebaliknya, apabila terbentuk gas CO2 yang banyak didalam air maka mula-mula pH air mempunyai
kecenderungan untuk turun akan tetapi dengan segera gas CO2 yang berkeliaran bebas itu akan diikat oleh CaC03 yang sulit larut dalam air tadi. Menurut persamaan reaksi:
CaCO + CO2 + H2O Ca (HCO3)2.
Sehingga jumlah CO2 bebasnya akan
berkurang, akibatnya pH air mempunyai kecenderungan untuk naik, sehingga
kecenderungan pH untuk turun dapat disanggah.
Proses imbangan pH dapat dituliskan dengan reaksi sebagai berikut
:
Ca (HCO3)2 CaCO3 +
CO2 + H2O
Jadi jumlah Ca (HCO3 )2 dalam air merupakan
salah satu unsur dari baik buruknya perairan sebagai lingkungan hidup.
Bahan Organik dan garam mineral dalam air
Mineral merupakan salah satu unsur kimia yang selalu ada dalam
suatu perairan, beberapa jenis mineral antara lain adalah Kalsium (Ca), Pospor
(P), Magnesium (Mg), Potassium (K), Sodium (Na), Sulphur (S), zat besi (Fe),
Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn), Florin (F), Yodium (I) dan Nikel (Ni).
Diperairan umum mineral yang diperlukan oleh phytoplakton senantiasa diperoleh dari pembongkaran bahan-bahan organik sisa dari tumbuhan dan
binatang yang sudah mati. Di alam mineral tersebut berasal dari air yang masuk,
atau adanya penambahan pupuk buatan. Pembongkaran bahan organik dilakukan oleh
jasad renik yang terdapat didalam air. Pada umumnya jasad renik ini menghendaki
perairan yang pHnya 7 sedikit mendekati basa. Pembongkaran bahan organik ada
yang dilakukan secara anaerob (tidak memerlukan oksigen). Proses pembongkaran
itu juga dipengaruhi oleh suhu air.
Bahan organik yang larut didalam air belum dapat dimanfaatkan oleh
binatang air secara langsung. Bahan-bahan organik yang mengendap di dasar
perairan yang dangkal dapat dimakan secara langsung oleh berbagai macam
binatang benthos (binatang yaang hidup didasar perairan) seperti siput vivipar
javanica, cacing tubifex, larva chironomaus dan sebagainya. Bagian- bagian dari
pada lumpur organik demikian yang tidak dapat dicernakan, menyisa sebagai
detritus di dasar perairan. Jumlah bahan organik yang terdapat dalam suatu perairan
dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak tidaknya mineral yang dapat
dibongkar kelak. Bila suasana perairan anaerob, maka protein-protein yang
menang mengandung belerang dapat dibongkar oleh bakteri anaerob (diantaranya
adalah Bakterium vulgare). Hasil pembongkaran tersebut adalah gas hidrogen
sulfida (H2S) dan ditandai bau busuk, air berwarna kehitaman. Gas itu
merupakan limiting factor/ faktor pembatas bagi kesuburan
perairan. Kandungan H2S - 6 mg/ l sudah dapat
membunuh ikan Cyprinus carpio dalam beberapa jam
saja. Untuk mencegah timbulnya H2S dalam kolam biasanya kolam yang akan digunakan untuk budidaya
ikan harus dilakukan pengolahan tanah dasar dan pengeringan. Jenis gas beracun
lainnya yang berasal dari pembongkaran bahan organik adalah gas metana.
Gas Metana ( CH4 ) adalah gas yang
bersifat mereduksi dan dikenal sebagai gas rawa. Metana itu timbul pada proses
pembongkaran hidrat arang dari bahan organik yang tertimbun dalam perairan.
Hidrat arang dalam suasana anaerob mula-mula dibongkar menjadi asam -asam
karboksilat. Bila suasana air tetap
anaerob maka asam -asam karboksilat direduksikan lebih lanjut
menjadi Metana. Bila gas Metana ini berhubungan dengan O2 dalam air
sekelilingnya, maka air itu akan berkurang O2, dan sebagai hasilnya
timbullah gas CO2. Pembongkaran dalam suasana anaerob juga dapat dilakukan oleh
ragi (Saccharomyces), hasil pembongkaran itu adalah alkohol dan lebih lanjut
lagi menjadi asam cuka (asam asetat ) oleh bakterium aceti. Kandungan bahan
organik dalam air sangat sulit untuk ditentukan yang biasa disebut dengan
kandungan total bahan organik (Total Organic Matter/TOM).
Nitrogen
Nitrogen didalam perairan
dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik dapat
berupa ammonia (NH3),
ammonium (NH4), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk gas.
Sedangkan nitrogen organik adalah nitrogen yang berasal bahan berupa protein,
asam amino dan urea. Bahan organik yang berasal dari binatang yang telah mati
akan mengalami pembusukan mineral yang terlepas dan utama adalah garam-garam
nitrogen (berasal dari asam amino penyusun protein). Proses pembusukan tadi
mula-mula terbentuk amoniak (NH3) sebagai hasil perombakan asam amino oleh
berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob. Pembongkaran itu akan menghasilkan
suatu gas CO2 bebas, menurut persamaan
reaksinya adalah:
R. CH.NH2. COOH +O2
R. COOH + NH3 + CO2
Berdasarkan reaksi kimia
tersebut dapat diperlihatkan bahwa kolam yang dipupuk dengan pupuk
kandang/hijau yang masih baru dalam jumlah banyak dan langsung ditebarkan benih
ikan kedalam kolam, biasanya akan terjadi mortalitas yang tinggi pada ikan
karena kebanyakan gas CO 2
. Bila keadaan perairan semakin buruk, sehingga O2 dalam air sampai habis,
maka secara perlahan proses pembongkaran bahan organik akan diambil oleh
bakteri lain yang terkenal ialah Nitrosomonas
menjadi senyawa nitrit. Reaksi
tersebut sebagai berikut:
2NH3 + 3O2 2HNO2 + H2O
Bila perairan tersebut
cukup mengandung kation-kation maka asam nitrit yang terbentuk itu dengan
segera dapat dirubah menjadi garam-garam nitrit, oleh bakteri Nitrobacter atau Nitrosomonas, garam-garam
nitrit itu selanjutnya dikerjakan lebih lanjut menjadi garam-garam nitrit,
reaksinya sebagai berikut:
2NaNO2+O2 2NaNO3
Garam-garam nitrit itu
penting sebagai mineral yang diasimilasikan oleh tumbuh-tumbuhan hijau untuk
menyusun asam amino kembali dalam tubuhnya, untuk menbentuk
protoplasma itu selanjutnya
tergantung pada nitrit, phitoplankton itu selanjutnya menjadi bahan makanan
bagi organisme yang lebih tinggi. Nitrit tersebut pada suatu saat dapat
dibongkar lebih lanjut oleh bakteri denitrifikasi (yang terkenal yaitu Micrococcus denitrifikan), bakterium
nitroxus menjadi nitrogen-nitrogen bebas, reaksinya sebagai berikut:
5 C6H12O0 + 24 HNO3
24 H2 CO3 + 6 CO3 +18 H2O +12 N2
Agar supaya phitoplankton
dapat tumbuh dan berkembang biak dengan subur dalam suatu perairan, paling
sedikit dalam air itu harus tersedia 4 mg/l nitrogen (yang diperhitungkan dari
kadar N dalam bentuk nitrat), bersama dengan 1 mg/l P dan 1 mg/l K.
Bila kadar NH 3 hasil pembongkaran bahan
organik di dalam air terdapat dalam jumlah besar, yang disebabkan proses
pembongkaran protein terhenti sehingga
tidak terbentuk nitrat sebagai hasil akhir, maka air tersebut disebut “sedang
mengalami pengotoran (Pollution)”. Kadar N dalam bentuk NH 3 dipakai juga sebagai
indikator untuk menyatakan derajat polusi. Kadar 0,5 mg/l merupakan batas
maksimum yang lazim dianggap sebagai batas untuk menyatakan bahan air itu “unpolluted”.
Ikan masih dapat hidup pada air yang mengandung N 2 mg/l. Batas letal akan
tercapai pada kadar 5 mg/l. Di perairan kolam nitrogen dalam bentuk amonia
sangat beracun bagi ikan budidaya, tetapi
jika dalam bentuk amonium
tidak begitu berbahaya pada media akuakultur. Amonia yang ada dalam wadah
budidaya dapat diukur dan biasanya dalam bentuk ammonia total. Menurut Boyd
(1988), terdapat hubungan antara kadar ammonia total dengan ammonia bebas pada
berbagai pH dan suhu yang dapat dilihat pada Tabel 3.4. Pada tabel tersebut
memperlihatkan daya racun ammonia yang akan meningkat dengan meningkatnya kadar
pH dan suhu terhadap organisme perairan termasuk ikan. Kadar amonia yang tinggi
ini diakibatkan adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah
domestik, industri dan limpasan pupuk pertanian.
Tabel 3.4. Persentase (%) ammonia bebas (NH3) terhadap ammonia total
(Boyd, 1988)
pH
|
26oC
|
28oC
|
30oC
|
32oC
|
7,0
|
0,60
|
0,70
|
0,81
|
0,95
|
7,2
|
0,95
|
1,10
|
1,27
|
1,50
|
7,4
|
1,50
|
1,73
|
2,00
|
2,36
|
7,6
|
2,35
|
2,72
|
3,13
|
3,69
|
7,8
|
3,68
|
4,24
|
4,88
|
5,72
|
8,0
|
5,71
|
6,55
|
7,52
|
8,77
|
8,2
|
8,75
|
10,00
|
11,41
|
13,22
|
8,4
|
13,20
|
14,98
|
16,96
|
19,46
|
8,6
|
19,42
|
21,83
|
24,45
|
27,68
|
8,8
|
27,64
|
30,68
|
33,90
|
37,76
|
9,0
|
37,71
|
41,23
|
44,84
|
49,02
|
9,2
|
48,96
|
52,65
|
56,30
|
60,38
|
9,4
|
60,33
|
63,79
|
67,12
|
70,72
|
9,6
|
70,67
|
73,63
|
76,39
|
79,29
|
9,8
|
79,25
|
81,57
|
83,68
|
85,85
|
10,0
|
85,82
|
87,52
|
89,05
|
90,58
|
10,2
|
90,56
|
91,75
|
92,80
|
93,84
|
Alkalinitas dan kesadahan
Alkalinitas menggambarkan jumlah basa (alkali) yang terkandung dalam air, sedangkan alkalinitas total adalah konsentrasi total dari basa yang terkandung dalam air yang dinyatakan dalam ppm setara dengan kalsium karbonat. Total alkalinitas biasanya selalu dikaitkan dengan pH karena pH air ini akan menunjukkan apakah suatu perairan itu asam atau basa. Alkalinitas juga disebut dengan Daya Menggabung Asam (DMA) atau buffer/penyangga suatu perairan yang dapat menunjukkan kesuburan suatu perairan tersebut. Sedangkan kesadahan menggambarkan kandungan Ca, Mg dan ion-ion yang terlarut dalam air. Berdasarkan Effendi (2000) Nilai alkalinitas berkaitan jenis perairan yaitu perairan dengan nilai alkalinitas kurang dari 40 mg/l CaCO3 disebut sebagai perairan lunak (Soft water), sedangkan perairan yang nilai alkalinatasnya lebih dari 40 mg/l CaCO3 disebut sebagai perairan keras (Hard water). Perairan dengan nilai alkalinitas yang tinggi lebih produkstif daripada dengan perairan yang nilai alkalinitasnya rendah.
Menurut Schimittou (1991), perairan dengan alkalinitas yang rendah(misal kurang dari 15 mg/l) tidak diinginkan
dalam akuakultur karena :
x Perairan tersebut sangat
asam sehingga performansi produksi ikan (Kesehatan umum dan
kelangsungan hidup,
pertumbuhan, hasil dan efisiensi pakan) dipengaruhi secara negatif.
x Produksi phytoplankton
dibatasi oleh ketidakcukupan CO2 dan
HCO3yangcenderung
menyebabkan rendahnya kelarutan oksigen dan bisa
mengakibatkan kematian plankton.
x Pada tanah-tanah asam dapat
menyerap fosfor yang akan mereduksi efek pemupukan pada tingkat produksi
akuakultur
sistem ekstensif, tingkat
pemupukan ekstensif dan pemupukan intensif.
x Fluktuasi pada pH dan
faktor-faktor yang berhubungan dapat menyebabkan ketidakstabilan
mutu air yang dapat menyebabkan ikan stres.
x Pada tingkat pH yang
ekstrem dapat menyebabkan kondisi-kondisi stres masam pada pagi hari dan
kondisi stres alkalin pada senja hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar