Inbreeding pada Budidaya Ikan
Inbreeding adalah
perkawinan antara individu-individu yang sekerabat yaitu berasal dari jantan
dan betina yang sama induknya dan pada varietas yang sama. Inbreeding atau
silang dalam akan menghasilkan individu yang homozigositas.
Kehomozigotan ini akan melemahkan
individu-individunya terhadap perubahan lingkungan. Homozigositas ini berari
hanya ada satu tipe alel untuk satu atau lebih lokus. Selain itu silang dalam
akan menyebabkan penurunan kelangsungan hidup telur dan larva, peningkatan frekuensi
ketidak normalan bentuk dan penurunan laju pertumbuhan ikan.
Silang dalam menyebabkan
heterozigositas ikan berkurang dan keragaman genetik menjadi rendah. Menurut
Nurhidayat (2000), lele dumbo yang berasal dari Sleman, Tulung Agung dan Bogor
mempunyai stabilitas perkembangan yang rendah akibat telah mengalami tekanan
silang dalam yang ditunjukkan dengan tingginya nilai fluktuasi asimetri dan
adanya individu yang tidak tumbuh sirip dada dan sirip perut pada kedua sisinya
(abnormal). Menurut Leary et al (1985), individu yang
homozigot kurang mampu mengimbangi Keragaman lingkungan dan memproduksi energi untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu fluktuasi asimetri merupakan
indikator untuk mengetahui adanya silang dalam. Fluktuasi asimetri ini
merupakan perubahan organ atau bagian tubuh sebelah kiri dan kanan yang
menyebar normal dengan rataan mendekati nol. Selain itu individu yang mengalami
tekanan silang dalam mempunyai ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang
rendah.
Berdasarkan beberapa
parameter pengukuran dalam menentukan apakah pada suatu populasi telah
mengalami tekanan silang dalam, memperlihatkan bahwa silang dalam memberikan
dampak negatif dalam budidaya ikan. Tetapi dalam program untuk memperoleh
individu galur murni hanya dapat dilakukan dengan menerapkan program breeding
ini.Jadi tujuan penerapan silang dalam (inbreeding) hanya bertujuan untuk
memperoleh induk ikan yang mempunyai galur murni, individu galur murni
mempunyai homozigositas yang tinggi. Program breeding ini merupakan program
konvensional dalam memperoleh induk ikan yang galur murni.
Perkawinan antara
individu-individu yang sekerabat ini yang sangat dekat kekerabatannya biasa
terjadi dalam suatu populasi ikan yang sangat kecil. Oleh karena itu untuk
menghindari terjadinya silang dalam pada program penegmbangbiakan ikan dibutuhkan suatu penerapan
effective breeding number (Ne) pada ikan budidaya. Berdasarkan hasil penelitian
nilai Ne untuk setiap jenis ikan berbeda, misalnya pada ikan mas nilai Nenya
adalah > 50 ekor yang berarti jika para pembudidaya akan melakukan program
pembenihan ikan mas dalam suatu hatchery, minimal harus mempunyai induk dengan
jumlah lebih dari 25 pasang agar tidak terjadi inbreeding. Pada ikan nila,
nilai Nenya adalah > 133 ekor , sedangkan pada ikan lele adalah 50 ekor.
Dalam memperoleh induk ikan
yang mempunyai galur murni dapat dilakukan dengan dua metode yaitu :
1. Closed
breeding.
Closed breeding berarti perkawinan yang
tertutup, yang mempunyai arti lain yaitu melakukan perkawinan yang dekat sekali
kaitan kekeluargaannya misalnya anak dan tetua atau antar saudara sekandung.
Perkawinan antara saudara sekandung atau antara individu-individu yang sefamili
akan mengakibatkan pembagian alel- alel melalui satu atau lebih dari leluhur
yang sama. Bila perkawinan individu ini terjadi maka alel-alel yang mereka
dapatkan dari leluhur yang sama akan diperoleh kembali. Maka hal ini akan
mengakibatkan keturunan yang dihasilkan adalah individu-individu yang homozigot
dari satu atau lebih lokus. Dengan melakukan silang dalam, ferkuensi gen tidak
berubah tetapi homosigositas meningkat. Menurut Tave (1986) pengaruh silang dalam terhadap
frekuensi genotipe dan frekuensi alel dalam lokus dapat dilihat pada
Line breeding.
Line breeding berarti perkawinan satu jalur
yaitu perkawinan keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat
tertentu baik yang berasal dari nenek moyang bersama yang jantan maupun betina
terhadap kostitusi genetik pada progeninya. Bentuk line breeding yang sering
dilakukan adalah backcross kepada orangtuanya yang sama untuk beberapa generasi.
Menurut Tave (1986) prosedur linebreeding dapat dilakukan dengan dua tipe yaitu
Mild Linebreeding dan Intense Linebreeding. Untuk
membedakan kedua program linebreeding ini menurut Tave (1986) dapat dilihat
pada Gambar 4.1. Dari hasil mild linebreeding bertujuan untuk individu A
berkontribusi 53,12% pada gen individu K, sedangkan pada intense linebreeding
individu A berkontribusi 93,75% pada gen individu G.
Tabel 4.2. Pengaruh silang
dalam terhadap frekuensi genotipe dan frekuensi alel dalam lokus. Perkawinan
setiap generasi : AA X AA; Aa X Aa; aa X aa (Tave, 1986)
Generasi
|
Frekuensi genotipe
|
Frekuensi Alel
|
|||||
f(AA)
|
f(Aa)
|
f (aa)
|
f(A)
|
f(a)
|
|||
P1
|
0,25
|
0,5
|
0,25
|
0,5
|
0,5
|
||
F1
|
0,375
|
0,25
|
0,375
|
0,5
|
0,5
|
||
F2
|
0,4375
|
0,125
|
0,4375
|
0,5
|
0,5
|
||
F3
|
0,46875
|
0,0625
|
0,46875
|
0,5
|
0,5
|
||
F4
|
0,48437
|
0,3125
|
0,48437
|
0,5
|
0,5
|
||
F5
|
0,49218
|
0,15625
|
0,49218
|
0,5
|
0,5
|
||
F6
|
0,49609
|
0,007812
|
0,49609
|
0,5
|
0,5
|
||
F7
|
0,49804
|
0,003906
|
0,49804
|
0,5
|
0,5
|
||
F8
|
0,49902
|
0,001953
|
0,49902
|
0,5
|
0,5
|
||
F9
|
0,49951
|
0,000976
|
0,49951
|
0,5
|
0,5
|
||
Fn
|
0,5
|
0,0
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
||
Mild Linebreeding Intense
Linebreeding
A X B A X B
Ļ Ļ
C X D A X C
Ļ Ļ
E X G A X D
Ļ Ļ
H X I A X E
Ļ Ļ
A X J G
Ļ
K
Gambar Diagram skematik perkawinan
dua tipe linebreeding yaitu mildline breeding dan intense line breeding (Tave,
1986).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar