Peluang dan Tantangan Budidaya Ikan Lele
Seiring dengan meningkatnya permintaan ikan lele ukuran konsumsi oleh masyarakat, maka usaha budidaya ikan ini terus tumbuh dan berkembang. Dengan penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa dan dikaitkan dengan naiknya permintaan ikan sebagai salah satu bahan makanan sehat yang digemari, maka secara langsung memberikan peluang bagi pelaku utama dan pelaku usaha yang berkecimpung dalam budidaya ikan lele.
Akan tetapi masyarakat butuh ikan lele yang dibudidayakan dengan tata kelola budidaya yang benar, baik dari proses persiapan kolam hingga pascapanen. Dalam hal ini perlu campur tangan penyuluh perikanan dan instansi terkait untuk mensosialisasikan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) kepada pelaku utama dan pelaku usaha budidaya ikan lele.
Berbeda dengan beberapa jenis ikan air tawar lain, pembesaran ikan lele cukup singkat karena dengan menebar benih ukuran 3-5 cm saja maka lele dapat dipanen dalam waktu 2,5 bulan. Usaha budidaya lele juga tidak membutuhkan lahan usaha yang luas, sebab di lahan terbatas pun dapat kita manfaatkan untuk budidaya lele seperti menggunakan kolam yang beralaskan terpal atau HDPE/ LDPE.
Sumber air juga tidak terlalu sulit sebab dapat menggunakan air sumur atau air dari PDAM. Budidaya lele saat ini tidaklah sulit sebab sudah ada teknologi budidaya yang berkembang di masyarakat pembudidaya diantaranya dengan cara alami (natural water system), teknologi bioflok atau dapat juga dengan menggunakan probiotik untuk mempertahankan kualitas air tetap terjaga dengan baik.
Produktivitas budidaya ikan lele saat ini dalam kondisi stabil.
Untuk pembudidaya yang melakukan budidaya di kolam tanah menggunakan padat tebar 50-100 ekor/m2, di kolam beton padat tebar dapat mencapai 250 ekor/m2 dan bahkan saat ini berkembang dengan kolam bulat diameter 2,5 meter dengan dasar plastik terpal. Dengan teknologi budidaya terkini, pelaku utama bahkan ada yang menebar hingga kepadatan 500-1000 ekor/m3. Namun jika ingin melakukan padat tebar tinggi seperti hal tersebut, kita harus dapat memahami pengendalian kualitas air. Harga ikan lele selalu bervariasi tergantung di wilayah mana ikan ini dibudidayakan.
Di Jawa Barat harga ikan lele berkisar Rp. 15.000 – 16.000 per kg size konsumsi 8-12 ekor per kg. Di Surabaya dengan ukuran yang sama dengan harga Rp. 13.500 – 14.000 per kg. Sedangkan di Manado harga ikan lele konsumsi sudah mencapai kisaran Rp. 22.000 – 25.000 per kg. Biaya pokok produksi berkisar Rp. 10.000 – 12.000. Artinya pembudidaya masih memperoleh margin keuntungan diatas 25%.
Dalam budidaya ikan lele juga menghadapi tantangan. Sekitar 15 tahun yang lalu, memelihara ikan lele membutuhkan waktu sekitar 60 hari dengan capaian size yang sama. Namun saat ini memelihara ikan lele membutuhkan waktu lebih panjang yakni 2,5 – 3 bulan. Mundurnya waktu pemeliharaan ikan lele lebih utama disebabkan oleh faktor menurunnya kualitas genetik. Kehadiran lele strain Sangkuriang dan Masamo yang secara konsisten berbenah di pengelolaan broodstock (calon induk) sangat membantu budidaya lele. Yang lebih penting adalah pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membuat terobosan dalam hal perbaikan genetik ikan budidaya. Hanya pemerintah yang memiliki fasilitas, ahli genetika dan punya dana untuk melakukan penelitian. Jika pemerintah tidak melakukan inovasi dan terobosan baru, bisa saja membudidayakan ikan akan lebih lama. Semakin lama budidaya ikan, maka akan semakin memberikan beban biaya produksi.
Citra ikan lele memang tidak sebagus ikan air tawar lainnya seperti ikan nila, ikan mas, ikan gurami, ikan patin dan beberapa lainnya. Namun dengan kehadiran para pengusaha muda yang membudidayakan lele telah membuat citra lele semakin bagus. Oleh sebab itu tinggal pemerintah melalui penyuluh perikanan di setiap daerah perlu turun lapangan agar dapat mengetahui sejauh mana para pembudidaya menguasai teknologi budidaya ikan lele. Selain itu dapat juga mengajak pelaku utama agar mau melibatkan probiotik dan pemantauan kualitas air. Penyuluh perlu menegur bahkan melarang jika ada pelaku utama atau pelaku usaha yang melakukan cara budidaya ikan lele yang tidak sesuai pedoman Cara Budidaya Ikan yang Baik dan Benar (CBIB).
Tantangan berikutnya adalah harga ikan yang fluktuatif. Sebenarnya ini adalah kaitannya dengan supply dan demand. Jika pasokan barang berlimpah maka akan mempengaruhi harga pasar (cenderung harga murah), demikian sebaliknya. Hal ini juga rutin hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu, seringnya di bulan Juni – Juli karena masyarakat mengutamakan belanja terkait pendidikan. Jika pada saat harga ikan turun, pelaku utama budidaya ikan lele yang konsisten akan tetap bekerja. Tetapi bagi pembudidaya yang usaha budidaya lele hanya sebagai sambilan, biasanya beristirahat sementara namun nantinya akan kembali aktif. Oleh karena itu, pembudidaya diharapkan tetap harus memiliki jiwa kewirausahaan, yakni tahan uji, penuh perhitungan, berani mengambil resiko dan mengelola usaha budidaya secara benar dengan berpedoman pada CBIB dan memiliki perencanaan yang matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar