Rabu, 29 Juni 2016

Perlukah Penyuluh Memberdayakan Komunitas?


Perlukah Penyuluh Memberdayakan Komunitas?

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, Berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment dalam bahasa inggris.
Dalam konteks pembangunan, istilah pemberdayaan pada dasarnya bukanlah istilah baru melainkan sudah sering dilontarkan semenjak adanya kesadaran bahwa faktor manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Pemberdayaan juga memiliki makna “membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan-tidakannya.”
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa komunitas dalam masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan komunitas dalam masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut;
  1. Upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.
  2. Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.
  3. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat kurang mampu sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumberdaya juga lebih efisien.
Komunitas juga memiliki banyak pengertian diantaranya yakni sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang tinggal di sebuah area. Bahkan ada pula yang mengatakan komunitas itu merupakan sekelompok orang yang memiliki ciri etnis atau budaya atau karakteristik agama yang sama atau kelompok dari suatu bangsa yang memiliki minat, tujuan dan profesi yang sama.
Penyuluh sebagai salah satu penggerak komunitas di masyarakat perlu menitikberatkan metode-metode dan teknik-teknik daripada teori atau ideologi. Namun, untuk menggunakan metode-metode ini secara efektif, kita harus sadar akan alasan-alasan yang ada dibelakangnya, prinsip apa yang teraplikasi, dan apa saja pengaruhnya dalam jangka panjang. Yang penting adalah, kita harus sering meneliti motif-motif kita dan kegunaan dari yang kita lakukan. Kita harus menggunakan pendekatan yang terlihat memberdayakan, daripada pendekatan-pendekatan yang menyebabkan ketergantungan.
Saat kita mengatakan kita ingin memberdayakan sebuah komunitas di masyarakat, yang kita maksud adalah kita ingin mendemokratisasinya. Ini tidak berarti kita ingin mereka memiliki suara untuk memiliki perwakilan mereka. Ini berarti kita ingin komunitas sebagai suatu kesatuan (secara kolektif) untuk memiliki kekuasaan. Kita ingin menemukan cara-cara agar komunitas memiliki lebih banyak kekuasaan, kekayaan dan kemampuan. Jika kita ingin memberdayakan mereka, kita harus melakukannya dengan cara yang membuat mereka bebas dari sumbangan kita, agar mereka dapat mengandalkan diri sendiri. Agar mereka dapat mempertahakan perkembangan mereka sendiri tanpa bantuan kita. Keinginan kita akan kekayaan dan kekuasaan adalah normal dan alami. Kita tidak perlu merasa malu karenanya. Tetapi, kita harus mengingat bahwa dalam keinginan kita untuk membantu orang kurang mampu dan tak berkekuasaan, kita tidak melakukannya dengan cara-cara yang dalam jangka panjang akan membuat mereka tetap kurang mampu dan tidak berkekuasaan dan tergantung pada kita.
Terkadang kita menggunakan istilah “pendekatan sumbangan” untuk menamai penghasilan ketergantungan metode-metode pemberian bantuan. Sumbangan sendiri bukanlah hal buruk, jika berdasarkan kebajikan, sebuah nilai yang kita dukung penuh. Namun, apa yang kita maksud dengan “pendekatan sumbangan,” merupakan sebuah cara untuk membantu orang kurang mampu dan tidak berkuasa yang tidak membantu mereka untuk mengandalkan diri mereka sendiri. Pemberian-pemberian yang membuat penerima menjadi lebih bergantung kepada pemberi, bukanlah benar-benar murah hati. Mereka mempertahankan kekurang mampuan. Mereka mempertahankan posisi pemberi sebagai pemberi. Jika anda memberikan sesuatu kepada seseorang atau kelompok yang memerlukan, anda akan memenuhi kebutuhan mereka secara sementara. Anda bisa yakin bahwa saat mereka kembali memerlukan, mereka akan kembali pada sumber tempat mereka mendapatkan bantuan untuk pertama kalinya.
Jika kita ingin agar komunitas di masyarakat tersebut mengandalkan diri mereka sendiri, pertama-tama kita harus yakin bahwa mereka menginginkan sesuatu. Lalu kita harus menemukan cara agar mereka bekerja atau berjuang untuk mendapatkannya, agar saat mereka memerlukannya lagi mereka tidak datang meminta-minta. Jika mereka ingin mendapatkan sesuatu secara gratis, mereka akan tahu bahwa hal itu senilai dengan setiap biaya yang mereka keluarkan. Contohnya: “Seorang pelatih tidak melakukan push-up untuk sang atlit, dan pelatih juga tidak berlatih melempar bola basket ke dalam ring untuk pemain bola basket. Seseorang yang akan menjadi lebih kuat dan lebih berkompeten harus melakukan sesuatu”.
Pendekatan pemberdayaan kepada komunitas atau kelompok masyarakat adalah dimana kita pertama-pertama harus menentukan bahwa kelompok masyarakat menginginkan sesuatu lalu menunjukkan kepada anggota kelompok masyarakat lainnya bagaimana mendapatkannya. Proses dari mereka mendapatkannya adalah latihan (perjuangan) yang dapat menguatkan mereka.
Jika tujuan dari mobilisasi kelompok masyarakat adalah untuk meningkatkan kekuatan, kekayaan dan kemampuannya, mengapa kita memilih untuk memobilisasi sebuah kelompok masyarakat, tertentu tetapi tidak yang lain? Dunia ini bukanlah tempat yang adil. Ada ketidaksetaraan. Ada perselisihan. Ada kekejaman terhadap umat manusia, oleh manusia. Hidup tidak adil. Kita butuh tujuan dalam hidup. Mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahan di dunia ini; mencoba membantu kaum kurang mampu untuk menjadi mandiri dan terlepas dari kekurang mampuan, adalah sebagian dari tujuan tujuan itu. Hanya mencoba untuk memperkaya diri sendiri adalah tujuan utama dari sebagian orang, tetapi itu adalah tujuan sangat dangkal dan tak berisi (semakin kaya seseorang, semakin banyak yang mereka inginkan; tidak akan ada kepuasan). Tidak ada bukti, ataupun harapan bahwa dunia akan menjadi lebih adil, bahwa kekurangmampuan akan tersingkirkan. Melainkan, perselisihan demi mengentaskan kekurangmampuan adalah tujuan yang berimbalan.
Maka kita dapat mencoba memobilisasi dan memberdayakan sebuah kelompok masyarakat yang kaya atau cukup kaya, tapi itu memiliki tujuan yang lebih kecil daripada mencoba untuk membantu sebuah kelompok masyarakat untuk menjadi lebih kuat. Memilih untuk bekerja bersama kelompok masyarakat yang kurang mampu bisa menjadi cara untuk meletakkan lebih banyak tujuan dalam hidup ini. Memilih sebuah kelompok masyarakat hanya karena itu tempat dimana kita lahir memang pantas, tapi kurang bertujuan.
Seluruh dunia mempunyai umat manusia didalamnya. Kita semua berhubungan. Kita semua adalah satu keluarga umat manusia. Orang yang berada jauh, didalam kelompok masyarakat yang terisolasi, adalah saudara kita. Jika kita membantu mereka, kita mempunyai tujuan dalam hidup. Jika kita membantu mereka, kita harus berkonsentrasi dalam membantu mereka untuk menjadi mandiri dari sumbangan kita, mampu untuk membantu diri mereka sendiri di kemudian hari. Jika kita mempunyai pilihan kelompok masyarakat untuk mengaplikasikan kemampuan kita sebagai penyuluh, itu akan lebih berarti (dan akan menimbulkan efek yang lebih hebat) untuk memilih kelompok masyarakat dengan penghasilan terendah, yang memiliki lebih sedikit kekuasaan dan kemampuan.
Sumber:
Bartle, P, PhD. 2007. Community Empowerment Collective Module. Diterjemahkan oleh Bessie Utomo Lucas. (http://cec.vcn.bc.ca)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar