Minggu, 06 November 2016

Aromatase Inhibitor Untuk Sex Reversal Ikan Nila

 Selama ini produksi ikan nila jantan menggunakan hormon 17a metiltestosteron (SPO nila nomor 05a), namun sekarang sudah dilarang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, No: KEP/20/MEN/2003 dan diperbaharui dengan KEP/52/MEN/2014 pada 19 September 2014 tentang Klasifikasi Obat Ikan. Larangan penggunaan hormon 17a metiltestosteron karena bersifat karsinogenik dan tidak ramah lingkungan. Akhir-akhir ini Aromatase Inhibitor (AI) telah digunakan sebagai bahan penghambat sintesa estrogen dari androgen dan berdampak maskulinisasi pada tahap awal perkembangan pada ikan.

Aromatase Inhibitor merupakan bahan kimia non karsinogenik dan biodegradable, sehingga ramah lingkungan. AROMATASE merupakan enzim kompleks dari hemoprotein cytochrome P450 aromatase dan NADPH-cytochrome P450 reduktase, dimana berperan sebagai Katalisator konversi Androgen (Testoteron) menjadi Estrogen (Estradiol-17β) selama proses Steroidogenesis yang dapat mempengaruhi tingkah laku seks spesifik, perubahan kelamin dan mengatur reproduksi. Sedangkan AROMATASE INHIBITOR adalah suatu bahan yang menghambat kerja aromatase dalam sintesis estrogen melalui penghambatan proses transkripsi sehingga tidak terbentuk aromatase dan melalui persaingan dengan substrat alami (testosteron) sehingga aktivitas aromatase tidak berjalan. Hal ini menyebabkan dampak akan terjadi maskulinisasi pada periode kritis.

Penelitian penggunaan Aromatase Inhibitor pernah dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi pada tahun 2009 bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Aromatase Inhibitor yang digunakan adalah jenis Imidazole dengan dua metoda yaitu: 1) metode perendaman larva dengan dosis 25; 50 dan 75 mg/l; larva umur 1 hari setelah menetas direndam dalam larutan Aromatase Inhibitor selama 24 jam, dan 2)  pemberian Aromatase Inhibitor melalui pakan (oral feeding) dengan dosis 1.500; 1.750 dan 2.000 mg/kg pakan, benih umur 7-14 hari diberi pakan berhormon Aromatase Inhibitor selama 5 hari dengan frekuensi 3 kali/hari secara adlibitum.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan Aromatase Inhibitor melalui perendaman larva dengan dosis 75 mg/l menghhasilkan ikan nila jantan sebesar 96,88%; sedangkan penggunaan Aromatase Inhibitor melalui pakan dengan dosis 2.000 mg/kg pakan menghasilkan prosentase jantan sebesar 97%. Penggunaan Aromatase Inhibitor berkorelasi positif dengan prosentase jantan yang dihasilkan, dimana semakin tinggi dosis hormon Aromatase Inhibitor, maka prosentase nila jantan pun semakin tinggi serta tidak berdampak terhadap kelangsungan hidup larva selama pemeliharaan. Aromatase Inhibitor dapat digunakan sebagai alternatif pengganti penggunaan 17(-metiltestosteron dalam sex reversal (maskulinisasi ikan nila).

Adapun jenis Aromatase Inhibitor yakni:
1. Aromatase Inhibitor Non Steroid, contoh: Imidazole (1,3-diaza-2,4-cyclopentadiene) dan Fadrozole
2. Aromatase Inhibitor Steroid, contoh: 1,4,6-androstatrien-3,17-dione (ATD) dan 4-hidroxyandrostenedione (4-OH-A).
Perlu diketahui, Aromatase Inhibitor Non Steroid lebih efektif dalam menghambat aktivitas Aromatase dibandingkan dengan Aromatase Inhibitor Steroid.
Berikut diagram prosedur jantanisasi Ikan nila.
1. Aplikasi Aromatase Inhibiting melalui Pakan (Oral feeding)
A. Membuat pakan berhormon:
a. Bahan: Aromatase Inhibitor (AI), Air tawar dan Pakan crumbel
b. Alat: Timbangan, beker gelas  dan stearer, Sprayer volume 1 liter dan nampan
c. Langkah kerja:
1. Timbang Aromatase Inhibitor sebanyak A gr,
2. Ambil air tawar sebanyak 250 ml,
3. Larutkan Aromatase Inhibitor dengan air tawar dan mixer,
4. Masukan larutan Aromatase Inhibitor kedalam sprayer,
5. Ambil pakan crumbel halus sebanyak B kg masukan kedalam nampan,
6. Semprot pakannya dengan larutan Aromatase Inhibitor lalu diaduk hingga rata,
7. Angin-anginkan hingga kering.
B. Aplikasi
1. Benih ikan nila umur 7-14 hari setelah menetas,
2. Benih dipelihara dalam happa di kolam,
3. Diberi pakan berhormon selama  5 hari, 3 kali/hari secara adlibitum,
4. Selanjutnya benih ikan diberi pakan biasa.
2. Aplikasi Aromatase Inhibitor melalui Perendaman Larva
A. Membuat larutan hormon:
a. Bahan: Aromatase Inhibitor (AI) dan Air tawar
b. Alat: Timbangan, Beker gelas dan stearer, dan Akuarium serta peralatan aerasi
c. Langkah kerja :
1. Timbang Aromatase Inhibitor sebanyak A mg (target dosis yang diinginkan),
2. Larutkan Aromatase Inhibitor kedalam air tawar sebanyak 0,5 liter dan mixer,
3. Masukan larutan Aromatase Inhibitor kedalam akuarium/baskom yang berisi air tawar (volume air sesuai target dosis).
B. Aplikasi:
1. Ambil larva ikan nila umur 1 hari,
2. Masukan kedalam larutan Aromatase Inhibitor dalam akuarium/baskom,
3. Rendam selama  24 Jam sambil diberi aerasi,
4. Larva dipelihara dalam aquarium selama 1 minggu,
5. Selanjutnya larva dipindahkan kedalam happa dikolam,
6. Beri pakan seperti biasa.

Sumber:
Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(1): 103 – 108 (2007)
Laporan Tahunan BBAT Jambi, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar