Pengawetan
ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses pengambilan atau
pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Adapula yang
mengatakan, pendingunan adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang
terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama
isinya agar selalu lebih rendah dari pada suhu di luar ruangan. Selain
itu Pendinginan juga merupakan satuan operasi dimana suhu makanan
berkurang menjadi antara -1o sampai 8o C.
Kelebihan dari pengawetan ikan
dengan pendinginan adalah sifat-sifat asli ikan tidak mengalami perubahan
tekstur, rasa, dan bau. Efisiensi pengawetan dengan pendinginan sangat
tergantung pada tingkat kesegaran ikan sebelum pendinginan. Pendinginan yang di
lakukan sebelum rigormortis lalu merupakan cara yang paling efektif jika di
sertai dengan teknik yang benar. Sedangkan pendinginan setelah proses autolisis
berlangsung tidak akan banyak membantu.
Pendinginan ikan 0°C dapat
memperpanjang kesegaran ikan antara 12-18 hari dari sejak ikan ditangkap
dan mati. Sebagai contoh pengaruh pendinginan terhadap mutu ikan kakap dapat
dilhat pada table dibawah ini.
Ikan kakap yang disimpan pada
|
Tidak layak dimakan lagi sesudah
|
16o C
|
1-2 hari
|
11o C
|
3 hari
|
5o C
|
5 hari
|
0o C
|
14-18 hari
|
B. Cara
Pendinginan Ikan Dengan Es
Petani ikan dan nelayan pada umumnya
melakukan proses pendinginan ikan dengan menggunakan es batu karena alasan
kemudahan. Cara penanganan ikan dengan es sangat beragam tergantung tempat,
jenis ikan, dan tujuan pendinginan. Faktor yang penting dalam proses
pendinginan ikan adalah kecepatan. Semua pekerjaan harus dilakukan secara cepat
agar suhu ikan cepat turun. Es yang digunakan harus berukuran kecil, makin
kecil ukuran es maka makin banyak permukaan yang bersinggungan dengan es
sehingga proses pendinginan akan berlangsung lebih cepat.
Cara ideal mencampur ikan dengan es
yaitu membuat lapisan es pada dasar, kemudian diatasnya selapis ikan,
dilanjutkan dengan lapisan es lagi, demikian seterusnya.
Fungsi es dalam hal ini :
a. Menurunkan suhu daging sampai
mendekati 0˚C.
b. Mempertahankan suhu ikan tetap
dingin.
c. Menyediakan air es untuk mencuci
lendir, sisa-sisa darah, dan bakteri dari permukaan badan ikan.
d. Mempertahankan keadaan berudara
(aerobik) pada ikan, selama disimpan dalam palka.
Ada dua cara pendinginan ikan dengan
menggunakan es batu. Yaitu:
a.
Tumpukan
Es batu yang telah disiapkan segera
ditebarkan ke dasar wadah penyimpanan ikan sehingga membentuk lapisan es
setebal 5 cm. Kemudian ikan yang telah dicampur es batu dimasukkan ke dalam
wadah tersebut. Pada lapisan ikan paling atas ditutupi dengan hancuran es batu
setebal 7 cm, lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontaminasi dengan udara
diluarnya. Es batu dan ikan ditumpuk sedemikian rupa sehingga semua ikan
tertutup es batu.
b.
Berlapis
Es batu ditaburkan ke dasar wadah
penyimpanan ikan hingga membentuk lapisan es setebal 5 cm. Selanjutnya
diatasnya disusun ikan secara teratur degan bagian perur menghadap ke bawah
agar cairan es batu yang meleleh tidak tergenang di bagian perut ikan. Di atas
lapisan ikan tersebut ditaburkan es setebal 3-5 cm. Usahakan agar seluruh tubuh
ikan tertutup lapisan es tersebut. Penyusunan lapisan es dan ikan tersebut
dilanjutkan terus hingga mencapai permukaan wadah. Pada bagian paling atas
ditaburkan kembali lapisan es setebal 7 cm dan kemudian tutup wadah sebaik
mungkin agar tidak terjadi kontaminasi dengan lingkungan sekelilingnya.
C. Cara
Penyusunan Ikan
Penyusunan ikan dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai cara berikut.
a.
Bulking
Bulking dilakukan dengan cara es
batu disusun selapis demi selapis dalam sebuah wadah. Bagian dasar dan bagian
tepi wadah harus diberi lapisan es batu setebal 5 cm untuk mencegah perambatan
panas dari udara di bagian luar. Tebal antara ikan dan lapisan es batu
sebaiknya sama dan usahaka agar setiap tubuh ikan tertutup lapisan es.
Bila jumlah ikan yang akan di dinginkan
sangat banyak, untuk mempermudah penyusunan ikan, sebaiknya wadah dilengkapi
dengan sekat hidup (sekat yang dapat dibongkar pasang) terbuat dari kayu.
b.
Shelfing
Prinsip kerja ini sama dengan
bulking yang dilengkapi dengan sekat hidup. Jarak antar sekat sekitar 20 cm dan
setiap sekat hanya menampung satu lapis ikan.
Penyusunan ikan ini dianggap dapat menghabiskan waktu,
tenaga, dan tempat sehingga biasanya hanya digunakan untuk penyimpanan ikan
berukuran besar. Namun demikian, dengan cara ini mutu ikan tetap baik dan
kehilangan berat karena tertekan dapat dikurangi.
c.
Boxing
Boxing adalah proses penyusunan ikan
dengan menggunakan kotak (box) terbuat dari alumunium atau plastik.
Ikan yang disusun dalam kotak harus terlebih dahulu
dicampur dengan es batu, agar tingkat kesegarannya dapat dipertahankan lebih
lama.
Cara ini dianggap lebih menguntungkan karena:
1. Dengan cara ini tubuh ikan tidak
akan mengalami luka karena tekanan. Berat ikan tidak banyak berubah sebab
tingkat penyusutannya rendah.
2. Tingkat kesegaran maupun kualitas
ikan tidak banyak mengalami perubahan.
3. Dengan cara ini penyusunan dan
pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
cepat.
D. Prosedur pendinginan ikan
1. Ikan yang akan di dinginkan
dipisahkan menurut ukuran, jenis, dan tingkat kesegarannya.
2. Ikan besar harus disiangi terlebih
dahulu dan dibuang isi perut maupun insangnya. Ikan kecil tidak perlu disiangi,
cukup dicuci hingga bersih.
3. Sisik ikan dibersihkan
dengan menggunakan sikat kawat, dimulai dari ekor terus ke arah kepala.
4. Ikan yang telah dibersihkan dan
dibuang isi perut maupun insangnya segera dicuci dengan air bersih agar lendir,
darah maupun kotoran yang masih menempel hilang.
Peralatan yang biasa dipergunakan
dalam penanganan dan penyimpanan ikan pada proses pendinginan.
*
Alat:
- Wadah pendinginan ikan
(coolbox)
- Palka
*
Bahan:
- Es batu
- Air bersih
- Ikan yang siap ditangani
E.
Pendinginan Ikan Pada Suhu Sub Zero
Suhu sub zero maksudnya adalah suhu
dibawah 0°C. Berarti ikan sementara dalam proses pembekuan.
Selama proses pembekuan berlangsung, terjadi
pemindahan panas dari tubuh ikan yang bersuhu lebih tinggi ke refrigerant yang
bersuhu rendah. Dengan demikian kandungan air di dalam tubuh ikan akan berubah
bentuk menjadi kristal es.
Secara singkat, proses pembekuan
cairan dalam tubuh ikan dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Terjadi penurunan suhu wadah
penyimpanan yang segera diikuti dengan penurunan suhu tubuh ikan. Proses
pembekuan pada tubuh ikan baru akan terjadi setelah suhu tubuh ikan mencapai
0°C dengan ditandai terbentuknya kristal-kristal es.
2. Penurunan suhu lebih lanjut akan
meningkatkan pembekuan cairan tubuh. Biasanya akan berhenti pada suhu -12°C
(kisaran suhu ini disebut daerah kritis atau critical zone). Untuk menurunkan
suhu ikan dari 0 sampai -12°C diperlukan waktu yang cukup lama, karena selain
panas yang harus dilepaskan, kristel es yang terbentuk pada permukaan tubuh
ikan juga akan menghambat proses pembekuan dalam tubuh ikan. Waktu yang
diperlukan untuk mengubah suhu tubuh dari 0 sampai-12°C disebut periode
pembekuan (thermal arrest period) yaitu waktu yang diperlukan untuk melewati
daerah kritis.
3. Pada fase sebelumnya banyak cairan
dalam tubuh ikan yang sudah membeku maka pada fase ini proses pembekuan akan
berlangsung lambat. Meskipun suhu terus diturunkan hingga mencapai -30°C.
F.
Jumlah es yang digunakan
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan
di tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika jumlah es
terlalu sedikit dibandingkan jumlah ikannya maka suhu pendinginan yang
dihasilkan tidak cukup dingin untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu
yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es terlalu banyak dapat menyebabkan
ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari bongkahan es. Es yang di
tambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan sampai 0ºC dan suhu tersebut dapat
dipertahankan selama penyimpanan dalam waktu yang ditentukan.
Perbandingan es dan ikan yang dipergunakan selama pendinginan bervariasi
antara 1 : 4 sampai 1 : 1. Perbandingan tersebut tergantung pada waktu
penyimpanan yang diperkirakan, suhu udara diluar kemasan, dan jenis wadah
penyimpanan.
Ketebalan lapisan ikan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu tubuh
ikan. Semangkin tipis lapisan ikan, kecepatan penurunan suhunya semangkin
cepat. Waktu yang diperlukan untuk mencapai 1,5ºC dari suhu awal tubuh ikan
10ºC dari berbagai perlakuan.
Tabel. Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 1,5ºC dari 10ºC pada
berbagai ketebalan lapisan ikan.
Tebal
lapisan ikan (cm)
|
Waktu (jam)
|
2,5
|
2
|
10
|
4
|
12,5
|
6,5
|
15
|
9
|
25
|
24
|
60
|
120
|
G. Lama
pemberian es
Perkiraan lama pendinginan ikan
dengan es harus di perhitungkan dengan cermat. Hal yang menyangkut jumlah es
yang digunakan untuk mengatasi es yang mencair. Kecepatan es mecair atau
melebur di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1.
Volume kotak atau wadah yang di gunakan.
2.
Bahan atau material wadah.
3.
Penggunaan isolasi dan jenis isolasi.
4.
Suhu
lingkungan di luar wadah atau kotak pendinginan.
H. Ukuran dan
jenis wadah yang digunakan
Volume kotak yang lebih luas akan mempercepat pencairan es. Hal ini dengan
jumlah panas yang masuk ke dalam kotak melalui permukaannya. Semakin besar luas
permukaan maka panas yang masuk ke dalam kotak semakin besar pula.
Jenis
material kotak peng-es-an yang sering sering di gunakan saat ini oleh para
pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen,
fiberglass, dan Styrofoam. Dari berbagai macam kemasan tersebut urutan jenis
kemasan yang dapat memperlambat peleburan es adalah Styrofoam, kemudian di
ikuti dengan plastik polietilen, fiberglass, dan kayu. Namun, dalam praktiknya
kotak atau wadah untuk pendinginan ikan dengan es umumnya di buat dari
kombinasi berbagai jenis material, misalnya Styrofoam dengan kayu dan plastik
dengan kayu. Penggunaan isolasi dalam wadah pendinginan di maksudkan untuk
memperkecil jumlah panas yang masuk dari luar kemasan ke dalam kemasan sehingga
es menjadi lebih lama untuk melebur. Suhu luar kemasan yang tinggi akan
menyebabkan panas yang masuk kedalam kemasan juga besar sehingga peleburan es
semakin cepat.
I.
Kondisi fisik ikan
Kondisi
fisik ikan sebelum penanganan ( sebelum di es-kan ) harus di perhatikan.
Ikan-ikan yang kondisi fisiknya jelek, misalnya lecet-lecet, memar, sobek, atau
luka pada kulit, sebaiknya dipisahkan dari ikan yang kondisi fisiknya baik. Hal
ini di sebabkan darah dari ikan yang luka akan mencemari atau mengontaminasi
ikan yang masih baik kondisinya.
J.
Pendistribusian
Ikan Segar
Ikan segar merupakan bahan mentah
yang paling baik dan fleksibel untuk segala macam keperluan, seperti dibuat
menjadi ikan kaleng, ikan pindang dll. Untuk keperluan apapun, ikan yang lebih
segar adalah lebih baik dan tentu pula lebih tinggi harganya. Itulah sebabnya
dianjurkan agar ikan diperlakukan sebaik-baiknya sejak pertama ditangkap sampai
diperdagangkan ke konsumen.
BA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar