PENYAKIT AKIBAT PENGARUH LINGKUNGAN
PENYAKIT KEKURANGAN NUTRISI
PENYAKIT KELAINAN GENETIK
Penyakit
pada ikan merupakan gangguan pada fungsi atau struktur organ atau bagian
tubuh ikan. Penyakit pada ikan dapat muncul akibat adanya faktor-faktor
yang tidak sesuai dengan syarat hidup ikan. Umumnya, serangan penyakit
pada ikan terjadi akibat kelalaian manusia yang membiarkan kondisi yang
tidak seimbang atau tidak harmonis dalam hubungan mata rantai kehidupan
ikan, parasit dan lingkungan. Jika keadaan ini tidak mendapat perhatian
serius maka akan mengganggu kesehatan ikan. Ikan akan mudah terserang
penyakit dan mengakibatkan kematian. Kerugian yang timbul akibat
serangan suatu penyakit dapat berbentuk kematian, pertumbuhan yang
lambat bahkan tidak normal, atau produksi benih yang menurun.
Dengan
demikian, kegagalan usaha budidaya ikan akibat penyakit tidak hanya
disebabkan oleh faktor tunggal saja, tetapi merupakan hasil interaksi
yang sangat kompleks antara ikan budidaya (kualitas, stadia rawan),
lingkungan budidaya (intern dan ekstern) dan organisme penyebab penyakit
serta kemampuan dari pelaksana atau budidayawan itu sendiri. Pada
intinya, kesehatan ikan dapat menjadi terkontrol jika semua aspek
lingkungan telah terkontrol pula. Ikan yang pernah terserang penyakit
dapat pula menjadi sumber penyakit karena fungsinya menjadi agen
(perantara) terhadap timbulnya penyakit baru di kemudian hari jika tidak
segera ditangani atau diobati secara tuntas.
Salah satu
kelompok penyebab penyakit pada ikan yang juga harus diwaspadai oleh
pembudidaya ikan dan hobiis (kolektor) ikan adalah kelompok non-infeksi.
Kelompok ini adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh bukan jasad
hidup, antara lain disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti
kepadatan ikan terlalu tinggi, variasi lingkungan (oksigen, suhu, ph,
salinitas, dsb), biotoksin (toksin alga, toksin zooplankton, dsb),
pollutan, rendahnya mutu pakan dan lain-lain. Penyakit akibat lingkungan
pada ikan sering terjadi. Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 3
golongan yaitu akibat faktor abiotik, faktor biotik dan faktor
penanganan (handling).
- Faktor Abiotik (Suhu, Oksigen Terlarut, pH, dan Kesadahan)
- Suhu/ Temperatur
Ikan
mempunyai tahap toleransi yang maksimal dan minimal terhadap perubahan
suhu. Jika terjadi perubahan suhu melebihi 5oC secara mendadak, akan
mempengaruhi keseimbangan regulasi sistem saraf dan hormonal badan ikan
yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan terhadap sistem imunisasi.
Suhu yang
tinggi di daerah tropis merupakan masalah yang sering ditemukan, karena
menyebabkan kurangnya kelarutan oksigen dan meningkatnya pertambahan
mikroorganisme di dalam sistem akuatik. Suhu rendah menyebabkan
kecepatan metabolisme turun dan nafsu makan ikan menurun. Suhu dingin di
bawah suhu optimum akan berpengaruh pada tingkat kekebalan tubuh ikan,
sementara itu sedangkan suhu optimum berbeda-beda bagi masing-masing
jenis ikan. ’Heat stress’ menyebabkan kadar metabolisme badan ikan
meningkat, akibatnya ikan mengalami penurunan selera makan dan mudah
terjangkit penyakit akibat kurangnya ketahanan melawan penyakit.
- Cahaya dan Kelarutan Oksigen
Cahaya
diperlukan untuk proses fotosintesis dan fotosintesis akan meningkatkan
kelarutan oksigen di dalam sistem akuatik. Banyak faktor yang
berpengaruh dalam proses ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
di dalam air.
CO2 + 2 H2X ———– tenaga cahaya ———– [CH2O] + H2O + 2X
6CO2 + 6H2O ———– tenaga cahaya ———– C6H12O6 + 6O2
Tahap
kebutuhan oksigen terlarut untuk ikan adalah antara 4 – 10 ppm. Ikan
dapat hidup di bawah 4 ppm, tetapi kadar oksigen yang rendah akan
mempengaruhi kadar tumbuh besar ikan secara keseluruhan.
- pH
Bagi ikan,
pH air yang dibutuhkan akan bervariasi tergantung jenisnya. Pada umumnya
ikan akan toleran terhadap range pH tertentu misalnya untuk ikan hias
jenis Mas Koi dan Mas koki antara 6,2 – 9,2. Keberadaan pH air yang
ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan mengakibatkan gangguan pada
kesehatan ikan. Efek langsung dari
pH rendah dan yang terlalu tinggi adalah berupa kerusakan sel epitel
baik kulit maupun insang, karena akan mengganggu pada proses penyerapan
oksigen terutama bagi ikan yang bernafas menggunakan insang.
- Kesadahan
Kesadahan
pada lingkungan pembudidaya ikan dikenal dengan istilah air lunak dan
air yang keras. Nilai kesadahan pada air biasanya ditentukan dengan
kandungan kalsium karbonat atau magnesium. Tingkatan nilai kesadahan
untuk air dapat dibedakan menjadi air yang lunak (air dengan kesadahan
rendah), air yang sedang dan air yang keras (kesadahan tinggi) dan
sangat keras. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat tingkat kesadahan
air berdasarkan jumlah kandungan kalsium karbonat.
Tingkat kesadahan
|
Kandungan kalsium karbonat |
Nilai kesadahan
(dCHo)
|
Lunak (rendah)
Sedang Keras (tinggi) Sangat keras |
0 – 50
50 – 150 150 – 100 > 300 |
0 – 3,5
3,5 – 10 10,5 – 21 > 21 |
- Pencemaran
Bahan
cemaran berasal dari sumber air pada usaha budidaya ikan, yang
menggunakan sumber air dari sungai atau perairan umum lainnya. Bahan
cemaran berasal dari limbah domestik, aliran darat yang dibawa oleh
hujan maupun limbah industri berupa bahan beracun dan logam berat. Bahan
cemaran tersebut secara langsung dapat mematikan atau bisa juga
melemahkan ikan.
Oksigen
terlarut akan berkurang dikarenakan proses pembongkaran bahan organik
dari bahan cemaran oleh bakteria. Proses ini juga akan meningkatkan
populasi bakteri disamping meningkatkan kandungan sistem akuatik. Bahan
cemaran dengan konsentrasi rendah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama akan menimbulkan efek yang tidak mematikan ikan tetapi mengganggu
proses kehidupan ikan (sublethal) dan hal ini akan mengganggu kesehatan
ikan. Pada kondisi demikian ikan akan mudah terinfeksi oleh segala macam
penyakit misalnya penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri.
- Faktor Biotik
Adanya
nutrien yang tinggi dari kondisi di atas akan mengakibatkan ‘alga
bloom’, yang akan menurunkan kandungan oksigen, meingkatkan
karbondioksida dan pH air melalui proses dekomposisi. Algae yang
menutupi permukaan air, menghalangi cahaya yang masuk dan akan
mengganggu proses pernafasan ikan. Sementara itu algae yang tumbuh di
dalam air berpengaruh terhadap pergerakan ikan karena akan terperangkap
oleh algae. Selain itu algae sel tunggal berupa filament, dapat masuk ke
dalam lembar insang dan mengganggu proses pernafasan ikan, sehingga
ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan oksigen.
Beberapa
alga yang biasanya tumbuh berlebih (blooming) akan berpengaruh pada
pengurangan kandungan oksigen dalam air baik dari aktivitas fotosintesa
terutama pada waktu malam hari. Akibat dari aktivitas pembusukan algae
akan menimbulkan bahan beracun seperti ammoniak. Selain itu beberapa
algae akan bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis aeruginosa.
- Faktor Penanganan (Handling)
Beberapa
faktor penanganan ikan perlu diperhatikan adalah: pemberian pakan yang
tidak seimbang, penanganan ikan secara kasar dan jumlah padat tebar
terlalu tinggi. Pemberian pakan yang tidak seimbang. Pemberian pakan
secara berlebihan perlu dihindari, karena pakan yang berlebih akan jatuh
ke dasar perairan menjadi substrat pertumbuhan bakteri. Selain dari
itu, bahan organik menyebabkan proses perombakan dan selanjutnya akan
meningkatkan persaingan terhadap penggunaan oksigen.
- Penanganan ikan secara kasar
Pada saat
ikan dijadikan sampel pemeriksaan penyakit, tindakan penanganan ikan
secara kasar dapat menyebabkan cidera pada ikan. Masalah penyakit akibat
bakteri dan jamur merupakan masalah utama yang sering dihadapi akibat
penanganan ikan secara kasar.
- Jumlah padat tebar terlalu tinggi
Kepadatan
ikan yang terlalu tinggi menyebabkan ikan saling berebut oksigen.
Kekurangan oksigen akan menyebabkan ikan stres dan daya tahan tubuhnya
menurun sehingga mudah dihinggapi penyakit. Bagi ikan berduri, badannya
akan mudah mendapat luka sehingga penyakit akan mudah menular dari satu
ikan ke ikan lainnya. Kondisi padat juga akan menyebabkan terjadi
‘krisis sosial’ di mana ikan yang besar akan mendominasi ikan kecil,
akibatnya proses tumbuhbesar ikan akan terhambat sehingga ukuran ikan
menjadi tidak seragam.
PENYAKIT KEKURANGAN NUTRISI
Seperti
halnya manusia, ikan memerlukan nutrisi yang baik, agar bisa hidup
dengan sehat. Oleh karena itu ikan perlu diberi makan dengan makanan
yang mengandung kadar nutrisi yang memadai. Nutrisi yang harus ada pada
ikan adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Pakan
ikan harus mengandung cukup protein, karena protein yang dibutuhkan oleh
ikan relatif tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan
tubuh ikan terhadap penyakit dan pertumbuhan ikanpun akan terganggu.
Kekurangan
vitamin pada ikan mengakibatkan kelainan-kelainan pada tubuh ikan baik
kelainan bentuk tubuh ataupun kelainan fungsi faal (fisiologi).
Contohnya:
- Kekurangan vitamin A mengakibatkan pada pertumbuhan yang lambat, kornea mata menjadi lunak, mata menonjol dan mengakibatkan kebutaan, pendarahan pada kulit dan ginjal.
- Ikan yang kekurangan vitamin B1 (Thiamin) menunjukkan gejala : ikan lemah dan kehilangan nafsu makan, timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah, abnormalitas gerakan seperti kehilangan keseimbangan, dan warna kulit ikan menjadi pucat.
- Kekurangan vitamin B2 (Riboflavin) menunjukkan gejala: mata ikan keruh dan pendarahan pada okuler mata, akibatnya ikan lama kelamaan akan mengalami kebutaan, kulit berwarna gelap, nafsu makan hilang, pertumbuhan lamban dan timbulnya pendarahan pada kulit dan sirip.
- Ikan yang mengalami kekurangan vitamin B6 (Pyridoxine) akan menyebabkan frekuensi pernafasan meningkat, ikan kehilangan nafsu makan, ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan darah.
- Vitamin C sangat berperan di dalam pembentukan kekebalan tubuh, karena itu kekurangan vitamin C yang berlangsung dalam periode lama akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh. Kekurangan vitamin C pada ikan akan menunjukkan gejala ikan berwarna lebih gelap, pendarahan terjadi pada kulit, hati dan ginjal. Kekurangan vitamin C juga akan menyebabkan terjadinya kelainan pada tulang belakang yaitu bengkok arah samping (Scoliosis) dan bengkok arah atas dan bawah (Lordosis). Pada tabel dibawah ini dapat dilihat beberapa contoh kelainan pada tubuh ikan akibat dari kekurangan nutrisi tertentu.
Gejala Kekurangan
|
Nutrisi
|
Anemia | Folic Acid, Inositol, Niacin, Pyrodoxine, Rancid Fat, Riboflavin, Vitamin B12, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K. |
Anorexia | Biotin, Folic Acid, Inositol, Niacin, panthothenic Acid, Pyrodoxine, Riboflavin, Thiamin, Vitamin A, Vitamin B12, Vitamin C |
Acites | Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, |
Ataxia | Pyrodoxine, Pantothenic acid, Riboflavin |
Atrophy of Gills | Panthothenic Acid |
Atrophy of Muscle | Biotin, Thiamin |
Caclinosis: renal | Magnesium |
Cartilage abnormality | Vitamin C, Tryptophan |
Cataracts | Methionine, Riboflavin, Thiamin, Zinc |
Ceroid liver | Rancid Fat, Vitamin E |
Cloudy lens | Methionine, Riboflavin, Zinc |
Clubbed gills | Pantothenic Acid |
Clotting blood; slow | Vitamin K |
Colouration: dark skin | Biotin, Folic Acid, Pyrodoxine Riboflavin |
Convulsions | Biotin, Pyrodoxine, Thiamin |
Discolouration of skin | Fatty Acids, Thiamin |
Deformations ; bone | Phosphorous |
Deformations ; lenss | Vitamin A |
Degenerations of gills | Biotin |
Dermatitis | Pantothenis Acid |
Diathesis, exudative | Selenium |
Distended stomach | Inositol |
Distended swimblandder | Pantothenis Acid |
Dystrophy, muscular | Selenium, Vitamin E |
Untuk
menanggulangi akibat kekurangan vitamin maka tentu saja kita harus
melengkapi atau menambahkan beberapa vitamin pada pakan ikan.
Faktor
genetik berpengaruh langsung pada bentuk fisik ikan dan keadaan ini
tidak akan bisa diobati dengan menggunakan obat antibiotik ataupun jenis
yang lainnya. Perkawinan kekerabatan pada ikan akan dapat menimbulkan
masalah pada penurunan daya tahan tubuh ikan tersebut terhadap infeksi
suatu penyakit, karena perkawinan kekerabatan akan mengakibatkan
miskinnya variasi genetik dalam tubuh ikan itu sendiri. Kelainan lain
yang sering ditemukan pada ikan hasil perkawinan kekerabatan adalah
tutup insang tidak tertutup dengan sempurna. Hal tersebut akan
mengganggu proses pernafasan ikan sehingga lama kelamaan ikan akan
mengalami kekurangan darah. Ini disebabkan rusaknya sistem pembuat darah
akibat dari minimnya oksigen yang dipasok pada jaringan pembuat darah.
Pencegahan penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit non infeksi adalah
sebagai berikut:
- Lingkungan, terutama sifat fisika, kimia dan biologi perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan antara ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit non parasit.
- Kepadatan ikan yang seimbang karena jika kepadatan ikan melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti amoniak akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stress dan merupakan penyebab timbulnya penyakit.
Pakan yang
seimbang karena pemberian pakan yang kurang bermutu dapat menyebabkan
kekurangan vitamin sehingga akan diikuti oleh pertumbuhan yang lambat
atau menurunnya daya tahan ikan dan memudahkannya untuk diserang
penyakit. Disamping itu juga tingkat pemberian pakan dan kualitas pakan
juga akan mempengaruhi sistem kekebalan. Untuk tindakan pengobatan
penyakit non infeksi dapat dilakukan dengan vaksinasi.
Sumber:
Afriantono, E dan Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Dailami. D, A.S. 2002. Agar Ikan Sehat. Swadaya. Jakarta.
Lesmana, Darti. S, 2003. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar