Minggu, 13 Agustus 2017

Teknologi Budidaya Ikan Ramah Lingkungan

Seiring berkembangnya kebutuhan industri budidaya ikan atau udang yang dituntut ramah lingkungan, beragam teknologi yang dapat digunakan untuk meminimalisir limbah budidaya mulai bermunculan. Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan atau udang untuk meminimalisir limbah sisa pakan atau mengolahnya.
  1. Teknologi Sistem Resirkulasi
Sistem ini memanfaatkan proses nitrifikasi dari bakteri. Dengan sistem ini limbah dari sisa pakan maupun hasil metabolisme berupa Amoniun dikonversi menjadi komponen yang lebih dapat ditoleransi oleh ikan yaitu nitrat.  Selanjutnya nitrat dapat digunakan untuk bahan pupuk.
Sistem tersebut sudah dikembangkan untuk pembesaran ikan lele di STP Serang. Tidak hanya meminimalisir limbah namun mampu meningkatkan produksi lele mencapai 400 kg/m3 air atau sekitar 4 kali lipat dari hasil rata-rata yang biasa dicapai.
  1. Teknologi Busmetik atau Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik
Model budidaya ini diterapkan dengan memperkecil petakan tambaknya dari ukuran biasanya (1/5  hingga 1/4 dari ukuran tampak pada umumnya). Dengan memperkecil petakan, maka pengontrolan lebih mudah dan efisiensi penggunaan pakan menjadi lebih maksimal.
Teknologi ini sudah diselaraskan dengan penanaman vegetasi mangrove yang sangat berguna untuk mendukung tambak itu sendiri. Air dari tambak tidak dibuang ke perairan bebas namun diarahkan ke vegetasi mangrove, yang kemudian dimanfaatkan untuk budidaya bandeng atau kepiting.
  1. Teknologi Probiotik
Teknologi ini  diyakini mampu membantu meminimalisir limbah (terutama pada budidaya udang). Bakteri dari genus Bacillus, banyak membantu dalam proses perbaikan mutu air tambak karena mampu menkonversi bahan organik menjadi komponen terurai lainnya yang lebih ramah.
Probiotik ini merupakan salah satu upaya budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan karena probiotik bertugas mengurai  H2S, amoniak, nitrit, dan nitrat yang terdapat pada limbah.
  1. Teknologi Bioflok
Teknologi yang menerapkan keseimbangan unsur organik dalam air ini ini sudah banyak diterapkan, baik pada ikan air tawar maupun pada udang di tambak. Teknologi ini dapat menekan konversi pakan ikan atau udang sehingga akan mengurangi buangan ke lingkungan.
  1. Teknologi Akuaponik
Teknologi ini juga mulai banyak dikembangkan, karena dinilai mampu meminimalisir limbah hasil budidaya. Unsur hara (biasanya didominasi unsur Nitrogen) akan diserap oleh tanaman melalui akarnya. Jenis tanaman yang digunakan diantaranya adalah tanaman air seperti kangkung.
  1. Teknologi Yumina (sayur dan ikan) dan Bumina (buah dan ikan)
Teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan kelautan dan Perikanan. Prinsip dasar dari teknologi tersebut hampir sama dengan teknologi akuaponik. Teknologi ini bahkan sudah diadopsi oleh FAO sebagai teknologi rekomended untuk dikembangkan.
  1. Teknologi 90% Satiation Feeding
Teknologi ini dikembangkan oleh ASA (American Soybean Association). Teknologi tersebut diambil dari negeri Tiongkok. Logikanya adalah ikan tidak diberikan pakan kenyang setiap hari, namun hanya pada level 90 % saja. Sehingga tidak ada makanan yang tersisa karena tidak dimakan, kemudian metabolisme ikan lebih baik. Teknologi ini pernah dicoba di Indonesia sekitar 2004 – 2006 pada ikan yang dipelihara di kolam arus deras dan karamba jaring apung (mas dan nila).
  1. Teknologi Pakan Terapung
Dengan menggunakan pakan ikan terapung, maka dapat lebih mudah mengontrol jumlah pakan yang diberikan kepada ikan. Hal ini karena pakannya terapung sehingga dapat dilihat dengan mata. Namun teknologi ini hanya untuk ikan-ikan yang makan di permukaan saja, tidak cocok untuk tipe demersal seperti udang.
  1. Teknologi Protein Sparring
Teknologi ini menggantikan sumber energi utama untuk pakan dengan menggunakan karbohidrat bukan dari protein. Gagasan tersebut muncul karena adanya imbauan untuk menekan pengggunaan tepung ikan sebagai bahan baku utama untuk pabrik pakan.
  1. Teknologi Bioremediasi
Teknologi ini digunakan untuk memperbaiki kualitas suatu lingkungan dengan menggunakan mikroorganisme. Prinsipnya, ada banyak jenis dan jumlah mikroba di alam yang masing-masing memiliki kemampuan adaptasi dan fungsi yang spesifik yang dapat kita manfaatkan untuk pemulihan lingkungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar