Budidaya
ikan secara intensif mutlak membutuhkan pakan buatan, karena kepadatan
penebaran yang tinggi. Pakan alami yang mendukung hidup dan pertumbuhan
ikan dalam sistem ini nyaris tidak tersedia. Benih-benih ikan yang
diproduksi saat ini memang memiliki sifat yang responsif dan bergantung
kepada pakan buatan. Cukup tidaknya pakan yang disediakan sangat nyata
menentukan pertumbuhan atau produksinya.
Komponen
biaya yang tertinggi dalam usaha budidaya adalah untuk memenuhi
kebutuhan pakan. Pemborosan atau penghematan dalam penggunaan pakan
sangat menentukan tingkat keuntungan. Oleh karena itu kiat menekan biaya
operasional dari penyediaan pakan harus dikuasai. Faktor-faktor penting
yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan selain kualitas pakan
itu sendiri adalah kecermatan pembudidaya dalam menentukan jumlah
optimal pemberian; kepekaan pembudidaya dalam memahami kondisi pakan dan
kondisi ikan; kedisiplinan dalam melayani kebutuhan biologis ikan.
- Kecermatan
Pembudidaya
yang cermat akan melakukan pnebaran benih dalam jumlah yang optimal
sesuai ketersediaan biaya pakan. Perhitungan terhadap penyedian pakan
selama siklus produksi didasarkan pada asumsi-asumsi sintasan,
pertambahan bobot biomassa, dan fase perkembangan ikan. Pada fase awal
pertumbuhan kebutuhan pakan dari segi kuantitas kecil tetapi kualitas
tinggi. Pemberian pakan ad libitum dilakukan dengan
memperhatikan kewajaran maksimum. Pada fase akselerasi pertimbangan
pemberian pakan dengan laju maksimal sambil memperhatikan taksiran
konversi pakan, yaitu membandingkan antara jumlah pakan yang diberikan
dengan pertambahan bobot. Apabila cermat menghitung dengan pendekatan
kewajaran FCR, maka pemborosan pakan sudah dapat diantisipasi.
Pemborosan pakan dapat dikarenakan faktor internal ikan seperti benih
yang tidak unggul, atau faktor eksternal seperti padat tebar ikan yang
tidak seimbang dengan debit air, atau mungkin pemberian pakan yang
melebihi daya cerna. Pengendalian yang dapat dilaku-kan adalah
mengurangi kepadatan, mengurangi porsi pemberian dan meningkatkan
frekuensi pemberian dengan porsi yang lebih sedikit. Dengan demikian
kerugian yang lebih besar dapat dihindari.
- Kepekaan
Pembudidaya
yang telah berpengalaman biasa-nya memiliki kepekaan terhadap
faktor-faktor yang dapat menekan pemborosan pakan. Secara biologis ikan
memiliki bioritme tertentu dalam merespon pakan. Siklus harian
(diurnal), cuaca (suhu air), fase perkem-bangan, kondisi air senantiasa
mempengaruhi nafsu makan ikan selain kesukaan ikan terhadap aroma
tertentu.
Ikan-ikan
yang biasa tidak aktif di malam hari seperti ikan nila, tidak begitu
responsif terhadap pakan pada pagi hari dan sore menjelang malam.
Pemberian pakan terlalu pagi mengakibatkan banyak pakan yang tidak
termakan. Untuk pellet yang mudah hancur di air akan luput dari ikan.
Selera makan ikan meningkat setelah intensitas cahaya matahari
meningkat. Untuk ikan mas suhu air sangat menentukan jumlah pakan yang
efektif diberikan, sehingga ada ketentuan menurut Satoh (1990) jumlah
pemberian pakan pakan per hari adalah 0,13 x suhu air (°C).
Secara
anatomi ikan mas maupun ikan nila tidak memiliki lambung yang cukup
besar sehingga pakan yang sudah ditelan sering dimuntahkan kembali
apabila diberikan berlebih walau nafsu makannya tinggi. Pada beberapa
kasus ikan mas mati mendadak setelah diberikan pakan berlebih. Kelenjar
yang menghasilkan enzim untuk mencerna pakan dalam lambung yang kecil
belum siap. Pakan buatan (pellet) kering yang masuk ke dalam lambung
mengalami pengembangan volume dan berat setelah menyerap air, yang
berlangsung setelah pellet tertelan. Pemberian pakan terlalu cepat dapat
berakibat fatal.
Dalam
pemberian pakan secara manual gejala kenyang tidaknya ikan dapat dilihat
dari kenampakan bagian ventral ikan yang membulat. Tanda yang mudah
dilihat untuk menghentikan pemberian pakan. Namun adakalanya ikan kurang
bernafsu makan walau belum terlihat gejala tersebut. Daya tarik ikan
terhadap pakan boleh jadi menurun akibat bau pakan di air yang
menimbulkan kejenuhan. Pembudidaya yang peka akan menghentikan sejenak
pemberian pakan, dan melanjutkan setelah air kolam mengalami sirkulasi
yang cukup.
Secara
fisiologis ikan yang menelan pakan banyak mengkonsumsi oksigen lebih
banyak. Konsumsi oksigen yang tinggi setelah kenyang mengakibatkan kadar
oksigen di air turun sehingga ikan cenderung megap-megap di permukaan
air (kecuali ikan yang memiliki labirin seperti gurame atau lele). Pada
kondisi air kolam kurang sirkulasi, pemberian pakan harus dibatasi
setengah kenyang, sambil menunggu debit sirkulasi lebih besar.
- Kedisiplinan
Ikan yang
dipelihara dengan pemberian pakan teratur memungkinkan metabolismenya
mencapai efisiensi maksimum. Perilaku ikan dilatih agar tidak sering
kaget karena kelaparan atau kekenyangan. Produksi enzim pencernaanpun
mengikuti irama pemberian pakan secara teratur. Pembudidaya dituntut
disiplin memenuhi kebutuhan akan keteraturan waktu dan ke-butuhan
biologis ikan yang dipelihara untuk mencapai efisiensi maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar