Minggu, 13 Agustus 2017

Konversi Pakan Budidaya Perikanan

Budidaya ikan secara intensif mutlak membutuhkan pakan buatan, karena kepadatan penebaran yang tinggi. Pakan alami yang mendukung hidup dan pertumbuhan ikan dalam sistem ini nyaris tidak tersedia. Benih-benih ikan yang diproduksi saat ini memang memiliki sifat yang responsif dan bergantung kepada pakan buatan. Cukup tidaknya pakan yang disediakan sangat nyata menentukan pertumbuhan atau produksinya.
Komponen biaya yang tertinggi dalam usaha budidaya adalah untuk memenuhi kebutuhan pakan. Pemborosan atau penghematan dalam penggunaan pakan sangat menentukan tingkat keuntungan. Oleh karena itu kiat menekan biaya operasional dari penyediaan pakan harus dikuasai. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan selain kualitas pakan itu sendiri adalah kecermatan pembudidaya dalam menentukan jumlah optimal pemberian; kepekaan pembudidaya dalam memahami kondisi pakan dan kondisi ikan; kedisiplinan dalam melayani kebutuhan biologis ikan.
  1. Kecermatan
Pembudidaya yang cermat akan melakukan pnebaran benih dalam jumlah yang optimal sesuai ketersediaan biaya pakan. Perhitungan terhadap penyedian pakan selama siklus produksi didasarkan pada asumsi-asumsi sintasan, pertambahan bobot biomassa, dan fase perkembangan ikan. Pada fase awal pertumbuhan kebutuhan pakan dari segi kuantitas kecil tetapi kualitas tinggi. Pemberian pakan ad libitum dilakukan dengan memperhatikan kewajaran maksimum.  Pada fase akselerasi pertimbangan pemberian pakan dengan laju maksimal sambil memperhatikan taksiran konversi pakan, yaitu membandingkan antara jumlah pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot.  Apabila cermat menghitung dengan pendekatan kewajaran FCR, maka pemborosan pakan sudah dapat diantisipasi. Pemborosan pakan dapat dikarenakan faktor internal ikan seperti benih yang tidak unggul, atau faktor eksternal seperti padat tebar ikan yang tidak seimbang dengan debit air, atau mungkin pemberian pakan yang melebihi daya cerna. Pengendalian yang dapat dilaku-kan adalah mengurangi kepadatan, mengurangi porsi pemberian dan meningkatkan frekuensi pemberian dengan porsi yang lebih sedikit. Dengan demikian kerugian yang lebih besar dapat dihindari.
  1. Kepekaan
Pembudidaya yang telah berpengalaman biasa-nya memiliki kepekaan terhadap faktor-faktor yang dapat menekan pemborosan pakan. Secara biologis ikan memiliki bioritme tertentu dalam merespon pakan. Siklus harian (diurnal), cuaca (suhu air), fase perkem-bangan, kondisi air senantiasa mempengaruhi nafsu makan ikan selain kesukaan ikan terhadap aroma tertentu.
Ikan-ikan yang biasa tidak aktif di malam hari seperti ikan nila, tidak begitu responsif terhadap pakan pada pagi hari dan sore menjelang malam. Pemberian pakan terlalu pagi mengakibatkan banyak pakan yang tidak termakan. Untuk pellet yang mudah hancur di air akan luput dari ikan. Selera makan ikan meningkat setelah intensitas cahaya matahari meningkat. Untuk ikan mas suhu air sangat menentukan jumlah pakan yang efektif diberikan, sehingga ada ketentuan menurut Satoh (1990) jumlah pemberian pakan pakan per hari adalah 0,13 x suhu air (°C).
Secara anatomi ikan mas maupun ikan nila tidak memiliki lambung yang cukup besar sehingga pakan yang sudah ditelan sering dimuntahkan kembali apabila diberikan berlebih walau nafsu makannya tinggi. Pada beberapa kasus ikan mas mati mendadak setelah diberikan pakan berlebih. Kelenjar yang menghasilkan enzim untuk mencerna pakan dalam lambung yang kecil belum siap. Pakan buatan (pellet) kering yang masuk ke dalam lambung mengalami pengembangan volume dan berat setelah menyerap air, yang berlangsung setelah pellet tertelan. Pemberian pakan terlalu cepat dapat berakibat fatal.
Dalam pemberian pakan secara manual gejala kenyang tidaknya ikan dapat dilihat dari kenampakan bagian ventral ikan yang membulat. Tanda yang mudah dilihat untuk menghentikan pemberian pakan. Namun adakalanya ikan kurang bernafsu makan walau belum terlihat gejala tersebut. Daya tarik ikan terhadap pakan boleh jadi menurun akibat bau pakan di air yang menimbulkan kejenuhan. Pembudidaya yang peka akan menghentikan sejenak pemberian pakan, dan melanjutkan setelah air kolam mengalami sirkulasi yang cukup.
Secara fisiologis ikan yang menelan pakan banyak mengkonsumsi oksigen lebih banyak. Konsumsi oksigen yang tinggi setelah kenyang mengakibatkan kadar oksigen di air turun sehingga ikan cenderung megap-megap di permukaan air (kecuali ikan yang memiliki labirin seperti gurame atau lele). Pada kondisi air kolam kurang sirkulasi, pemberian pakan harus dibatasi setengah kenyang, sambil menunggu debit sirkulasi lebih besar.
  1. Kedisiplinan
Ikan yang dipelihara dengan pemberian pakan teratur memungkinkan metabolismenya mencapai efisiensi maksimum.  Perilaku ikan dilatih agar tidak sering kaget karena kelaparan atau kekenyangan. Produksi enzim pencernaanpun mengikuti irama pemberian pakan secara teratur. Pembudidaya dituntut disiplin memenuhi kebutuhan akan keteraturan waktu dan ke-butuhan biologis ikan yang dipelihara untuk mencapai efisiensi maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar